Surabaya (Antara Jatim) - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya bersama perusahaan penyedia komunikasi data dan internet, Lintasarta, Rabu, meresmikan ruangan Co-Working Space hasil kerja sama mereka untuk mengembangkan start-up muda di Kota Surabaya.
Ruangan yang dibandung Lintasarta bersama Badan Pengembangan dan Pengelolaan Usaha (BPPU) ITS ini guna mendukung program pemerintah dalam menumbuhkembangkan 1.000 start-up di Indonesia. Dalam ruangan itu dilengkapi dengan beberapa fasilitas seperti "high-speed" internet, "cloud service", "managed service" serta para ahli yang akan memberikan mentoring kepada para tenant start-up.
Rektor ITS Prof Joni Hermana dalam sambutan peresmiannya menuturkan bahwa kerja sama yang dilakukan ini juga bertujuan untuk mendukung kegaiatan Smart City yang sedang digalakkan oleh pemerintah Kota Surabaya.
"Pengembangan ini menunjang program melek informasi teknologi oleh Kota Surabaya," ujar Joni.
Guru besar Departemen Teknik Lingkungan ini mengatakan agar keeradaan Co-Working Space ini bisa dimanfaatkan mahasiswa dalam memberikan sumbangsih ide kreatif bagi kota Pahlawan. "Smart City merupakam potensi besar dan merupakan 'trademark' kota Surabaya dan ke depannya Surabaya bisa menjadi percontohan bagi kota-kota lainnya," katanya.
Joni berharap, dengan adanya Co-Working Space ini bisa membangkitkan gairah mahasiswa dalam menuangkan ide-ide kreatif yang berharga.
Sementara itu, President Director Lintasarta Arya Damar mengatakan bahwa melihat besarnya potensi bisnis dari teknologi digital, seperti e-commerce di Indonesia, maka menjadi kewajiban bagi semua stakeholders dalam negeri untuk mendukung agar Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
"Terutama dengan mendorong agar para start-up yang jumlahnya besar tersebut mau membuat dan mengembangkan berbagai macam aplikasi yang dapat diterapkan di berbagai industri," tuturnya.
Menurutnya, Indonesia memiliki peluang besar untuk menciptakan berbagai aplikasi digital seperti mobile application, karena memiliki sumber daya manusia (SDM), terutama generasi muda yang jumlahnya sangat besar dan tidak kalah kualitasnya dengan SDM negara-negara lain.
Peluang keberhasilan mengembangkan perangkat lunak oleh SDM Indonesia lebih besar daripada keberhasilan mengembangkan perangkat keras, karena kendala terbesarnya adalah adanya keterbatasan dana untuk melakukan research & development (R&D).
Arya mengatakan bahwa Lintasarta sebagai perusahaan swasta juga ingin memberikan sumbangsih dalam pembangunan bangsa, yakni dengan mengembangkan start up yang juga bisa mendukung Smart City. Melalui pembangunan Co-Working Space ini diharapkan semua mahasiswa ITS bisa berkontribusi dalam industri.
"Lintasarta akan membantu pengembangan ide mahasiswa melalui mentoring dan pelatihan," kata dia.
Lebih lanjut, Arya mengatakan bahwa mahasiswa adalah sumberdaya manusia yang memiliki daya saing yang tinggi namun sering terhambat pada pengetahuan tentang pasar dan operasional. "Lintasarta akan siap untuk membantu mahasiswa dalam melihat pasar, pembiayaan dan operasional start up khususnya yang mendukung Smart City," tutur Arya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Ruangan yang dibandung Lintasarta bersama Badan Pengembangan dan Pengelolaan Usaha (BPPU) ITS ini guna mendukung program pemerintah dalam menumbuhkembangkan 1.000 start-up di Indonesia. Dalam ruangan itu dilengkapi dengan beberapa fasilitas seperti "high-speed" internet, "cloud service", "managed service" serta para ahli yang akan memberikan mentoring kepada para tenant start-up.
Rektor ITS Prof Joni Hermana dalam sambutan peresmiannya menuturkan bahwa kerja sama yang dilakukan ini juga bertujuan untuk mendukung kegaiatan Smart City yang sedang digalakkan oleh pemerintah Kota Surabaya.
"Pengembangan ini menunjang program melek informasi teknologi oleh Kota Surabaya," ujar Joni.
Guru besar Departemen Teknik Lingkungan ini mengatakan agar keeradaan Co-Working Space ini bisa dimanfaatkan mahasiswa dalam memberikan sumbangsih ide kreatif bagi kota Pahlawan. "Smart City merupakam potensi besar dan merupakan 'trademark' kota Surabaya dan ke depannya Surabaya bisa menjadi percontohan bagi kota-kota lainnya," katanya.
Joni berharap, dengan adanya Co-Working Space ini bisa membangkitkan gairah mahasiswa dalam menuangkan ide-ide kreatif yang berharga.
Sementara itu, President Director Lintasarta Arya Damar mengatakan bahwa melihat besarnya potensi bisnis dari teknologi digital, seperti e-commerce di Indonesia, maka menjadi kewajiban bagi semua stakeholders dalam negeri untuk mendukung agar Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
"Terutama dengan mendorong agar para start-up yang jumlahnya besar tersebut mau membuat dan mengembangkan berbagai macam aplikasi yang dapat diterapkan di berbagai industri," tuturnya.
Menurutnya, Indonesia memiliki peluang besar untuk menciptakan berbagai aplikasi digital seperti mobile application, karena memiliki sumber daya manusia (SDM), terutama generasi muda yang jumlahnya sangat besar dan tidak kalah kualitasnya dengan SDM negara-negara lain.
Peluang keberhasilan mengembangkan perangkat lunak oleh SDM Indonesia lebih besar daripada keberhasilan mengembangkan perangkat keras, karena kendala terbesarnya adalah adanya keterbatasan dana untuk melakukan research & development (R&D).
Arya mengatakan bahwa Lintasarta sebagai perusahaan swasta juga ingin memberikan sumbangsih dalam pembangunan bangsa, yakni dengan mengembangkan start up yang juga bisa mendukung Smart City. Melalui pembangunan Co-Working Space ini diharapkan semua mahasiswa ITS bisa berkontribusi dalam industri.
"Lintasarta akan membantu pengembangan ide mahasiswa melalui mentoring dan pelatihan," kata dia.
Lebih lanjut, Arya mengatakan bahwa mahasiswa adalah sumberdaya manusia yang memiliki daya saing yang tinggi namun sering terhambat pada pengetahuan tentang pasar dan operasional. "Lintasarta akan siap untuk membantu mahasiswa dalam melihat pasar, pembiayaan dan operasional start up khususnya yang mendukung Smart City," tutur Arya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017