Jalan-jalan ke Palembang, pasti yang ada di benak kita adalah pempek, kuliner khas yang hanya dimiliki kota tersebut.

Tapi, ada satu kuliner lagi yang menjadi ciri khas Ibu Kota Sumatera Selatan, pindang tulang namanya. Tak itu saja, ada juga pindang patin, pindang udang dan lainnya.

Jika di Jawa Timur pindang merupakan nama ikan laut berukuran kecil, yang dijual umum di pasar dan dikenal disimpan di sasak bambu.

Namun, berbeda di Palembang karena pindang yaitu sebutan sejenis kuah dengan bumbu tertentu. Pindang tulang menjadi yang paling banyak diburu wisatawan.

Dikatakan pindang tulang sebab bahan utamanya sendiri adalah tulang iga sapi yang apabila direbus dalam jangka waktu tertentu akan mengeluarkan aroma khasnya tersendiri dipadu dengan gurihnya kuah asam pedasnya.

"Paling dikenal memang pindang tulang sehingga saya penasaran rasanya seperti apa," ujar Wempi Roberto, salah seorang wisatawan asal Surabaya ketika ditemui di rumah makan Pindang Musi Rawas Jalan Angkatan 45 Palembang.

Per porsi, pindang tulang dijual seharga Rp50 ribu dan akan terasa lebih sedap lagi jika ditambahkan sayur lalapan, seperti sayur selada, daun kemangi, terong hingga timun.

Begitu juga dengan pindang patin berbahan utamanya adalah ikan patin yang harga per porsinya mencapai Rp40 ribu.

Satu lagi yang menjadi buruan adalah pindang udang. Harganya memang Rp130 ribu per ekor, tapi udangnya yang berukuran raksasa membuat siapapun yang memakannya tak akan kecewa.

"Saya dan teman-teman pesan pindang patin dan pindang udang karena memang ini baru pertama kali dan penasaran terhadap rasanya. Ternyata memang enak dan layak direkomendasikan untuk siapapun yang datang ke Palembang," kata Shinta Maulidya, warga Mojokerto, yang makan bersama sahabatnya, Sarifah Aini.

Yang istimewa, mayoritas ikan patin dan udang sebagai bahan utama kuliner tersebut berasal dari Sungai Musi, sungai sepanjang 750 kilometer yang juga terpanjang di Pulau Sumatera sekaligus ikon Kota Palembang. (*)
Video Oleh Fiqih Arfani


Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017