Malang (Antara Jatim) - Tim Apatte 62 Brawijaya Universitas Brawijaya (UB) Malang menjuarai Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) yang digelar Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) di Kenjeran Park, Surabaya.
Di ajang KMHE tersebut, tim Apatte UB meraih medali emas pada kategori prototipe elektrik dan perunggu untuk urban konsep elektrik, dan Best Design Report untuk mobil kategori urban diesel. Dalam kompetisi itu, UB menjadi juara umum kedua setelah ITS.
General Manager Tim Apatte 62 Brawijaya Dana Damara Putra di Malang, Kamis mengakui pada saat lomba sempat ada masalah transmisi dan ada kendala yang cukup besar saat balapan, yakni cuaca di lokasi lomba yang sangat panas, padahal motor listrik mencapai efisiensi terbaik saat tidak dalam situasi panas.
"Saat lomba semoat ada masalah transmisi, namun alhamdulillah semua teratasi dan akhirnya mampu mempersembahkan medali. Oleh karna itu, kami perlu melakukan riset mesin hingga optimal," ujarnya.
Keunggulan mobil yang meraih medali emas itu adalah bodinya menggunakan karbon fiber dan kevlar yang membuat bobot kendaraan lebih ringan. Selain itu, mobil hemat energi tersebut juga kuat dari aspek aerodinamis dan berbahan bakar baterai elektrik yang zero emission.
"Selain itu gesekannya kecil saat pengereman dan ban dipilih yang memiliki rolling resisten kecil. KMHE ini kompetisi adu irit dan adu cepat. Setiap mobil menempuh 8 lap dengan total jarak 11.600 meter dalam waktu 30 menit. Setelah melalui 8 lap, baru konsumsi bahan bakarnya dihitung sesuai yang dipergunakan," ujarnya.
Sementara itu, anggota tim bidang body and frame Tri Tiadi menambahkan mobil itu akan diikutkan dalam kompetisi Shell Eco Marathon Asia 2018 di Singapura pada Maret 2018. "Oleh karena itu, kami terus mengembangkan dari evaluasi KMHE kemarin, antara lain dari riset engine yang masih ada beberapa masalah," terangnya.
Bodi, lanjutnya, akan dimaksimalkan menggunakan komposit yang ringan namun kuat. Selain itu, juga menghilangkan gesekan pada mobil yang berlebihan. Menghilangkan gesekan bisa menempuh jarak terjauh dengan bahan bakar sesedikit mungkin.
"Rendah gesekan ini akan benar-benar kami perhatikan, bahkan di setiap lini agar mobil bisa bekerja dan bergerak optimal," ucapnya.
Di ajang KMHE, dimana ITS sebagai tuan rumah tersebut, FT UB mengirimkan empat tim, yakni Apatte 62 Brawijaya 1 dengan dosen pembimbing Sofyan Arief Setyabudi, Apatte 62 Brawijaya 2 dengan dosen pembimbing Eko Siswanto, Apatte 62 Brawijaya 3 dengan dosen pembimbing Bayu Satrya Wardhana, serta Apatte 62 Brawijaya 4 ddengan dosen pembimbing Mega Nur Sasongko.
Dari empat tim Brawijaya tersebut, UB meraih tiga medali, yakni medali emas untuk kategori prototipe elektrik, perunggu ntuk urban konsep elektrik dan Best Design Report untuk mobil kategori urban diesel.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Di ajang KMHE tersebut, tim Apatte UB meraih medali emas pada kategori prototipe elektrik dan perunggu untuk urban konsep elektrik, dan Best Design Report untuk mobil kategori urban diesel. Dalam kompetisi itu, UB menjadi juara umum kedua setelah ITS.
General Manager Tim Apatte 62 Brawijaya Dana Damara Putra di Malang, Kamis mengakui pada saat lomba sempat ada masalah transmisi dan ada kendala yang cukup besar saat balapan, yakni cuaca di lokasi lomba yang sangat panas, padahal motor listrik mencapai efisiensi terbaik saat tidak dalam situasi panas.
"Saat lomba semoat ada masalah transmisi, namun alhamdulillah semua teratasi dan akhirnya mampu mempersembahkan medali. Oleh karna itu, kami perlu melakukan riset mesin hingga optimal," ujarnya.
Keunggulan mobil yang meraih medali emas itu adalah bodinya menggunakan karbon fiber dan kevlar yang membuat bobot kendaraan lebih ringan. Selain itu, mobil hemat energi tersebut juga kuat dari aspek aerodinamis dan berbahan bakar baterai elektrik yang zero emission.
"Selain itu gesekannya kecil saat pengereman dan ban dipilih yang memiliki rolling resisten kecil. KMHE ini kompetisi adu irit dan adu cepat. Setiap mobil menempuh 8 lap dengan total jarak 11.600 meter dalam waktu 30 menit. Setelah melalui 8 lap, baru konsumsi bahan bakarnya dihitung sesuai yang dipergunakan," ujarnya.
Sementara itu, anggota tim bidang body and frame Tri Tiadi menambahkan mobil itu akan diikutkan dalam kompetisi Shell Eco Marathon Asia 2018 di Singapura pada Maret 2018. "Oleh karena itu, kami terus mengembangkan dari evaluasi KMHE kemarin, antara lain dari riset engine yang masih ada beberapa masalah," terangnya.
Bodi, lanjutnya, akan dimaksimalkan menggunakan komposit yang ringan namun kuat. Selain itu, juga menghilangkan gesekan pada mobil yang berlebihan. Menghilangkan gesekan bisa menempuh jarak terjauh dengan bahan bakar sesedikit mungkin.
"Rendah gesekan ini akan benar-benar kami perhatikan, bahkan di setiap lini agar mobil bisa bekerja dan bergerak optimal," ucapnya.
Di ajang KMHE, dimana ITS sebagai tuan rumah tersebut, FT UB mengirimkan empat tim, yakni Apatte 62 Brawijaya 1 dengan dosen pembimbing Sofyan Arief Setyabudi, Apatte 62 Brawijaya 2 dengan dosen pembimbing Eko Siswanto, Apatte 62 Brawijaya 3 dengan dosen pembimbing Bayu Satrya Wardhana, serta Apatte 62 Brawijaya 4 ddengan dosen pembimbing Mega Nur Sasongko.
Dari empat tim Brawijaya tersebut, UB meraih tiga medali, yakni medali emas untuk kategori prototipe elektrik, perunggu ntuk urban konsep elektrik dan Best Design Report untuk mobil kategori urban diesel.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017