Surabaya (Antara Jatim) - Film karya siswa SMA Khadijah Surabaya yakni Ludruk Tjap Soerabadja menjadi juara satu kategori Sosial Humanisme di ajang Festival Film Nusantara 2017 yang diadakan Tentara Nasional Indonesia (TNI) memperingati HUT ke-72 di Jakarta, (10/10).

Selain film Ludruk Tjap Soerabadja, SMA Khdijah Surabaya juga menyabet juara satu melalui poster film Mata Hati Djoyokardi di kategori Poster terbaik serta Produser terbaik dalam Film Ludruk Tjap Soerabadja. Atas prestasi itu, SMA Khadijah memborong hadiah, yakni uang Rp7,5 juta, tropi, piagam, kacamata VR, green screen, hadiah pribadi dari Panglima TNI Gatot Nurmantyo senilai Rp25 juta serta kamera sport untuk Produser Terbaik.

Sutradara film Ludruk Tjap Soerabadja, Yuniardo Muhammed Alvarez ketika ditemui di Surabaya, Kamis mengungkapkan alasan mengangkat tema ludruk dalam filmnya yakni untuk mengedukasi anak muda yang mulai tidak mengenal apa itu kesenian ludruk. Selain itu, sebagai kritikan untuk pemerintah daerah maupun untuk lebih memperhatikan ludruk serta nasib para pemainnya.

"Minimal mengenalkan apa itu kesenian ludruk agar ada regenerasi untuk para pemainnya," kata Yuniardo Alvarez yang juga menjadi sutradara terbaik itu.

Menurut dia, proses penggarapan film ini memakan waktu selama tiga bulan. Sejak bulan Februari lalu, tim Khadijah Production sebanyak 10 siswa mulai membuat naskah. Tak lupa juga melakukan observasi ke berbagai seniman Ludruk yang menyebar di Kota Surabaya. Disusul dengan proses editing yang memakan waktu cukup lama karena bebarengan saat Ujian Tengah Semester (UTS).

"Dalam observasi itu, seniman Ludruk sangat membutuhkan pemerintah. Mereka sepertinya kecewa kenapa pemerintah tidak bergerak. Seperti Pak Momon (Ketua Seniman Ludruk Surabaya), Pak Rogo, dan Pak Ketut yang biasa main di THR mengeluhkan hal yang sama," ungkapnya.

Dalam film tersebut ditampilkan kesenian Ludruk Lunas, Taman Hira, dan Irama Budaya. Menurutnya, dari total film yang masuk sebanyak 300 di FFN 2017, berhasil menyisihkan 200 peserta. Hingga menyusut sampai tiga besar yang disaksikan langsung oleh Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo. "Pesan Pak Gatot waktu bertemu itu kami diminta terus berkarya dan terus melestarikan budaya," imbuhnya.

Jendral TNI Gatot Nurmantyo, kata dia, film adalah suatu metode pembelajaran untuk meningkatkan motivasi bela negara. Dan yang paling penting adalah menggali Budaya - budaya asli Indonesia yang sudah akan hilang. "Padahal budaya itu merupakan kekuatan hakiki," kata dia.

Namun kata Alvarez, saat tanya ke seniman Ludruk senior itu hanya dibayar sebungkus rokok. Hal itulah, yang membuat tim semakin tergerak semangatnya dalam mengangkat film Ludruk. "Itu yang membuat saya dan tim semakin tergugah mengangkat film ini. Kok bisa ya kesenian ini ditinggalkan dan dibayar secara sukarela," tuturnya.

Sementara itu, Pembina Khadijah Production, Yusuf Kurniawan mengatakan, untuk menyatukan dan menumbuhkan semangat anak-anak tidaklah mudah. Hal ini karena diantaranya tidak datang saat penggarapan film.

"Tapi saya bangga sama anak-anak atas pencapaiannya. Karena di tingkat kota Surabaya dan Provinsi belum pernah mendapatkan juara. Tapi di tingkat Nasional justru malah kita unggul," kata dia.

Menurut Yusuf yang juga sebagai Guru Seni Budaya SMA Khadijah Surabaya ini mengatakan, jadwal pembuatan film sering bentrok dengan jadwal sekolah. "Tapi, semua itu bisa diatasi oleh semua siswa dengan hasil yang maksimal," tuturnya.

Bahkan, lanjut dia, atas perjuangan siswa yang tergabung dalam pembuatan film juga didukung oleh pihak sekolah. "Kita bersyukur sekali sekolah mensuportnya. Syukur-syukur kalau siswa ini diringankan nilai-nilai mata pelajarannya," ujarnya. (*)
Video Oleh Willy Irawan
 

Pewarta: willy irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017