Malang (Antaranews Jatim) - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mendorong dosen dan mahasiswanya memahami secara mendalam nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila dan mengimplementasikannya pada kehidupan sehari-hari.

"Untuk pemahaman tentang Pancasila secara mendalam kepada dosen dan mahasiswa, kami realisasikan lewat agenda Kolokium Pancasila. Idiologi Pancasila tidak hanya diajarkan sebagai mata kuliah, tetapi harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari," kata staf Program Pusat Studi Agama dan Multikulturalisme UMM Nafi Muthohirin di sela "Refleksi Awal Tahun: Pancasila sebagai Living Values" di kampus UMM di Malang, Jawa Timur, Senin.

Menurut dia, banyak nilai-nilai luhur Pancasila yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari hal sederhana dalam aktivitas pribadi hingga sosial yang tercermin dalam setiap sila Pancasila.

Digelarnya kolokium ini tidak lepas dari polemik sosial di Indonesia yang saat ini sering meneriakkan anti-Pancasila. Dengan digelarnya kolokium ini, diharapkan dapat membuka pikiran dosen, mahasiswa dan seluruh para peserta kolokium untuk memahami luar dalam dari Pancasila.

Dalam kegiatan itu, PUSAM UMM menghadirkan Deputi Bidang Advokasi Unit Kerja Presiden Bidang Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Prof Hariyono, Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya Sasana Malang Prof Rm. F.X. Eko Armada Riyanto, Program Officer Islam and Development Yayasan The Asia Foundation Dr Budhy Munawar Rachman, serta akademisi dari Program Studi Magister Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Pascasarjana UMM Dr Agustinus.

Deputi Bidang Advokasi UKP-PIP Prof Hariyono memaparkan Pancasila bukan hanya menjadi tanggung jawab aparatur negara, tetapi tanggung jawab seluruh bangsa Indonesia. "Seluruh warga negara wajib bertanggung jawab terhadap keberadaan Pancasila sebagai pandangan hidup sekaligus dasar negara yang kokoh," ujarnya.

Sementara Budhy Munawar Rachman memaparkan, saat ini Pancasila sudah dianggap sebagai kontrak sosial, sehingga perlu diisi bersama dan diperkuat seperti dalam tradisi keagamaan. "Dalam Pancasila ada lima nilai, yakni nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah untuk demokrasi dan keadilan. Antar-nilai itu saling berhubungan dan menjadi satu," ucapnya.

Sedangkan Eko Armada Riyanto memaparkan sejarah terbentuknya Pancasila. "Cara kita untuk memahami bangsa adalah dengan memahami riset sejarah termasuk sejarah Pancasila. Sikap diskriminatif yang sering terjadi saat ini dapat mencoreng narasi Pancasila itu sendiri," ujarnya.

Menurut dia, ekslusifisme bukan hanya bertentangan dengan Pancasila, tetapi juga bertentangan dengan kodrat dari bangsa. "Kita sekarang tidak lagi membahas dan mepermaslahkan lagi tentang ideologi, yang harus dipermasalahkan ialah bagaimana menentukan program yang terbaik bagi bangsa," tuturnya.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018