Tulungagung (Antaranews Jatim) - Satu-satunya perajin wayang potehi asal Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Kuwato alias Liem Giok Bing (51) mengaku telah setahun ini mengembangkan pemasaran di dunia maya dengan memanfaatkan metode transaksi daring.

"Selain memudahkan promosi, transaksi secara `online` (daring) membuat pangsa pasar lebih luas," kata Kuato ditemui di sela aktivitasnya mengukir potongan kayu randu menjadi kepala wayang potehi, di rumahnya Kelurahan Kutoanyar, Tulungagung, Kamis.

Volume penjualan memang tidak pasti. Namun Kuato mengaku model penjualan dengan metode daring lebih memiliki kontinyuitas transaksi.

Pemesanan dari calon pembeli memang tidak selalu banyak, bahkan terkadang cuma satu buah wayang, namun Kuato memilih tetap melayani karena pengiriman barang saat ini sangat mudah dan murah.

"Dari total volume produksi saya, sekitar 45 persennya penjualan melalui online (daring). Selebihnya pelanggan lama atau orang yang telah tahu kontak dan alamat saya, sehingga transaksi langsung," katanya.
Baca juga: Ubaya Dorong Pengembangan Wayang Potehi Lewat Rembug Budaya
Baca juga: Dubes Amerika Terkesan Wayang Potehi
Baca juga: "Potehi Reborn" Bagian dari Kekayaan Bangsa ( Video)
Kuato yang memiliki darah campuran Tionghoa-Jawa ini merupakan perajin wayang potehi yang langka.

Menurut pengakuannya, saat ini di Jatim hanya ada tiga orang yang mampu membuat dan memproduksi wayang potehi, termasuk dirinya.

"Namun yang tahu dan bisa membuat karakter tokoh, hanya saya. Saya hafal tokoh per tokoh. Yang lain biasanya membuat berdasar contoh tokoh yang dipesan pihak pemesan wayang potehi," katanya.

Wayang potehi berukuran 23 x 30 centimeter buatan Kuwato dipatok mulai Rp750 ribu per buah hingga Rp1,5 juta.

Selain faktor tingkat kesulitan, karakter tokoh yang dipesan serta bahan ikut mempengaruhi selisih harga antara wayang potehi satu dengan yang lain.

Sayangnya, kerajinan wayang potehi yang sudah langka tersebut kurang diminati generasi muda.

Menurut Kuwato, meski dirinya terbuka untuk berbagi ilmu dan keahlian membuat wayang potehi, sampai saat ini tak satupun remaja atau generasi muda yang datang kepadanya untuk belajar.

Lembaga-lembaga budaya juga tidak ada tanda inisiatif untuk membantu upaya pengembangan seni tradisi warisan leluhur hasil akulturasi budaya dengan masyarakat Tionghoa pendatang di Nusantara selama ratusan tahun tersebut. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018