Jember (Antara Jatim) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jember Indriya Purwaningsih mengatakan Kabupaten Jember mengalami deflasi tertinggi di Jawa Timur pada bulan Oktober 2017 yakni 0,17 persen.

"Deflasi sebesar 0,17 persen ditunjukkan oleh penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari September 2017 sebesar 125,83 persen menjadi sebesar 125,62 persen pada bulan Oktober 2017," katanya di Kantor BPS Jember, Rabu.

Dari delapan kota IHK di Provinsi Jawa Timur tercatat lima kota mengalami inflasi yakni Kota Madiun, Kabupaten Banyuwangi, Kota Surabaya, Kabupaten Sumenep, dan Kota Malang, sedangkan tiga kota mengalami deflasi yakni Kabupaten Jember, Kota Probolinggo, dan Kota Kediri.

Inflasi tertinggi terjadi di Kota Madiun sebesar 0,14 persen, diikuti Kabupaten Banyuwangi (0,09 persen), kemudian Kota Surabaya (0,05 persen), Kabupaten Sumenep (0,03 persen), dan inflasi terendah terjadi di Kota Malang sebesar 0,02 persen.

Sedangkan kota yang mengalami deflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Jember dan Kota Probolinggo masing-masing sebesar 0,17 persen dan deflasi terendah terjadi di Kota Kediri sebesar 0,12 persen. Pada bulan Oktober 2017, untuk Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,02 persen dan nasional mengalami inflasi sebesar 0,01 persen.

"Deflasi yang terjadi di Jember pada bulan Oktober 2017 dapat diartikan bahwa harga bahan pokok di wilayah setempat cukup stabil, meskipun ada beberapa komponen bahan pokok harganya yang naik," tuturnya.

Selama tiga tahun berturut-turut, lanjut dia, Kabupaten Jember mengalami deflasi pada bulan Oktober 2015, Oktober 2016, dan Oktober 2017 dengan masing-masing laju deflasi 0,05 persen, 0,26 persen, dan 0,17 persen.

Sementara Kasi Statistik Distribusi BPS Jember Candra Birawa mengatakan deflasi di Jember dipicu dengan menurunnya harga sejumlah komoditas dan dari tujuh kelompok pengeluaran, tercatat lima kelompok pengeluaran mengalami inflasi dan dua kelompok pengeluaran mengalami deflasi.

"Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadi deflasi di antaranya daging ayam ras, bawang merah, telur ayam ras, dan garam. Sedangkan komoditas yang memberikan andil inflasi di antaranya beras, rokok kretek, bahan bakar rumah tangga, dan upah pembantu rumah tangga," katanya.

Ia menjelaskan penurunan harga daging ayam ras dan telur ayam ras di Jember karena kelebihan produksi dua komoditas tersebut, bahkan secara nasional Indonesia mengalami kelebihan produksi bibit ayam.

"Turunnya harga daging ayam ras karena persediaan melebihi kebutuhan, sehingga berdampak pada penurunan harga daging ayam kampung sebagai komoditas subtitusi," ujarnya, menambahkan.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017