Riyadh, Arab Saudi (Antara) - Pencabutan larangan mengemudi bagi perempuan di Arab Saudi akan mengurangi jumlah kecelakaan mobil di negara dengan tingkat kematian terburuk di dunia terkait peri laku berkendara, demikian pernyataan menteri dalam negeri Arab Saudi, Kamis.

Raja Salman mengumumkan perubahan bersejarah tersebut pada Selasa, mengakhiri tradisi konservatif yang membatasi gerak perempuan yang dilihat aktivis HAM sebagai lambang penindasan mereka di Kerajaan Arab Saudi.

Arab Saudi adalah satu-satunya negara terakhir di dunia yang melarang perempuan mengemudi, dan kebijakan itu secara resmi berakhir pada Juni 2018 setelah komite menteri melaporkan langkah-langkah yang diperlukan untuk implementasi perintah kerajaan itu.

Menteri Dalam Negeri Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Saud bin Nayef, yang mengambil alih jabatan dari pamannya, Juni, mengatakan, pasukan keamanan siap untuk menerapkan undang-undang lalu-lintas kepada pria dan perempuan, meskipun dia tidak menyebutkan apakah perempuan akan direkrut sebagai polisi lalu-lintas.

"Perempuan yang mengendarai mobil akan mengubah keselamatan lalu lintas menjadi praktik pengajaran yang akan mengurangi kerugian manusia dan ekonomi akibat kecelakaan," ujarnya, seperti dikutip umpan Twitter resmi kementerian tersebut. Namun dia tidak memberikan rinciannya.

Sekitar 20 orang Saudi meninggal setiap hari dalam kecelakaan lalu-lintas. Tata pemerintahan yang buruk telah berkontribusi terhadap rekor terburuk Arab Saudi dalam hal keselamatan di jalan raya, menurut para analis, dan pemerintah berharap mengurangi seperempat dari jumlah kematian sebagai bagian dari program reformasi Vision 2030 yang ambisius.

Sementara perempuan Arab Saudi umumnya memuji pencabutan larangan mengemudi, beberapa pria menyatakan keprihatinannya bahwa akan secara dramatis meningkatkan jumlah mobil di jalan-jalan Saudi yang sudah penuh sesak.

Keluarga Arab Saudi kelas menengah ke atas biasanya memiliki dua kendaraan dalam satu rumah, satu dipakai pria dan mobil kedua dipakai sopir yang mengangkut istri dan anak-anaknya.

Keputusan kerajaan itu menjanjikan perubahan gaya hidup bagi banyak dari 10 juta perempuan berusia di atas 20 tahun, termasuk orang asing yang tinggal di Arab Saudi.

Hal tersebut juga dapat membantu memulihkan pertumbuhan penjualan mobil di pasar yang disebabkan dampak ekonomi dari harga minyak yang lemah.

Tetapi karena tradisi konservatif sudah dijalankan sejak lama, kemungkinan butuh waktu bertahun-tahun lebih lama daripada berbulan-bulan agar perempuan dapat mengemudikan kendaraannya di jalanan di beberapa daerah. (*)

Pewarta: Supervisor

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017