Tulungagung (Antara Jatim) - Dua struktur fondasi tiang Jembatan Ngujang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengalami kerusakan berat dan terlihat menggantung akibat erosi aliran Sungai Brantas yang menyebabkan dasar sungai terus tergerus membentuk palung sangat dalam.
Berdasar pengamatan di lapangan, Minggu, ada dua dari empat struktur fondasi yang terlihat menggantung di atas permukaan air sungai dan hanya ditopang beberapa tiang pancang (paku bumi).
Jarak permukaan air dengan alas fondasi yang menggantung berkisar antara 0,5-1,5 meter, saat debit air surut.
"Kondisi ini sudah terjadi sejak tiga tahun lalu dan masih dibiarkan begitu," kata salah seorang warga sekitar Jembatan Ngujang di Desa Ngujang, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung.
Saat debit air sungai meningkat akibat pembukaan pintu air Bendung Serut, biasanya akibat luapan air dari wilayah hulu yang turun hujan, kerusakan fondasi jembatan tertutup aliran sungai.
Namun setiap kali debit air menurun, terutama saat kemarau, struktur fondasi jembatan yang tidak menapak dasar sungai jelas terlihat.
"Airnya kan mengalir deras, sehingga mengikis tanah yang memendam tiang pancang. Begitu tanahnya hilang, kelihatan menggantung seperti itu," kata sejumlah warga, termasuk Tarji.
Untuk menutupi kerusakan dan meminimalkan dampak kerusakan lanjutan, Dinas Pekerjaam Umum dan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional di Kediri hanya memasang plat baja mengelilingi fondasi yang rusak.
Plat tersebut diharapkan bisa menahan derasnya aliran sungai. Namun beberapa di antaranya hanyat dibawa arus yang sangat kuat.
"Kalau dilihat itu ada kerangka besi di sebelah barat (pondasi jembatan). Itu dulu dipasang untuk melindungi," katanya.
Kepala Dinas Pekerjaam Umum Bina Marga dan Cipta Karya (PUBMCK) Kabupaten Tulungagung Sutrisno saat dikonfirmasi sebelumnya menyatakan kondisi jembatan Ngujang masih baik namun tetap dalam pengawasan tim teknis.
Terkait kerusakan sebagaimana terlihat dari struktur fondasi yang menggantung, kata dia, hal itu tidak membahayakan karena kekuatan tiang ada pada tiang-tiang pancang atau pasak bumi yang menopang fondasi jembatan.
"Kewenangan ada di PU pusat. Kami hanya membantu mengevaluasi, tapi pada dasarnya jembatan (Ngujang) masih aman," katanya.
Jembatan Ngujang Tulungagung melintas di atas Sungai Brantas, menghubungkan Kecamatan Kedungwaru di selatan dan Kecamatan Ngantru di utara.
Jembatan ini sangat vital, karena menjadi penghubung di jalan nasional Tulungagung-Kediri-Blitar.
Posisi jembatan ini semakin pentin karena jalur alternatif Tulungagung-Kediri melalui Karangrejo kondisinya masih menggunakan jembatan darurat akibat jembatan penghubung di perbatasan kedua daerah putus dihantam banjir, beberapa bulan silam.
Direktur Eksekutif Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Mangkubumi Tulungagung, Muhammad Ichwan mengatakan, pengikisan pondasi jembatan Ngujang sudah lama terjadi.
Kondisi ini tidak lepas dari aktivitas penambangan pasir mekanik di Sungai Brantas.
Menurut Ichwan, eksploitasi pasir Sungai Brantas sudah melebihi kapasitas. Akibatnya aliran Brantas menjadi semakin dalam. Dampaknya aliran Brantas semakin deras.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Berdasar pengamatan di lapangan, Minggu, ada dua dari empat struktur fondasi yang terlihat menggantung di atas permukaan air sungai dan hanya ditopang beberapa tiang pancang (paku bumi).
Jarak permukaan air dengan alas fondasi yang menggantung berkisar antara 0,5-1,5 meter, saat debit air surut.
"Kondisi ini sudah terjadi sejak tiga tahun lalu dan masih dibiarkan begitu," kata salah seorang warga sekitar Jembatan Ngujang di Desa Ngujang, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung.
Saat debit air sungai meningkat akibat pembukaan pintu air Bendung Serut, biasanya akibat luapan air dari wilayah hulu yang turun hujan, kerusakan fondasi jembatan tertutup aliran sungai.
Namun setiap kali debit air menurun, terutama saat kemarau, struktur fondasi jembatan yang tidak menapak dasar sungai jelas terlihat.
"Airnya kan mengalir deras, sehingga mengikis tanah yang memendam tiang pancang. Begitu tanahnya hilang, kelihatan menggantung seperti itu," kata sejumlah warga, termasuk Tarji.
Untuk menutupi kerusakan dan meminimalkan dampak kerusakan lanjutan, Dinas Pekerjaam Umum dan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional di Kediri hanya memasang plat baja mengelilingi fondasi yang rusak.
Plat tersebut diharapkan bisa menahan derasnya aliran sungai. Namun beberapa di antaranya hanyat dibawa arus yang sangat kuat.
"Kalau dilihat itu ada kerangka besi di sebelah barat (pondasi jembatan). Itu dulu dipasang untuk melindungi," katanya.
Kepala Dinas Pekerjaam Umum Bina Marga dan Cipta Karya (PUBMCK) Kabupaten Tulungagung Sutrisno saat dikonfirmasi sebelumnya menyatakan kondisi jembatan Ngujang masih baik namun tetap dalam pengawasan tim teknis.
Terkait kerusakan sebagaimana terlihat dari struktur fondasi yang menggantung, kata dia, hal itu tidak membahayakan karena kekuatan tiang ada pada tiang-tiang pancang atau pasak bumi yang menopang fondasi jembatan.
"Kewenangan ada di PU pusat. Kami hanya membantu mengevaluasi, tapi pada dasarnya jembatan (Ngujang) masih aman," katanya.
Jembatan Ngujang Tulungagung melintas di atas Sungai Brantas, menghubungkan Kecamatan Kedungwaru di selatan dan Kecamatan Ngantru di utara.
Jembatan ini sangat vital, karena menjadi penghubung di jalan nasional Tulungagung-Kediri-Blitar.
Posisi jembatan ini semakin pentin karena jalur alternatif Tulungagung-Kediri melalui Karangrejo kondisinya masih menggunakan jembatan darurat akibat jembatan penghubung di perbatasan kedua daerah putus dihantam banjir, beberapa bulan silam.
Direktur Eksekutif Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Mangkubumi Tulungagung, Muhammad Ichwan mengatakan, pengikisan pondasi jembatan Ngujang sudah lama terjadi.
Kondisi ini tidak lepas dari aktivitas penambangan pasir mekanik di Sungai Brantas.
Menurut Ichwan, eksploitasi pasir Sungai Brantas sudah melebihi kapasitas. Akibatnya aliran Brantas menjadi semakin dalam. Dampaknya aliran Brantas semakin deras.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017