Surabaya (Antara Jatim) - Tiga komoditas masing-masing beras, biaya kontrak rumah dan emas perhiasan mendorong terjadinya inflasi di wilayah Jawa Timur pada September 2017, sebesar 0,19 persen.
Kepala Bidang Statistik dan Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Satriyo Wibowo di Surabaya, Senin mengatakan untuk beras inflasi terjadi karena berkurangnya produksi di beberapa daerah.
Selain itu, kata dia, juga terjadi karena didorong penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras yang ditetapkan pemerintah per tanggal 1 September 2017, akibatnya harga beras menjadi naik.
"Kenaikan harga beras juga disebabkan sudah lewatnya musim panen yang biasanya terjadi di Bulan Juni-Juli," katanya.
Satriyo mengatakan, harga beras rata-rata di Jatim naik 1,63 persen dan memberikan sumbangan ke inflasi sebesar 0,06 persen.
Sedangkan untuk emas perhiasan, Satriyo menyebut karena harga emas dunia yang juga mengalami kenaikan, ditambah pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dolar yang membuat harga emas perhiasan naik dibandingkan bulan sebelumnya.
"Untuk kontrak rumah, mengalami kenaikan harga 1,56 persen dan emas perhiasan 2,84 persen," tuturnya.
Satriyo menjelaskan, komoditas lain yang mendorong inflasi di Jatim adalah mie, biaya akademi/perguruan tinggi, besi beton, pepaya, upah buruh bayi atau "baby sitter" dan teh manis.
Sementara untuk komoditas penghambat laju inflasi masing-masing terdiri dari tiga komoditas utama yaitu bawang merah, bawang putih dan cabai rawit.
"Panen serentak di September kemarin membuat pasokan bawang merah dan bawang putih melimpah di pasaran yang mengakibatkan harga menjadi turun," tuturnya.
Hal ini, kata Satriyo, juga mengakibatkan stok cabai rawit dengan kualitas baik di daerah melimpah, karena kondisi cuaca pada September yang masih kemarau dan belum turun hujan di beberapa daerah.
"Akibatnya, harga cabai rawit di beberapa pasar semakin turun, dan menghambat laju inflasi," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017