Surabaya (Antara Jatim) - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan menggelar refleksi peristiwa perobekan bendera Belanda oleh Arek-Arek Surabaya di Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit) pada Kamis (14/9). 
     
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya Widodo Suryantoro, di Surabaya, Rabu, mengatakan kegiatan tersebut akan dihadiri jajaran Forum Pimpinan Daerah (Forpimda), Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Surabaya, Gartap, TNI, Polri, pelajar dan beberapa komunitas. 

"Acaranya lebih banyak dikemas teatrikal lewat penampilan beberapa komunitas seni yang merefleksikan peristiwa perobekan bendera Belanda oleh Are-Arek Surabaya," katanya.

Selain itu, lanjut dia, nantinya juga ada pidato kebangsaan yang disampaikan Wali Kota Surabaya. Ia mengatakan agenda ini merupakan bagian dari peringatan Hari Pahlawan.

Untuk menyosialisasikan agenda tahunan ini, lanjut dia, Disbudpar telah melakukan berbagai upaya, di antaranya melakukan promosi ke hotel-hotel, juga melalui travel-travel. Termasuk juga memberikan pengumuman melalui media sosial. 

"Kami juga mengundang konsulat dan beberapa tamu dari luar negeri juga akan hadir," ujar Widodo.

Untuk mendukung lancarnya acara ini, Disbudpar Surabaya telah berkoordinasi dengan Satlantas Polrestabes Surabaya dan juga Dinas Perhubungan Surabaya untuk melakukan penutupan Jalan Tunjungan dimulai pukul 06.00 WIB. 

Arus lalu lintas dialihkan ke Jalan Gentengkali, Praban dan Bubutan. "Penutupannya berawal dari depan Siola, seperti ketika Car Free Day. Tapi khusus untuk tamu di Hotel Majapahit, akan ada contra flow dengan sistem buka tutup,"  ujarnya.

Koordinator acara, seniman Heri Prasetyo alias Heri Lentho menyampaikan, rekonstruksi perobekan bendera Belanda dimulai ketika ada beberapa pemuda yang diperankan oleh seniman, datang dari arah utara untuk kemudian memasuki hotel. Dalam rekontruksi tersebut, para seniman juga memainkan adegan panjat gedung dengan menggunakan tangga bambu untuk merobek bendera merah putih biru.

Heri Lentho menambahkan acara tahunan yang dikemas teatrikal ini akan sedikit berbeda dengan penyelenggaraan di dua tahun sebelumnya. Termasuk upacara, ketika wali kota menyampaikan pidato kebangsaan, akan diiringi musik. 

"Akan ada warna baru. Intinya, kami mencoba merekonstruksi ulang peristiwa pada 19 September 1945 agar mendekati yang sebenarnya," ujarnya. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017