Surabaya (Antaranews Jatim) - Gerakan Pemuda Ansor dan Pemuda Pusura meminta Polrestabes Surabaya mengusut tuntas kasus penembakan mobil pribadi milik Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR) Pemkot Surabaya, Eri Cahyadi pada Rabu (14/3).
"Kami mengharapkan kepolisian tidak hanya menangkap pelakunya, tapi juga meminta kepolisian mengusut siapa oknum yang menyuruh pelaku melakukan aksi terror," kata Ketua Pimpinan Cabang GP Ansor Kota Surabaya, H.M. Faridz Afif saat menggelar jumpa pers di kantor Humas Pemkot Surabaya, Kamis.
Menurut dia, jika proses hukum tak sesuai dengan yang diharapkan, GP Ansor dan Banser akan bertindak dengan caranya sendiri. "Ini menyangkut kewibawaan pemerintah kota," ujarnya.
Afif menyatakan insiden penambakan mobil yang terjadi di depan rumah pejabat pemerintah kota tersebut melanggar hukum dan merusak citra Kota Surabaya sebagai Kota Layak Singgah.
Ia mengaku, pihaknya risau denga adanya aksi teror karena perbuatan tersebut dinilai tak lazim dan harus diberantas hingga akar-akarnya. "Jangan mentang-mentang punya segalanya, kemudian bisa bersikap semaunya," ujarnya.
Ia menegaskan GP Ansor dan Banser akan menjaga dan mengawal Eri Cahyadi yang dalam keorganisasian menjabat selaku Dewan Penasehat PC GP Ansor beserta keluarganya.
"Ancaman terror harus disikapi dengan tegas," katanya.
Pria yang menjabat Panglima Banser Surabaya ini mengingatkan kepada siapapun, baik individu maupun kelompok untuk tidak sekali-kali berbuat teror kepada masyarakat, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, khususnya kepada kiai dan Ulama.
"Jika terjadi, kewajiban GP Ansor menjadi garda depan untuk membentengi dan melawannya," kata Afif.
Ia meminta kepada jajaran GP Ansor dan Banser di semua tingkatan di Kota Surabaya untuk menjalin komunikasi dan kerja sama yang intens dengan aparat kepolisian, TNI dan aparat pemerintah dengan meningkatkan kewaspadaan dan penjagaan wilayah masing-masing.
"Guna memberikan rasa aman dan tentram bagi warga Surabaya," katanya.
Seruan senada juga disampaikan Ormas Pemuda Pusura. Biro Hukum Pemuda Pusura, Mukti Priyono menyatakan akan mendukung dukungan moral dan upaya yang dilakukan GP Ansor dan Banser.
Menurutnya, kasus terror yang menimpa pejabat pemeritah kota tersebut tak bisa dipandang sebelah mata. "Tahun 2018-2019 ini tahun politik, maka kita juga harus menjaga pesta demokrasi yang berlangsung," katanya.
Meski telah menyatakan pernyataan sikap atas kejadian teror yang terjadi, sejumlah pengurus GP Ansor, Banser dan Pusura masih menunggu kedatangan Eri Cahyadi dari Polrestabes Surabaya.
Dihadapan GP Ansor, Banser dan Pusura, Eri mengapresiasi atas dukungan moral yang diberikan. "Support ini tak bisa dinilai dengan materi. Ini yang membuat mental saya semaki berlipat," katanya.
Eri mengaku, kejadian yang dialami menjadi introspeksi. Namun, dengan sikap amar makruf nahi mungkar akan siap menghadapi apapun resiko yang dihadapi.
"Saya memohon sahabat-sahabat Ansor untuk berkolaborasi, dengan kejadian ini untuk menunjukkan bersama sama memajukan Surabaya dan mengangkat derajat wong cilik," katanya. (*)
Video Oleh Abdul Hakim
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Kami mengharapkan kepolisian tidak hanya menangkap pelakunya, tapi juga meminta kepolisian mengusut siapa oknum yang menyuruh pelaku melakukan aksi terror," kata Ketua Pimpinan Cabang GP Ansor Kota Surabaya, H.M. Faridz Afif saat menggelar jumpa pers di kantor Humas Pemkot Surabaya, Kamis.
Menurut dia, jika proses hukum tak sesuai dengan yang diharapkan, GP Ansor dan Banser akan bertindak dengan caranya sendiri. "Ini menyangkut kewibawaan pemerintah kota," ujarnya.
Afif menyatakan insiden penambakan mobil yang terjadi di depan rumah pejabat pemerintah kota tersebut melanggar hukum dan merusak citra Kota Surabaya sebagai Kota Layak Singgah.
Ia mengaku, pihaknya risau denga adanya aksi teror karena perbuatan tersebut dinilai tak lazim dan harus diberantas hingga akar-akarnya. "Jangan mentang-mentang punya segalanya, kemudian bisa bersikap semaunya," ujarnya.
Ia menegaskan GP Ansor dan Banser akan menjaga dan mengawal Eri Cahyadi yang dalam keorganisasian menjabat selaku Dewan Penasehat PC GP Ansor beserta keluarganya.
"Ancaman terror harus disikapi dengan tegas," katanya.
Pria yang menjabat Panglima Banser Surabaya ini mengingatkan kepada siapapun, baik individu maupun kelompok untuk tidak sekali-kali berbuat teror kepada masyarakat, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, khususnya kepada kiai dan Ulama.
"Jika terjadi, kewajiban GP Ansor menjadi garda depan untuk membentengi dan melawannya," kata Afif.
Ia meminta kepada jajaran GP Ansor dan Banser di semua tingkatan di Kota Surabaya untuk menjalin komunikasi dan kerja sama yang intens dengan aparat kepolisian, TNI dan aparat pemerintah dengan meningkatkan kewaspadaan dan penjagaan wilayah masing-masing.
"Guna memberikan rasa aman dan tentram bagi warga Surabaya," katanya.
Seruan senada juga disampaikan Ormas Pemuda Pusura. Biro Hukum Pemuda Pusura, Mukti Priyono menyatakan akan mendukung dukungan moral dan upaya yang dilakukan GP Ansor dan Banser.
Menurutnya, kasus terror yang menimpa pejabat pemeritah kota tersebut tak bisa dipandang sebelah mata. "Tahun 2018-2019 ini tahun politik, maka kita juga harus menjaga pesta demokrasi yang berlangsung," katanya.
Meski telah menyatakan pernyataan sikap atas kejadian teror yang terjadi, sejumlah pengurus GP Ansor, Banser dan Pusura masih menunggu kedatangan Eri Cahyadi dari Polrestabes Surabaya.
Dihadapan GP Ansor, Banser dan Pusura, Eri mengapresiasi atas dukungan moral yang diberikan. "Support ini tak bisa dinilai dengan materi. Ini yang membuat mental saya semaki berlipat," katanya.
Eri mengaku, kejadian yang dialami menjadi introspeksi. Namun, dengan sikap amar makruf nahi mungkar akan siap menghadapi apapun resiko yang dihadapi.
"Saya memohon sahabat-sahabat Ansor untuk berkolaborasi, dengan kejadian ini untuk menunjukkan bersama sama memajukan Surabaya dan mengangkat derajat wong cilik," katanya. (*)
Video Oleh Abdul Hakim
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018