Sidoarjo (Antara Jatim) - Rais Amm Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma'ruf Amin mengatakan saat ini santri berkewajiban berjihad menghadapi masalah radikalisme dan intoleransi yang ingin memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Ma'ruf yang ditemui usai peringatan Hari Santri Nasional (HSN) di Sidoarjo, Minggu mengatakan jika pihaknya mempunyai tanggung jawab untuk menghidupkan semangat jihad santri.  Jika dulu berjihad melawan penjajahan sehingga dapat mengusir penjajah pada tanggal 10 November, saat ini jihad santri berbeda.

"Jihad santri sekarang sesuai dengan tantangannya. Jihad saat ini adalah jihad kepada radikalisme dan sikap tidak toleran yang hendak membuat kegaduhan hingga mengganti Pacasila," kata pria yang juga menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut.

Cucu Syekh Imam Nawawi Banten itu menambahkan selain jihad melawan radikalisme dan intoleransi, santri juga harus dapat melawan kesenjangan sosial.

"Santri harus menghilangkan kesenjangan ekonomi. Karenanya pesantren didorong menjadi pusat pemberdayaan ekonomi di dalam rangka pemberdayaan umat dan menjadi bagian dari arus baru ekonomi Indonesia," tuturnya.

Sementara itu Wakil Gubernur Jawa Timur mengatakan ada lima ciri dari santri. Pertama adalah berakhlak baik, cerdas, dan mandiri. "Keempat dan kelima adalah santri harus terampil dan cinta tanah air," ujarnya.

Pada peringatan HSN (HSN) ke-3 itu berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) mengaji Kitab Kuning Irsyadul Ibad karangan Syekh Imam Nawawi Banten dengan peserta santri terbanyak yakni 90 ribu.

Selain memecahkan rekor MURI mengaji Kitab Kuning, dalam peringatan itu KH Ma'ruf Amin memberikan dua kitab karangan Syekh Imam Nawawi Banten kepada Muhammad Bhisma Romatullah anak yang menghafal 30 jus Al Quran dan dimerihkan Band Wali.(*)
Video Oleh Willy Irawan

Pewarta: willy irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017