Malang (Antara Jatim) - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan menggandeng berbagai pihak untikm mengembangkan ekonomi hijau sekaligus mendampingi nelayan dan petani rumput laut di Kepulauan Sapeken, Madura.
Ketua Tim Program Ipteks bagi Wilayah-Corporate Social Responsibiliy (IbW-CSR) UMM Nurwidodo di Malang, Jumat mengatakan program tersebut disponsori Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) dan bekerja sama dengan Kangean Energy Indonesia (KEI Ltd) serta STKIP PGRI Sumenep.
"Sebagai upaya untuk membina perguruan tinggi lokal, akmi menggandeng STIKIP PGRI Sumenep. Kami juga memberikan pendampingan bagi nelayan dan petani rumput laut di Kepulauan Sapeken dengan dua kepulauan yang menjadi percontohan, yakni Pulau Pagerungan Kecil dan Sadulang Besar," kata Nurwidodo.
Nurwidodo menerangkan berdasarkan hasil observasi dan riset oleh tim Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) UMM, tim dosen Biologi UMM yang difasilitasi Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas-KEI Ltd, dua daerah Pulau Pagerungan dan Sadulang Besar) tersebut menyimpan potensi bahari dan pesisir yang sangat besar.
Sayangnya, katanya, pihak-pihak yang seharusnya memiliki kebijakan pengembangan potensi, seperti pemerintah daerah, belum peka terhadap potensi tersebut, sehingga masyarakat Kepulauan Sapeken semakin tertinggal karena minimnya perhatian dari pemerintah maupun pihak swasta.
Ia mengatakan mengingat adanya tren penangkapan hasil laut yang melewati batas wajar, penangkapan ikan dengan bahan kimia dan bom ikan, serta perusakan habitat ikan, pendampingan masyarakat untuk membudidayakan rumput laut sekaligus mengolah pascapanen merupakan salah satu wujud ekonomi hijau.
Senada dengan Nurwidodo, pakar lingkungan hidup UMM Dr Abdulkadir Rahardjanto ang juga anggota tim IbW-CSR UMM itu menambahkan selama ini di beberapa pulau, masyarakat mulai membudidayakan rumput laut.
Masyarakat yang biasanya menangkap ikan hiu, berburu penyu, dan menangkap ikan dengan potasium serta bom, katanya, mulai mengubah kebiasaannya.
Sementara itu Manager Public Government Affair KEI Hanip Suprapto menyatakan kepedulian UMM sangat luar biasa dan masyarakat i Kepulauan Sapeken mulai merasakan imbas positifnya. Berbagai pelatihan dan penyadaran telah dilakukan kampus tersebut.
"UMM juga memberikan alat pengolah rumput laut menjadi tepung dan alat pembuatan snack rumput laut dengan biaya mencapai puluhan juta rupiah. Harapan kami pendampingan ini terus ditingkatkan agar tingkat perekonomian dan kesejahteraan nelayan dan petani rumput laut di wilayah ini terus meningkat," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Ketua Tim Program Ipteks bagi Wilayah-Corporate Social Responsibiliy (IbW-CSR) UMM Nurwidodo di Malang, Jumat mengatakan program tersebut disponsori Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) dan bekerja sama dengan Kangean Energy Indonesia (KEI Ltd) serta STKIP PGRI Sumenep.
"Sebagai upaya untuk membina perguruan tinggi lokal, akmi menggandeng STIKIP PGRI Sumenep. Kami juga memberikan pendampingan bagi nelayan dan petani rumput laut di Kepulauan Sapeken dengan dua kepulauan yang menjadi percontohan, yakni Pulau Pagerungan Kecil dan Sadulang Besar," kata Nurwidodo.
Nurwidodo menerangkan berdasarkan hasil observasi dan riset oleh tim Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) UMM, tim dosen Biologi UMM yang difasilitasi Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas-KEI Ltd, dua daerah Pulau Pagerungan dan Sadulang Besar) tersebut menyimpan potensi bahari dan pesisir yang sangat besar.
Sayangnya, katanya, pihak-pihak yang seharusnya memiliki kebijakan pengembangan potensi, seperti pemerintah daerah, belum peka terhadap potensi tersebut, sehingga masyarakat Kepulauan Sapeken semakin tertinggal karena minimnya perhatian dari pemerintah maupun pihak swasta.
Ia mengatakan mengingat adanya tren penangkapan hasil laut yang melewati batas wajar, penangkapan ikan dengan bahan kimia dan bom ikan, serta perusakan habitat ikan, pendampingan masyarakat untuk membudidayakan rumput laut sekaligus mengolah pascapanen merupakan salah satu wujud ekonomi hijau.
Senada dengan Nurwidodo, pakar lingkungan hidup UMM Dr Abdulkadir Rahardjanto ang juga anggota tim IbW-CSR UMM itu menambahkan selama ini di beberapa pulau, masyarakat mulai membudidayakan rumput laut.
Masyarakat yang biasanya menangkap ikan hiu, berburu penyu, dan menangkap ikan dengan potasium serta bom, katanya, mulai mengubah kebiasaannya.
Sementara itu Manager Public Government Affair KEI Hanip Suprapto menyatakan kepedulian UMM sangat luar biasa dan masyarakat i Kepulauan Sapeken mulai merasakan imbas positifnya. Berbagai pelatihan dan penyadaran telah dilakukan kampus tersebut.
"UMM juga memberikan alat pengolah rumput laut menjadi tepung dan alat pembuatan snack rumput laut dengan biaya mencapai puluhan juta rupiah. Harapan kami pendampingan ini terus ditingkatkan agar tingkat perekonomian dan kesejahteraan nelayan dan petani rumput laut di wilayah ini terus meningkat," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017