Trenggalek (Antara Jatim) - Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak bersama sang istri, artis Arumi Bachsin menaiki kereta kencana milik Kraton Solo saat kirab pusaka dalam puncak rangkaian Hari Jadi ke-823 Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Kamis.
Diikuti rombongan "pasukan" hulubalang pembawa sepasang tombak pusaka Korowelang dan para dayang yang berjalan di belakangnya, Bupati Emil dan Arumi bersama kedua anaknya yang dirias dengan pakaian kerajaan Jawa sempat dibawa berkeliling Kota Trenggalek.
Rangkaian kirab dalam rangkaian puncak hari jadi Trenggalek itu kemudian dilanjutkan dengan penyerahan kedua tombak pusaka Korowelang yang telah dijamas sehari sebelumnya kepada Bupati Emil di Pendopo Manggala Praja, melalui prosesi adat secara sakral.
Puncak peringatan lalu ditutup dengan purak tumpeng raksasa yang sebelumnya ikut diarak keliling kota Trenggalek.
Warga pun langsung berebut aneka makanan yang disajikan dalam tumpeng berkat berisi gunungan nasi kuning dan beraneka lauk setinggi kurang lebih dua meter tersebut hingga ludes demi "ngalap berkah" (berharap mendapat keberkahan), sebagaimana keyakinan masyarakat tradisional setempat.
"Kereta kencana ini merupakan partisipasi seorang sahabat, dan sengaja didatangkan dari Solo. Kereta yang diberi nama Garuda Kencana ini buatan tahun 1898. Selain tujuan untuk menyemarakkan Hari Jadi Trenggalek, diharapkan bisa mempererat persahabatan Trenggalek dengan warga Solo, dan tentunya membuat masyarakat Trenggalek lebih berbahagia lagi di momen yang spesial ini," katanya.
Emil yang lama dan dibesarkan di Ibukota Jakarta sempat membuat kejutan saat membacakan pidato sambutan menggunakan bahasa Jawa halus.
Meski dengan logat yang belum sempurna dan harus dibantu bacaan teks tulis, Emil mengaku cukup bahagia bisa memberi pidato sambutan dengan bahasa daerah sehingga bisa menambah kesakralan acara yang menjadi tradisi tahunan dalam hari jadi Kabupaten Trenggalek yang telah dipimpinnya sejak 1,5 tahun terakhir.
Dalam pernyataannya usai prosesi kirab pusaka, Emil berharap Trenggalek semakin maju dalam segala hal, baik dari sektor perekonomian, sosial dan karakter secara budaya.
"Artinya Trenggalek tidak hanya makmur dari sisi perutnya saja, tetapi juga makmur dalam hati dan batinnya juga," katanya.
Emil berkomitmen untuk terus melestarikan tradisi dan budaya leluhur di daerah yang dia pimpin tersebut dengan tujuan mengingatkan bahwa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki karakter yang baik dan harus dipertahankan sampai kapanpun juga.
Pelaksanaan rangkaian puncak hari jadi Trenggalek itu berlangsung lebih semarak dan tertata rapi dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Pemkab Trenggalek juga membuat terobosan dalam kegiatan puncak hari jadi itu dengan mengumumkan sejumlah desa yang dinilai berhasil membuat terobosan inovasi dalam pembangunan desa, sesuai dengan karakteristik dan potensi masing-masing. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Diikuti rombongan "pasukan" hulubalang pembawa sepasang tombak pusaka Korowelang dan para dayang yang berjalan di belakangnya, Bupati Emil dan Arumi bersama kedua anaknya yang dirias dengan pakaian kerajaan Jawa sempat dibawa berkeliling Kota Trenggalek.
Rangkaian kirab dalam rangkaian puncak hari jadi Trenggalek itu kemudian dilanjutkan dengan penyerahan kedua tombak pusaka Korowelang yang telah dijamas sehari sebelumnya kepada Bupati Emil di Pendopo Manggala Praja, melalui prosesi adat secara sakral.
Puncak peringatan lalu ditutup dengan purak tumpeng raksasa yang sebelumnya ikut diarak keliling kota Trenggalek.
Warga pun langsung berebut aneka makanan yang disajikan dalam tumpeng berkat berisi gunungan nasi kuning dan beraneka lauk setinggi kurang lebih dua meter tersebut hingga ludes demi "ngalap berkah" (berharap mendapat keberkahan), sebagaimana keyakinan masyarakat tradisional setempat.
"Kereta kencana ini merupakan partisipasi seorang sahabat, dan sengaja didatangkan dari Solo. Kereta yang diberi nama Garuda Kencana ini buatan tahun 1898. Selain tujuan untuk menyemarakkan Hari Jadi Trenggalek, diharapkan bisa mempererat persahabatan Trenggalek dengan warga Solo, dan tentunya membuat masyarakat Trenggalek lebih berbahagia lagi di momen yang spesial ini," katanya.
Emil yang lama dan dibesarkan di Ibukota Jakarta sempat membuat kejutan saat membacakan pidato sambutan menggunakan bahasa Jawa halus.
Meski dengan logat yang belum sempurna dan harus dibantu bacaan teks tulis, Emil mengaku cukup bahagia bisa memberi pidato sambutan dengan bahasa daerah sehingga bisa menambah kesakralan acara yang menjadi tradisi tahunan dalam hari jadi Kabupaten Trenggalek yang telah dipimpinnya sejak 1,5 tahun terakhir.
Dalam pernyataannya usai prosesi kirab pusaka, Emil berharap Trenggalek semakin maju dalam segala hal, baik dari sektor perekonomian, sosial dan karakter secara budaya.
"Artinya Trenggalek tidak hanya makmur dari sisi perutnya saja, tetapi juga makmur dalam hati dan batinnya juga," katanya.
Emil berkomitmen untuk terus melestarikan tradisi dan budaya leluhur di daerah yang dia pimpin tersebut dengan tujuan mengingatkan bahwa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki karakter yang baik dan harus dipertahankan sampai kapanpun juga.
Pelaksanaan rangkaian puncak hari jadi Trenggalek itu berlangsung lebih semarak dan tertata rapi dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Pemkab Trenggalek juga membuat terobosan dalam kegiatan puncak hari jadi itu dengan mengumumkan sejumlah desa yang dinilai berhasil membuat terobosan inovasi dalam pembangunan desa, sesuai dengan karakteristik dan potensi masing-masing. (*)
Video oleh: Destyan H Sujarwoko
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017