Surabaya (Antara Jatim) – Sekitar 300an mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dari 515 mahasiswa yang akan diwisuda lulus dengan predikat dengan pujian atau "cumlaude" dengan mendapat rata-rata indeks prestasi komulatif (IPK) di atas 3,50.

"Dari jumlah 515 wisudawan, lebih dari separuh berpredikat 'cumlaude'. Mereka kami nyatakan lulus 'cumlaude' karena IPK-nya di atas 3,50 dan lulus tepat waktu untuk program studi D3 dan S1. Sedangkan untuk program magister dan profesi IPK di atas 3,75," kata Direktur Akademik dan Kamahasiswaan Unusa Umdatus Soleha di Surabaya, Selasa.

Umdatus menjelaskan 515 wisudawan itu berasal dari 110 wisudawan S1 Keperawatan, 180 wisudawan D3 Kebidanan, 76 wisudawan D3 Keperawatan, 93 wisudawan profesi ners, lima wisudawan S1 Manajemen, 19 wisudawan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat, 12 wisudawan S1 Gizi, 11 wisudawan D4 Analis Kesehatan, satu wisudawan S1 Sistem Informasi, dan enam wisudawan S1 PGSD.

Dia mengatakan dalam tradisi wisuda di Unusa, pimpinan telah menentukan wisudawan terbaik yang ditentukan bukan hanya pada nilai akademik yang diraih, melainkan juga nilai sistem kredit prestasi (SKP).

"Unusa tidak hanya menghargai nilai akademik, melainkan prestasi lain di luar akademik. Dengan persyaratan memperoleh IPK minimal 3,25 untuk program diploma dan S1, serta 3,50 untuk program profesi dan magister serta memenuhi SKP sebanyak 200 SKP," kata dia.

Artinya, lanjut Umdatus, bisa jadi seorang wisudawan berprestasi "cumlaude" tapi tidak menjadi yang terbaik atau sebaliknya, terpilih menjadi wisudawan terbaik tapi tidak "cumlaude".

Salah satu contoh mahasiswa yang menjadi wisudawan terbaik tapi tidak lulus cum laude adalah Ro’ip. Wisudawan Fakultas Teknik (FT) prodi S1 Sistem Informasi ini meraih IPK 3,39 dan tercatat sebagai mahasiswa angkatan pertama di FT Unusa yang diwisuda.

Ro'ip mengatakan, sebagai angkatan pertama di FT ada perasaan bangga. Selain itu dirinya bangga bisa menyelesaikan tepat waktu dan bisa terpilih sebagai wisudawan terbaik.

Dia mengambil skripsi tentang Prototipe Perancangan Sistem Informasi Pelayanan "Home Care" di Rumah Sakit Islam Jemursari. Software ini memang berupa rancangan, namun dia berusaha mewujudkannya untuk kebutuhan masyarakat. Layanan ini sebenarnya sudah banyak di rumah sakit luar negeri, hanya Indonesia masih sedikit.

Ro’ip menjelaskan, membuat rancangan itu untuk memudahkan para pasien agar bisa meminta Layanan Home Care dengan mudah. "Nanti kalau mau minta layanan "Home Care" langsung saja daftar di aplikasi, dan perawatnya langsung datang ke rumah, gak perlu bolak-balik," ujarnya.(*)

Pewarta: willy irawan

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017