Jakarta (Antara) - Setiap kisah memiliki awal, setiap perjuangan membutuhkan tekad dan tentu dengan sedikit nekat di sana-sini. Demikian juga halnya dengan Lembaga Kantor Berita Nasional Antara, sang pengawal republik.

Semua berawal pada 80 tahun lalu. Jauh sebelum demam eksistensi melanda generasi muda seiring dengan menjamurnya media sosial.

Empat pemuda, Adam Malik, Pandoe Kartawigoena, Soemanang, dan AM Sipahoetar, menyingsingkan lengan, menepuk dada, mendobrak tatanan. Suatu negeri terjajah memerlukan kantor berita nasional, yang berjuang untuk bangsa.

Kenapa kantor berita nasional jika makanpun belum cukup? Karena perjuangan kemerdekaan harus diviralkan, karena dunia harus tahu, di suatu tempat di antara dua samudera dan dua benua, suatu bangsa tengah berjuang untuk berdaulat karena Indonesia harus eksis.

Empat alinea itu dicuplik dari buku berjudul "80" yang diluncurkan bertepatan dengan 80 Tahun Kantor Berita Antara pada 13 Desember 2017.

Saat didirikan oleh empat pemuda tersebut di Jakarta pada 13 Desember 1937, sebuah pertanyaan besar "kenapa kantor berita nasional jika makanpun belum cukup? memang sangat menantang untuk dijawab, apalagi di negeri yang masih terjajah, apalagi diperparah dengan dominasi propaganda informasi dari rezim kolonial Belanda saat itu melalui kantor berita Aneta.

Perjuangan menjadi satu kata kunci bagi para pendiri Antara untuk mewujudkan cita-citanya, melawan propaganda informasi dari kantor berita Antara dan media cetak propemerintah Hindia Belanda saat itu. Pers pihak penjajah Belanda, tidak saja memiliki alat yang lebih lengkap tetapi juga mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah Hindia Belanda.

Tatkala Tanah Air diduduki Jepang pada 1942, Kantor Berita Antara juga dicaplok oleh rezim fasis dari Negeri Matahari Terbit itu dengan mengganti nama menjadi Kantor Berita Domei. Meskipun dikuasai Jepang, perjuangan awak redaksi pribumi dalam mewujudkan Kemerdekaan RI tak pernah surut.

Alhasil, kantor berita ini bisa menyebarluaskan berita Proklamasi Kemerdekaan RI hingga ke dunia internasional. Keberhasilan Antara menyiarkan Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 ke seluruh dunia adalah wujud kecintaan dan baktinya yang besar bagi perjuangan bangsa Indonesia.

Sebagaimana disampaikan oleh Direktur Utama Perum LKBN Antara Meidyatama Suryodiningrat saat memberikan sambutan pada HUT ke-80 LKBN Antara, delapan tahun setelah Adam Malik, Pandoe Kartawigoena, Soemanang, dan AM Sipahoetar, mendirikan Antara sebagai kantor berita perjuangan, kemerdekaan Republik Indonesia terwujud.

Setelah makan sudah cukup

Kini setelah 80 tahun, pertanyaannya kemudian menjadi, kenapa kantor berita nasional setelah makan sudah cukup?

Jangan-jangan, bagi generasi millenial, keberadaan Antara tak lagi mereka kenal, generasi "now" tidak terjangkau, apalagi bagi generasi esok, apakah tidak membuat Antara semakin terseok?

Dalam peringatan Hari Pangan pada 19 Oktober lalu, Menteri Pertanian telah menegaskan bahwa Indonesia berhasil memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya tanpa harus bergantung pada impor sejumlah komoditas, bahkan dapat memasok sejumlah komoditas ke berbagai negara lain. Indonesia telah menunjukkan kepada dunia bahwa negara ini bisa memberi makan penduduknya tanpa impor.

Masyarakat kini juga amat membutuhkan berbagai informasi. Tantangan itulah yang harus bisa dijawab oleh Antara dalam menjalankan peran dan fungsinya masa masa kini dan masa-masa mendatang.

Sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perusahaan Umum Lembaga Kantor Berita Nasional Antara, maksud dan tujuan pembentukan Perum LKBN Antara adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan atau jasa di bidang pers yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.

Untuk mencapai maksud dan tujuan, Perum LKBN Antara menyelenggarakan kegiatan peliputan dan atau penyebarluasan informasi kegiatan kenegaraan dan kemasyarakatan baik di tingkat nasional, daerah, maupun internasional; penyediaan jasa berita, foto jurnalistik, grafik, data seketika, audio visual, teknologi informasi, dan multimedia lainnya yang berkaitan dengan kegiatan kenegaraan dan kemasyarakatan; penyediaan jasa apresiasi dan pendidikan jurnalistik, serta pendidikan multimedia; penyelenggaraan media elektronik, penerbitan dan percetakan; dan kegiatan usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Perum LKBN Antara.

 Antara sebagai kantor berita nasional dan kantor berita resmi Republik Indonesia harus menjawab berbagai tantangan yang dihadapi.

Tantangan terbesar dari zaman kini adalah perubahan yang sangat cepat. Bukan negara besar yang mengalahkan negara kecil tetapi negara cepat mengalahkan negara yang lambat.

Cepat dalam artian selalu bisa mengantisipasi dan melakukan perubahan berdasarkan kecenderungan perkembangan teknologi informasi yang memungkinkan setiap bangsa melesat dalam berbagai unggulan inovasi termasuk inovasi disruptif.

Inovasi disruptif dalam hampir semua aspek kehidupan belakangan ini bermunculan. Istilah inovasi disruptif atau "disruptive innovation" akhir-akhir ini populer didengungkan untuk menumbuhkan kesadaran umum bahwa dunia terus berubah sesuai perkembangan zaman.

Model inovasi disruptif (disruptive innovation) ini diperkenalkan oleh Clayton M Christensen, seorang Guru Besar Administrasi Bisnis dari Universitas Harvard, AS, yang terkemuka. Inovasi disruptif menciptakan pasar baru, mengganggu, bahkan merusak pasar yang sudah ada, sehingga menggantikan teknologi yang telah dianggap ketinggalan zaman.

Beragam media massa yang sebelumnya mengandalkan teknologi cetak atau teknologi terestrial (analog) beralih kepada media digital, produk-produk seni seperti lagu, video, dan film juga berubah menjadi produk kreatif serba digital.

Pertumbuhan kemajuan teknologi digital di Indonesia yang pesat bisa jadi mengarah negeri ini menjadi bangsa digital (Indonesia Digital Nation).

Indonesia sedang mengalami masa pergeseran gaya hidup, pola konsumsi dan produksi dari "offline" ke "online". Lembaga riset pasar, e-Marketer memperkirakan netter Indonesia bakal mencapai 123 juta orang pada 2018. Melihat begitu tingginya angka penetrasi pengguna internet di Indonesia, penerapan teknologi digital menjadi suatu keharusan bahkan kebutuhan bagi para pelaku bisnis.

Perkembangan ekonomi digital Indonesia juga memiliki pasar yang sangat besar karena jumlah penduduk yang mencapai 250 juta jiwa. Sekitar 93,4 juta orang saat ini merupakan pengguna internet dan terus mengalami peningkatan jumlahnya untuk masa-masa mendatang.

Peluang ini perlu direspons cepat oleh pelaku usaha nasional, termasuk oleh Kantor Berita Antara dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai entitas bisnis, berupa badan usaha milik negara.

Apa yang disampaikan Menteri Kominfo Rudiantara soal utilisasi digitalisasi, benar adanya, karena digitalisasi dapat memberikan pengaruh positif yang signifikan.

Antara juga harus bisa memanfaatkan perkembangan era digital untuk peningkatan performa dan daya saing dengan berbagi media lain.

Sebagaimana disampaikan oleh Dirjen Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan selaku Ketua Dewan Pengawas Perum LKBN Antara, persaingan antarmedia massa pada masa kini memang sangat ketat. Sebagai satu perusahaan nasional, Antara harus solid dalam mengarungi biduk besar, secara bersama-sama untuk mencapai tujuan perusahaan.

Pemerintah pun giat melakukan berbagai inovasi pemerintahan. Tanpa inovasi, akan membuat negara terhambat dan terhuyung-huyung dalam melaksanakan tujuannya untuk menyejahterakan masyarakat.

Sistem pemerintahan yang berbasis teknologi elektronik sejalan dengan visi Nawacita, dalam mewujudkan kehadiran negara dan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

Beragam inovasi dalam pemerintahan ini merupakan perwujudan reformasi birokrasi yang substansial. Pemanfaatan teknologi informasi lebih memudahkan dalam pelayanan birokrasi yang cepat, murah, dan tepat sebagaimana kebutuhan publik, masyarakat atau dunia usaha, sehingga dapat meningkatkan daya saing bangsa.

Apalagi bagi Antara yang berkutat dalam dunia teknologi informasi dan komunikasi. Perannya tetap amat dibutuhkan sekalipun makan sudah cukup. Dengan demikian pertanyaan kenapa kantor berita nasional setelah makan sudah cukup pun dapat terjawab tanpa kehilangan jati diri atau DNA Antara sebagai kantor berita perjuangan.(*)

Pewarta: Budi Setiawanto

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017