Jember (Antara Jatim) - Laju deflasi Kabupaten Jember di bulan Agustus 2017 sebesar 0,09 persen merupakan deflasi terendah se-Jawa Timur.

"Dari delapan Kota IHK di Provinsi Jawa Timur, semua kota mengalami deflasi dengan deflasi tertinggi terjadi di Kota Malang sebesar 0,57 persen dan terendah di Kabupaten Jember sebesar 0,09 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jember Indriya Purwaningsih di Jember, Senin.

Secara rinci, deflasi di Kota Malang sebesar 0,57 persen, diikuti Kabupaten Sumenep sebesar 0,25 persen, Kota Surabaya dan Kota Probolinggo masing-masing sebesar 0,19 persen, Kota Kediri sebesar 0,17 persen, Kota Madiun sebesar 0,16 persen, Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,11 persen dan deflasi terendah terjadi di Kabupaten Jember sebesar 0,09 persen.

"Pada bulan Agustus 2017, Jawa Timur mengalami deflasi sebesar 0,25 persen dan nasional mengalami deflasi sebesar 0,07 persen, sehingga deflasi Jember lebih tinggi dibandingkan deflasi nasional, namun lebih rendah dari deflasi Jatim," katanya.

Menurutnya turunnya harga komoditas bawang merah dan beras menjadi salah satu faktor dominan yang memicu terjadinya deflasi di Jember pada bulan Agustus 2017 dengan angka deflasi 0,09 persen.

"Komoditas yang memberikan andil besar terjadinya deflasi adalah bawang merah, beras, wortel, bawang putih, tarif kereta api, telepon seluler, gula pasir, tomat sayur, telur ayam ras, dan angkutan antarkota," tuturnya. 

Ia mengatakan harga sejumlah komoditas komponen bergejolak (volatile food) seperti bawang merah, beras, wortel, bawang putih, tomat sayur, dan telur ayam ras menjelang Hari Raya Idul Adha 1438 Hijriah cenderung terkendali dan stabil.

"Kemudian juga didukung dengan turun dan stabilnya harga pada komoditas komponen inti dan komponen yang diatur oleh pemerintah, sehingga laju inflasi Jember dapat ditekan," katanya.

Ia mengatakan harga bawang putih dan bawang merah mengalami penurunan sejak Juni 2017 hingga menjelang Lebaran, bahkan semakin stabil setelah Idul Fitri 1438 Hijriah sampai dengan Agustus 2017.

"Komitmen Pemerintah menjaga stabilitas harga bahan pokok berdasarkan Keputusan Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) menjadi salah satu faktor turunnya harga komoditas strategis di pasaran dan menghambat laju inflasi," tuturnya.

Sedangkan sejumlah komoditas utama yang mendorong terjadinya inflasi di Kabupaten Jember yakni garam, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, akademi/perguruan tinggi, emas perhiasan, sekolah menengah atas, udang basah, daging ayam ras, tongkol pindang, dan apel.

Indriya mengatakan laju inflasi tahun kalender di bulan Agustus 2017, Kabupaten Jember mengalami inflasi sebesar 2,61 persen dan angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi tahun kalender Agustus 2016 yang mengalami inflasi sebesar 0,72 persen.

"Inflasi 'year-on-year' pada bulan Agustus 2017 sebesar 3,85 persen dan angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi 'year-on-year' bulan Agustus 2016 sebesar 1,62 persen," ujarnya.

Komponen inti (core inflation) mengalami inflasi sebesar 0,31 persen, dan komponen diatur pemerintah (administered) mengalami deflasi sebesar 0,25 persen, sedangkan komponen bergejolak (volatile foods) mengalami deflasi sebesar 1,05 persen.(*)
Video Oleh: Zumrotun Solichah

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017