Surabaya, (Antaranews Jatim) - Continuing Education Centre (CEC) Universitas Kristen Petra mengedukasi masyarakat untuk siap menghadapi era perdagangan bebas di pasar internasional melalui seminar bertajuk "Think Globally, Act Internationally" di kampus setempat, Sabtu.
Kepala CEC UK Petra Regina Jokom mengatakan pihaknya sengaja menggelar kegiatan ini untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat akan pendidikan non-formal pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"Pada era MEA masyarakat Indonesia harus sudah berpikir untuk tidak hanya tinggal di dalam saja dalam artian bersaing dan bergelut di dalam, tapi harus berpikir internasionalisasi," kata Regina.
Dia menyebut, situasi sekarang ini membuat mau tidak mau harus reaktif dan pro aktif. Artinya, masyarakat harus didorong lebih keluar agar tak hanya bergelut di dalam negeri saja.
"Kalau hanya bergelut di dalam ya harus ada investor asing, banyak orang luar yang akan masuk dan menjadi saingan. Maka kita juga harus pro aktif bergerak ke pasar interasional. Ini sesuai dengan keinginan pemerintah," kata dia di sela acara dengan peserta dari kalangan mahasiswa, pengusaha dan profesional itu.
Sementara itu, konsultan bisnis yang juga akademisi, Drs Kresnayana Yahya yang menjadi salah satu pemateri mengatakan, ada banyak peluang memasukkan investor, namun pemerintah harus terlebih dahulu memperhatikan akses pasar terutama industri kecil yang ada di desa-desa.
"Industri di desa kita tidak punya akses. Orang desa tidak tahu cara untuk menjualnya. Padahal sekarang waktunya skala industri kecil itu muncul, tapi aksesnya tidak ada," kata Kresna.
Industri makanan kecil di Indonesia, kata dia, bisa mencuri pasar internasional. Dia mencontohkan kerupuk udang saat ini tengah menjadi primadona di Inggris. Maka perlu diberikan wadah memasarkan yang baik dengan memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan Whatsapp.
"Sebenarnya industri Indonesia ada yang sudah masuk ke ranah internasional, tapi belum digarap secara serius. Kalau dikumpulkan dan dikasih standar, diberi merek akan sukses. Pengusaha kerupuk di Sidoarjo sudah mencoba itu dengan menjualnya ke negara Afrika," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Kepala CEC UK Petra Regina Jokom mengatakan pihaknya sengaja menggelar kegiatan ini untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat akan pendidikan non-formal pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"Pada era MEA masyarakat Indonesia harus sudah berpikir untuk tidak hanya tinggal di dalam saja dalam artian bersaing dan bergelut di dalam, tapi harus berpikir internasionalisasi," kata Regina.
Dia menyebut, situasi sekarang ini membuat mau tidak mau harus reaktif dan pro aktif. Artinya, masyarakat harus didorong lebih keluar agar tak hanya bergelut di dalam negeri saja.
"Kalau hanya bergelut di dalam ya harus ada investor asing, banyak orang luar yang akan masuk dan menjadi saingan. Maka kita juga harus pro aktif bergerak ke pasar interasional. Ini sesuai dengan keinginan pemerintah," kata dia di sela acara dengan peserta dari kalangan mahasiswa, pengusaha dan profesional itu.
Sementara itu, konsultan bisnis yang juga akademisi, Drs Kresnayana Yahya yang menjadi salah satu pemateri mengatakan, ada banyak peluang memasukkan investor, namun pemerintah harus terlebih dahulu memperhatikan akses pasar terutama industri kecil yang ada di desa-desa.
"Industri di desa kita tidak punya akses. Orang desa tidak tahu cara untuk menjualnya. Padahal sekarang waktunya skala industri kecil itu muncul, tapi aksesnya tidak ada," kata Kresna.
Industri makanan kecil di Indonesia, kata dia, bisa mencuri pasar internasional. Dia mencontohkan kerupuk udang saat ini tengah menjadi primadona di Inggris. Maka perlu diberikan wadah memasarkan yang baik dengan memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan Whatsapp.
"Sebenarnya industri Indonesia ada yang sudah masuk ke ranah internasional, tapi belum digarap secara serius. Kalau dikumpulkan dan dikasih standar, diberi merek akan sukses. Pengusaha kerupuk di Sidoarjo sudah mencoba itu dengan menjualnya ke negara Afrika," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018