Surabaya (Antara Jatim) - Kabupaten Blora yang sebelumnya hanya dikenal dengan potensi hutan jati, tambang migas, sentra peternakan sapi dan budaya masyarakat Samin-nya, kini juga memiliki kampung keramik, yakni Desa Balong.

Desa Balong berada di wilayah administratif Kecamatan Jepon dan hanya berjarak sekitar 1,5  kilometer dari jalan raya Blora ke  arah Cepu, salah satu kecamatan di Blora yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Perajin di desa ini sudah mengembangkan kerajinan keramik dalam beberapa tahun terakhir. Desa Balong sebelumnya sudah dikenal luas sebagai sentra produksi genteng pres dan batu bata ekspos. Keramik yang dihasilkan merupakan diversifikasi produk yang sudah ada.

Oleh karena itu, berjalan mengitari pedukuhan di Desa Balong akan mudah menjumpai kerajinan genteng pres, batu bata ekspos dan aneka macam produk kerajinan keramik yang dikeringkan di pekarangan-pekarangan warga, termasuk tungku pembakarannya.

Perajin keramik di Desa Balong selama ini memanfaatkan sinar matahari untuk mengeringkan produk-produknya sebelum dibakar. Proses produksi mereka relatif masih sangat sederhana.

Sedangkan keramik yang dihasilkan seperti vas bunga, patung atau boneka, asbak, kendi, ikan-ikanan, mangkuk, poci atau tempat menjarang teh, dan hiasan-hiasan dinding.

Harga keramik dari Desa Balong sangat variatif mulai dari lima ribu hingga ratusan ribu rupiah per unit, tergantung jenis, tingkat kerumitan pengerjaan dan besar kecilnya produk.

Perajin keramik di Desa Balong tidak mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku, karena di Kabupaten Blora juga dihasilkan tanah lempung yang kualitasnya sangat baik.

Kabupaten Blora memiliki potensi tanah lempung yang sangat besar. Hampir di setiap kecamatan di kabupaten berkapur ini memiliki potensi tanah lempung untuk pembuatan batu bata, genteng ataupun keramik.

Daerah yang memiliki potensi tanah lempung itu di antaranya di Desa Sambongrejo,  Desa Sendangmulyo, Desa Tumpurejo, Desa Temurejo, Desa Tambaksari,  Desa Patalan dan Desa Balong.

Pelatihan
Sejumlah perajin setempat kini terus berusaha mengembangkan produk yang dihasilkan dengan  melakukan studi banding ke sentra produsen keramik di daerah lain dan mengikuti pelatihan-pelatihan.

Para perajin bahkan juga pernah mendapat pembinaan dari jajaran Exxon Mobile yang beroperasi di Cepu serta Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dalam hal proses, desain dan pembuatan keramik yang baik.

Untuk menunjang kegiatan produksi dan pemasaran di tempat ini sudah dibangun Griya Keramik Blora serta Koperasi Serba Usaha "Bawono Aji". Griya Keramik Blora yang berada di jalan raya pinggir desa menjadi ruang pamer produk keramik dari daerah ini.

Sejumlah perajin yang ditemui saat  kunjungan Wakil Bupati Blora Arief Rohman beserta jajaran dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan peserta Lokakarya Media belum lama ini mengakui bahwa untuk memulai usaha di bidang keramik tidak mudah.

Sebab,  masyarakat sudah terbiasa memproduksi genteng pres dan batu bata ekspos yang sangat mudah menjualnya dengan harga sangat stabil. "Hasil genteng dan bata dari Balong ini, baru dikeringkan saja sudah laku, sudah ada yang pesan. Sedangkan produk keramik meski ada yang beli tapi belum banyak," kata seorang perajin keramik Desa Balong, Widodo (37).

Senada dengan Widodo, perajin  keramik yang  karyanya selalu ada identitas bunga, Listari,  juga menyatakan kesulitan dalam pemasaran. Hasil karyannya selama ini banyak dibeli konsumen lokal dan luar daerah jika mengikuti pameran, meski tidak banyak.

Kesulitan dalam pemasaran tersebut akhirnya berimbas kepada keuangan yang dibutuhkan perajin.  Dalam kondisi seperti itu sejumlah perajin terkadang ingin banting stir ke usaha lain, atau menekuni usaha genteng dan batu bata.

Dari 20 perajin keramik yang dibina di daerah ini, kini yang masih bertahan tinggal enam perajin. Mereka berharap ada dukungan dari berbagai pihak agar rintisan usaha dalam bidang produksi keramik tersebut bisa berkembang.

"Mudah-mudahan ada perkembangan dalam pemasaran sehingga semakin menggairahkan perajin untuk berproduksi," ujar perempuan berjilbab itu.

Sementara itu, Wakil Bupati Blora Arief Rohman dalam kesempatan kunjungan ke desa ini berharap dan menyemangati perajin untuk terus berinovasi mengembangkan produk serta pola-pola pemasarannya. Di era teknologi pemasaran tidak hanya dengan cara konevensional, tapi dapat melalui "digital marketing". 

Dengan demikian, produk yang dihasilkan dari Blora tidak hanya bisa dikenal atau dinikmati daerah sekitar, tapi bisa juga untuk memasok kebutuhan pasar dalam maupun luar negeri.

Mudah-mudahan munculnya kampung keramik di Kabupaten Blora ini akan semakin memperkaya khazanah seni kerajinan keramik di Tanah Air bersama daerah penghasil keramik lain seperti Melikan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Kasongan di Yogyakarta dan Banyu Mulek di Nusa Tenggara Barat. (*)

Pewarta: Slamet Hadi Purnomo

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017