Surabaya (Antara) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berharap para pelajar  tidak pasif dan menjadi konsumen terus-menerus, melainkan harus menjadi produsen yang menciptakan suatu hal baru.

“Masyarakat Indonesia kurang meminati riset sehingga menjadi bangsa pengguna, menjadi pasar dari produk-produk luar negeri. Kita ini sebenarnya dikendalikan luar negeri,” ujar saat membuka Lomba Peneliti Belia (LPB) yang diikuti 686 pelajar SMP se-Surabaya di Convention Hall Arief Rahman Hakim, Selasa.

Padahal, kata Risma, sapaan akrab Wali Kota Surabaya ini, Indonesia sebenarnya memiliki kekayaan yang melimpah baik sumber daya alam dan manusianya, hanya saja masyarakat kurang bisa mengolahnya dengan baik.

Oleh karena itu, Risma mengajak peserta lomba untuk terus berpikir kritis dalam melakukan penelitian ke depan. Dengan berpikir kritis, nalar siswa dapat terasah sejak dini.

"Kalau sudah paham sebab akibat, anak-anak akan mudah menalar segala sesuatunya," katanya. Jika nalar sudah terasah, tentu membuat siswa tidak akan berkata tidak tahu terhadap berbagai fenomena. 

Ia mengaku benci dengan kata ‘tidak tahu’ dan ‘biasanya’ lantaran tidak membuat siswa berpikir kritis dan mengatasi persoalannya.

Risma mencontohkan, banyaknya muncul paham radikalisme oleh pelajar karena mereka tidak mau berpikir panjang dan kritis dalam menghadapi sesuatu.

“Itu yang saya takuti dari bangsa ini, karena nalarnya nggak jalan. Makanya sampai terjadi permasalahan seperti radikalisme. Menurut orang itu sepele, tapi bagi saya penting,” kata Risma.
 
Di kesempatan yang sama, Risma meminta kepada guru, kepala sekolah, serta Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya untuk terus membimbing dan terus memotivasi siswa menjadi peneliti yang andal. Dengan begitu, nalar siswa dapat diasah.

Risma berharap melalui ajang peneliti belia ini bangsa Indonesia, utamanya warga Surabaya, tak lagi menjadi pasar bagi produk bangsa lain, tapi bisa menjadi produsen untuk inovasi baru yang diciptakan para peneliti belia.

Dia berpesan agar bakat anak-anak dalam meneliti terus dikembangkan dan tidak berhenti dalam ajang lomba saja. Risma menyatakan telah menyiapkan buku beserta tandatangannnya yang akan diberikan kepada peserta terbaik pilihan juri.

"Tidak menang tidak apa-apa. Yang penting anak-anak mau belajar dan punya nalar terhadap segala sesuatu," katanya berpesan. (*)

Pewarta: Supervisor

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017