Surabaya (Antara Jatim) - Dua puluh menit selepas pukul 07.00 WIB, Sabtu, 28 Oktober 2017, kapal cepat Bahari Ekspress berlabuh di Pelabuhan Sangkapura, Pulau Bawean.

Di dermaga, puluhan warga berdiri menyambut kedatangan rombongan dari atas kapal yang dipimpin Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf.

Ya, untuk pertama kalinya di sebuah kepulauan di Jawa Timur, akan digelar upacara bendera memperingati Hari Sumpah Pemuda yang tahun ini memasuki tahun ke-89. Bertindak sebagai inspektur upacara adalah Wakil Gubernur Jawa Timur mewakili Gubernur Soekarwo yang memiliki agenda dinas lainnya.

Tak lebih dari lima menit perjalanan dari pelabuhan ke lokasi upacara di Lapangan Sangkapura. Di sana sudah siap ribuan peserta upacara dari berbagai profesi dan organisasi, mulai dari pelajar, mahasiswa, guru, pramuka, Muslimat NU, Banser, Ansor dan lainnya.

"Upacara memperingati Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2017 segera dimulai. Persiapan," ucap pembawa acara memulai upacara tepat pukul 08.00 WIB. Para peserta upacara sudah siap di posisinya. Kapolsek Sangkapura bertindak sebagai komandan upacara.

Wagub Jatim juga telah mengambil posisi di panggung kehormatan. Orang nomor dua di Pemprov Jatim tersebut mengenakan pakaian adat Bawean.

Tiga petugas pengibar bendera menjalankan tugasnya, menaikkan sang merah putih ke langit Bawean. Begitu juga saat pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, serta pembacaan ikrar Sumpah Pemuda.

Istimewanya, tak hanya petugas yang masuk ke lapangan utama, namun puluhan pemuda-pemudi mengenakan pakaian adat nusantara turut mendampinginya.

"Terus terang saya kagum sekaligus terkejut dengan pemuda-pemudi di Pulau Bawean karena pakaian adatnya lengkap se-Nusantara. Ini membuktikan bahwa Pulau Bawean tidak kalah dengan daerah lainnya, di daratan Pulau Jawa sekalipun," kata Inspektur Upacara Saifullah Yusuf di sela amanatnya.

Amanat orang nomor dua di Pemprov Jatim tak hanya menyampaikan imbauan, membaca sambutan Menteri Pemuda dan Olahraga RI Imam Nahrawi, tapi juga membaca puisi bertema kepemudaan.

Begini isi puisi Gus Ipul, sapaan akrab Saifullah Yusuf, di akhir amanatnya di hadapan ribuan peserta upacara yang judulnya "Pemuda Jaman Now Kabeh Seduluran"

Bangun tidur ngombe wedang
ben pikiran padang, 
ora ngelantur dan siap tempur.
 
Tidak perlu bertanya
iki wedang sing nggawe sopo
alirane opo
partaine opo?
 
Saiki zaman milenial, bro
dudu kolonial, sis.
kebanyakan bicara perbedaan
kita bisa tertinggal
dalam persaingan global
sibuk dengan gombal.
 
Pemuda ribut perbedaan itu kuno
Pemuda ngomong persatuan itu baru zaman now
 
Jangan mau diadu domba
lebih baik nikmati adu burung
suaranya indah menghibur hati yang murung
 
Jawa Timur
Tanahnya subur cukup modal untuk makmur
sing penting rakyate akur, pemimpine jujur.
 
Kabeh-kabeh iki sedulur
Kiwo tengen sedulur
Madhep wetan sedulur
Madhep ngulon sedulur
 
Se penting kule panjenengan sadejeh ataretan, guyub rukun sak terossa.
 
Jangan mau tawur
Lebih baik sama-sama 
Memajukan Jawa Timur
Makmur siji makmur kabeh.
 
Karena Jawa Timur itu
Kabeh sedulur kabeh makmur
 
Nuwus Ker!
(Bawean, 28 Oktober 2017)

"Ini adalah keoptimistisan melihat kemajuan Jawa Timur. Puisi ini sangat unik karena di dalamnya juga diselipi beberapa bahasa daerah semisal bahasa Madura, Bahasa Bawean, Bahasa Jawa, Bahasa Indonesia, serta bahasa walikan khas Malang," kata Gus Ipul.

Pada kesempatan tersebut, ia juga menyampaikan kepada pemuda Jawa Timur, khususnya yang ada di Pulau Bawean untuk semakin berbenah dan maju menghadapi tantangan yang semakin global.

Menurut dia, penguatan sumber daya manusia sangat penting untuk menjadikan Jatim semakin dikenal dari segala bidang, baik politik hingga perkembangan perekonomiannya.

"Pemuda-pemuda di Bawean dan di Jatim harus bekerja sama serta saling bergandengan memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," katanya,

Turut mendampingi Wagub Jatim adalah Wakil Bupati Gresik Abdul Qosim, Anggota DPRD Jatim Thoriqul Haq, Kepala Dinas Perhubungan Jatim Wahid Wahyudi beserta sejumlah stafnya di lingkungan Pemprov Jatim.


Pesan Gubernur Jatim
Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengajak elemen masyarakat meneladani nilai perjuangan yang terkandung pada Sumpah Pemuda di tengah segala keterbatasan pada saat itu hingga mampu menghadirkan semangat berani bersatu.

Makna Sumpah Pemuda, kata dia, harus menjadi perenungan, khususnya semangat berani bersatu para pemuda di tengah situasi penjajahan di tahun 1928, telah mampu membuahkan hasil luar biasa.

Besarnya gelombang ideologi liberalisasi baik melalui media atau segala hal telah mendorong gaya hidup pemuda zaman sekarang, namun melalui kegiatan kejuangan akan menjadi benteng bagi generasi penerus bangsa.

"Pembangunan rasa nasionalisme dalam suasana demokrasi sekarang ini harus dibangun dengan konsep egaliter. Kita tidak bisa hanya sekedar pidato atau memberi instruksi, tapi juga harus memberi contoh," ucapnya.

Selain itu, dalam hal kemajuan teknologi ilmunya bisa ditransfer, tapi untuk masalah mentalitas, budaya dan spiritual harus bekerja sehingga karakter serta budi pekerti seseorang bisa dibentuk.

Sementara itu, orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut juga sempat menjadi inspektur upacara peringatan Sumpah Pemuda di Grahadi.

Di sela amanatnya, Gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo itu membacakan sambutan Menteri Pemuda dan Olahraga RI Imam Nahrawi bahwa masyarakat patut  bersyukur atas sumbangsih para pemuda Indonesia yang sudah melahirkan Sumpah Pemuda.

Pada era sekarang, berbagai macam kemudahan telah dimiliki baik di sisi komunikasi maupun transportasi, namun justru masyarakat lebih sering berselisih paham, mudah memvonis orang, mudah berpecah-belah serta menebar fitnah dan kebencian.

Ini menunjukkan seolah-olah dipisahkan oleh jarak yang terjangkau, atau terhalang oleh tembok yang tebal dan tinggi sehingga tidak bisa ditembus siapapun.

Pesan Tri Rismaharini
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berpesan kepada para pemuda dan pemudi warga Kota Pahlawan agar mempererat persatuan di tengah perbedaan.
     
"Melihat sejarah pada Kongres Sumpah Pemuda, banyak pemuda pemudi yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Namun hal itu tidak menjadi sekat bagi para pemuda Indonesia untuk bersatu demi cita–cita besar Indonesia," katanya.

Meskipun saat ini berkomunikasi dan transportasi begitu mudah untuk berinteraksi sosial antarmuda, namun sangat mudah untuk berpecah belah, menebar fitnah dan kebencian. Seolah–olah dipisahkan oleh jarak yang tidak terjangkau. 

Risma kembali menegaskan betapa pentingnya untuk tidak lagi membahas perbedaan dan bersatu melawan kebodohan. 

"Jangan lagi bahas perbedaan karena tidak ada ujungnya. Kini saatnya harus 'survive' dalam persaingan antarnegara. Terpenting adalah saling menghormati dan toleransi agar bisa menang melawan kemiskinan dan kebodohan," katanya.

Para pemuda Surabaya harus bersatu dan tidak boleh patah semangat. Terlebih, selama ini Pemkot Surabaya menyiapkan berbagai macam program dan fasilitas pendukung aktifitas para pemuda di Surabaya, seperti halnya 300 lebih lapangan olah raga.

Pemuda Jaman Now
Saat ini di berbagai media, baik media massa daring, konvensional, sosial media hingga sekadar percakapan warung kopi tingkat bawah sampai atas, sering terdengar istilah "Kids Jaman Now" (kata Jaman pakai huruf "J", bukan "Z" sebagaimana KBBI).

Namanya saja zaman sekarang, semua yang dikatakan dan ditulis meski itu salah, kadang dianggap benar karena mengikuti tren.

Maksudnya "Kids Jaman Now" adalah anak-anak yang hidup zaman sekarang, yaitu mereka yang mengenal dunia internet, mengetahui kecanggihan teknologi informasi hingga segala sesuatu yang serba ada dan tersedia.

Mau makan ini tinggal ambil ponsel. Mau barang itu tinggal order dari rumah. Bahkan, mau melihat apapun di belahan dunia tinggal duduk manis sambil memandang layar android.

Pokoknya semua serba mudah, gampang dan tak membutuhkan waktu lama untuk membuat keinginan kita menjadi nyata.

Efeknya? Ya ada yang baik, ada juga yang buruk. Baiknya karena semua efektif, kreatif dan tidak susah. Sedangkan, buruknya membuat anak menjadi menjadi malas, tidak sehat karena kurang bergerak dan tentu saja meremehkan karena serba mudah.

Lantas, kapan dan apa batasan disebut "Kids Jaman Now" ini? Kata "Kids" adalah Bahasa Inggris yang artinya anak-anak.

Nah, menurut Hurlock (1980), untuk lebih jelasnya tahapan perkembangan manusia dapat dilihat pada uraian: masa pra-lahir yaitu dimulai sejak terjadinya konsepsi lahir, kemudian masa jabang bayi adalah satu hari-dua minggu.

Berikutnya masa bayi adalah dua minggu-satu tahun. Masa anak atau masa anak-anak awal adalah 1 tahun-6 tahun, anak-anak adalah 6 tahun-12/13 tahun, masa remaja 12/13 tahun-21 tahun, masa dewasa 21 tahun-40 tahun, masa tengah baya 40 tahun-60 tahun, kemudian masa tua 60 tahun hingga meninggal dunia.

Zaman sekarang, masa anak-anak sudah akrab dan melek internet. Meski "cuman" youtube, namun penguasaan gawai oleh anak-anak sudah bukan hal mengherankan. Mereka bahkan lebih pintar dari orang tua sendiri yang memang saat kanak-kananknya belum muncul ponsel pintar.

Kini, seiring semakin "booming"-nya istilah di atas, muncul istilah-istilah baru yang tak menyadurnya, mulai "Pemuda Jaman Now", "Mother Jaman Now", hingga "Jaman Now-Jaman Now" lainnya.

Dalam konteks kali ini, mari berbicara yang positif-positif dari "Pemuda Jaman Now". Apalagi setiap 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Tak salah membahas pemuda sebagai aset bangsa, generasi penerus dan calon pemimpin masa akan datang.

Di Indonesia sekarang ngetren istilah pemuda "Milenial". Yang dikatakan milenial ini, adalah mereka kelahiran tahun 1980-2000. Tapi, 5-10 tahun di bawah 1980 juga masih sah dikatakan sebagai pemuda milenial.

Artinya, mereka yang berada di usia remaja hingga 45 tahunan tidak perlu diperdebatkan apakah dia pemuda era milenial atau tidak. Yang lebih penting, menurut saya, pada usia-usia tersebut mayoritas mereka "makan bangku" S1, bahkan S2.

Dengan demikian, bisa dikatakan mereka yang disebut pemuda milenial mengusai ilmu pengetahuan, memiliki wawasan luas hingga melek teknologi informasi.

Bahkan, menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur 2018, pemuda-pemuda inilah yang namanya mencuat dan dianggap mampu mengisi kursi pemerintahan di provinsi, meski masih sebagai pendamping calon Gubernur.

Sebut saja, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang kini resmi menyandang status bakal Calon Wakil Gubernur Jawa Timur mendampingi Saifullah Yusuf (Gus Ipul) melalui usungan PKB dan PDI Perjuangan.

Tak kaget jika Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri saat mengumumkan rekomendasi pasangan Cagub-Cawagub Jatim pada 15 Oktober 2017 di Jakarta menyebut Abdullah Azwar Anas sebagai generasi milenial yang memiliki segudang prestasi, baik pribadi maupun pemerintahannya.

Ada juga nama Bupati Trenggalek Emil Dardak, begitu juga wakilnya Mochammad Nur Arifin (peraih rekor MURI sebagai wakil bupati termuda di Indonesia saat dilantik dua tahun silam).

Tentu ada nama-nama pemuda lainnya, khususnya di Jatim, yang mungkin belum muncul di permukaan, namun memiliki potensi berkembang hingga berhasil di masa depan.

Tak itu saja, secara umum negara kita sejatinya diuntungkan dengan bonus demografi yang tentu bermanfaat untuk pembangunan negara karena usia produktif masyarakatnya berlimpah.

Berdasarkan catatan, data demografi Indonesia menyebutkan jumlah pemuda di Indonesia sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan usia antara 16-30 tahun berjumlah 61,8 juta orang atau 24,5 persen dari total jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 252 juta orang (BPS 2014).

Maka secara kuantitas angka ini cukup besar, ditambah dalam waktu dekat ini mulai 2020 sampai 2035, Indonesia akan menikmati suatu era yang langka yang disebut dengan bonus demografi itu.

Sebuah kepercumaan dan kesia-siaan jika bangsa ini tak memanfaatkan mereka untuk memajukan Indonesia. Ini tak lain karena jumlah usia produktif Indonesia diproyeksikan berada pada grafik tertinggi dalam sejarah bangsa ini, yaitu mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk hingga 297 juta jiwa.

Kesimpulannya, anak adalah cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan Nasional.

Anak adalah aset dan masa depan negara. Era mendatang  berada di tangan anak-anak zaman sekarang. Mereka akan tumbuh menjadi remaja, dewasa dan memimpin.

Semoga "kids-kids jaman now" dan "pemuda-pemuda jaman now" mampu merealisasikan impian rakyat Indonesia. Menjadikan negara ini menjadi lebih baik, lebih bermartabat dan lebih hebat.

Tak hanya dari segi politik pembangunan, tapi juga ekonomi, sosial, pertahanan keamanan, kebudayaan, pariwisata, hingga olahraga (wabil khusus sepak bola). Ayo buktikan wahai "Pemuda Jaman Now..!!" (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017