Surabaya (Antaranews Jatim) - SMA 17 Agustus 1945 (SMATAG) Surabaya bersama Bank Jawa Timur kerja sama menerapkan kantin elektronik atau e-kantin di sekolah itu, Kamis guna ikut menyukseskan gerakan nasional non-tunai (GNNT).

Peluncuran e-kantin dihadiri Ketua Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) Mangapul Silalahi, Kepala Operasional Cabang Utama Bank Jatim Budi Sumarsono, serta Kepala SMATAG Prehantoro dengan ditandai pembagian 600 kartu bernama "Fresh".

Prehantoro mengatakan, pihaknya terus berbenah dari sisi akademis dan non-akademis. Pembenahan sisi non-akademis dengan penerapan e-kantin.

"Mulai hari ini, yang mau jajan atau transaksi di kantin sekolah tidak boleh menggunakan uang tunai. Selain itu, penerapan non-tunai agar siswa tidak gagap terhadap perkembangan teknologi," katanya.

Dia mengatakan, penggunaan kartu non-tunai memiliki banyak manfaat. Siswa bisa belajar berhemat, lebih higienis, serta efisien. Untuk proses isi ulang kartu, lanjut Prehantoro, tidak akan ada potongan. Misalkan isi ulang Rp20.000, masuknya tetap Rp20.000.

"Meski harganya Rp50 tetap bisa terkontrol dan siswa tidak perlu bawa uang banyak ke sekolah, biar hemat," katanya.

Kepala Operasional Cabang Utama Bank Jatim Budi Sumarsono menyatakan, SMATAG merupakan percontohan penerapan e-kantin. "Sebelumnya ini belum pernah ada. Karena jadi yang pertama, maka harus terbaik penerapannya," ujarnya.

Dia melanjutkan, kartu tersebut bukan hanya bisa digunakan di sekolah. Bahkan dapat dipakai untuk transaksi non-tunai lain seperti e-toll, belanja di minimarket, dan lain-lain.

Dipilihnya SMATAG, kata dia, sebagai percontohan karena kebetulan ada kantor cabang pembantu di Untag Surabaya serta siap secara sarana dan prasarana lebih dulu. Saat ini pihaknya tengah memproses beberapa sekolah untuk mendukung GNNT.

"SMATAG pertama kali. Yang lain banyak tapi sedang proses," ujarnya.

Sementara itu, Ketua YPTA Mangapul Silalahi menyambut baik e-kantin. Menurut dia, langkah tersebut adalah inovasi yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan pelayanan.

"Sekarang ini mengelola pendidikan tidak bisa menggelinding begitu saja. Perlu perubahan, baik sisi teknologi maupun budaya. Hanya saja jangan sampai lupa jatidiri," ujarnya.(*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018