Bondowoso (Antara Jatim) - Pasien yang ditangani di Poli Jiwa RSUD dr Koesnadi Bondowoso, Jawa Timur, dalam beberapa bulan terakhir meningkat seiring dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatan jiwanya.
"Kalau dulu baru 170-an pasien setiap bulan yang datang ke sini, dalam beberapa bulan ini meningkat menjadi 280-an. Kalau yang rawat inap, dulu hanya sekitar 15 orang, sekarang mencapai 30 orang," kata dokter spesialis jiwa RSUD Koesnadi dr Dewi Prisca Sembiring, Sp.Kj kepada wartawan di Bondowoso, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa sosialisasi mengenai perawatan kejiwaan yang ditangani RSUD Bondowoso mulai menampakkan hasil di masyarakat. Masyarakat kini mulai sadar bahwa penyakit kejiwaan itu bukan hanya gila yang dalam bahasa kedokteran disebut psikotik.
"Ada penyakit jiwa yang lain yang disebut neurotik, seperti depresi, cemas, autis, panik dan lainnya. Sakit golongan ini biasanya hanya rawat jalan. Selama ini masih ada anggapan di masyarakat bahwa penyakit jiwa itu aib. Padahal tidak. Setiap orang itu sedikit banyak memiliki gangguan kejiwaan, hanya kadarnya berbeda. Mungkin ada yang depresi, panik, dan lainnya. Itu bisa kami tangani," katanya.
DidampingiKaur Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit Yoyok Feriyono, dr Dewi menjelaskan bahwa penyakit jiwa yang tergolong ringan (neurotik) itu kalau dibiarkan terus menerus bisa meningkat menjadi psikotik atau gila. Poli Jiwa RSUD Bondowoso seringkali menerima pasien dalam kondisi sudah psikotik alias parah, sehingga perawatannya harus intensif dan dirawat inap.
"Tidak jarang kami menerima pasien yang perilakunya sudah membahayakan orang lain, sehingga kami isolasi terlebih dahulu sebelum dikumpulkan dengan pasien lain, sampai jiwanya mulai bisa lebih tenang," katanya.
Ia menjelaskan bahwa pihaknya terus melakukan sosialisai mengenai poli jiwa yang juga melayani pasien dengan tanggungan BPJS itu kepada masyarakat, termasuk melalui dokter-dokter umum dan para medis yang bertugas di seluruh puskesmas di Bondowoso.
"Kami juga ada kerja sama dengan instansi lain, seperti Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial. Bahkan ada juga dengan sekolah untuk menangani siswa yang memerlukan penanganan secara kejiwaan," katanya.
Tidak menutup kemungkinan pihaknya juga akan bekerja sama dengan organisasi sosial kemasyarakatan yang berbasis agama untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat mengenai penyakit jiwa dan penanganannya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017