Jombang, (Antara Jatim) - Deputi Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri Kemenko Polhukam Lutfi Rauf menyebutkan nilai keberagaman Indonesia terefleksi di ASEAN, yang tercermin dari gambaran Indonesia yang majemuk dari berbagai macam suku bangsa dan agama.

"Saya memberikan gambaran bagaimana Indoensia ini terjadi dan itu berkah dari Allah. Bagaimana sifat kemajemukan ini terkristalisasi dalam pembentukan dasar negara Pancasila, dan itu yang saya coba sampaikan," katanya dalam acara "ASEAN Youth Interfaith Camp" (AYIC) 2017 di Pondok Pesantren Darul Ulum, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Sabtu.

Ia mengatakan, Indonesia ini bisa bersatu karena ada keinginan untuk bersatu, dengan tetap mengakui keberagaman. Dengan itu, semuanya bersatu dalam keberagaman. Hal itu juga sebagai dasar dan diadopsi bahwa keberagaman Indonesia juga terefleksi di ASEAN.

"Nilai keberagaman Indonesia ini terefleksi dalam ASEAN. Sebagai sebuah kawasan yang majemuk dan banyak (suku) itu nilai Indonesia yang juga diterapkan dalam praktik di ASEAN, termasuk dalam hal cara pengambilan keputusan," tutur pria yang pernah menjadi Duta Besar Thailand periode 2012-2016 ini.

Ia mengatakan, dalam pengambilan keputusan tersebut tidak ada voting. Hal itu juga sesuai dengan sila keempat Pancasila yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.

Walaupun nilai keberagaman itu baik dan saling menghargai, Lutfi mengakui ada berbagai tantangan ke depan yang juga tidak bisa dianggap remeh. Untuk itu, ia berharap semua kalangan untuk saling menghargai dan tidak terpengaruh dengan berbagai informasi yang bisa memecah persatuan bangsa.

"Tantangan tetap ada, karena kemajemukan. Oleh karena itu perlu dikelola. Saya paham yang bertentangan dengan nilai luhur harus diatasi dengan berbagai forum pendidikan, termasuk forum ini, untuk lebih mendekatkan pemahaman terhada pentingnya nilai keberagaman," ujar Lutfi yang juga pernah menjadi Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri.

Ia juga mengakui, perkembangan teknologi juga berdampak baik dan buruk. Salah satu yang buruk adalah dimanfaatkan orang yang tidak bertanggungjawab untuk menyebarkan berbagai informasi yang tidak benar. Ia menilai, hal itu termasuk tantangan yang harus diluruskan kebenarannya.

Ia berharap, dalam forum yang juga diikuti perwakilan dari berbagai negara ASEAN serta mitra ASEAN ini bisa membawa nilai positif bagi keberagaman dunia. Seluruh anak muda juga ikut menjaga kesatuan, sebab ASEAN bisa maju juga karena saling menjaga persatuan.

"Saya berharap, anak muda di ASEAN bisa menjaga perbedaan, jaga kesatuan ASEAN, karena ASEAN bisa maju karena bersatu. Tidak mungkin bisa maju jika tidak bersatu, padahal sumber konflik perbedaan apapun jenisnya pasti ada," katanya, berharap.

Indonesia, tambah dia, selama lima tahun terkakhir ini kawasan ASEAN yang beragam termasuk bersatu, bisa menciptakan kawasan yang stabil, aman, sehingga ASEAN bisa maju dan berhasil jadi organisasi kawasan paling berhasil di muka bumi. Indonesia juga merupakan negara percontohan bagi negara lain tentang persatuan dan mengatasi perbedaan.

Dalam acara tersebut, diikuti perwakilan dari 21 negara kawasan ASEAN serta mitra ASEAN. Mereka mengikuti berbagai forum diskusi. Tujuan kegiatan ini digelar dengan harapan ingin mengenalkan konsep Islam Nusantara pada seluruh peserta, yaitu Islam yang "Rahmatan lil'alamin".

Sejumlah pejabat dijadwalkan menghadiri acara ini, di antaranya Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, hingga Bupati Tranggelak Emil Dardak. Acara ini berlangsung mulai 28-30 Oktober 2017 di Pondok Pesantren Darul Ulum, Kabupaten Jombang.(*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017