"Tujuh belas agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka

Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan
Kita tetap setia tetap setia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia tetap setia
Membela negara kita"

Gema lagu ini  terasa semakin gegap gempita setiap bulan Agustus. Lagu ini mengumandang di setiap penjuru Tanah Air.  Di istana Presiden, kantor gubernur, wali kota/bupati, camat, lurah bahkan hingga tingkat Rukun Tetangga.

Tapi ada yang berbeda tahun ini. Di tempat para jamaah calon haji bersiap berangkat ke Tanah Suci, nyanyian dan teriakan terdengar di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, tepat 17 Agustus 2017.  Sebanyak 250 jamaah calon haji kompak menyanyikannya  pada upacara bendera yang digelar di depan Aula Bir Ali, asrama haji tersebut.

"Ini sejarah dan baru pertama kali ada di sini. Para jamaah calon haji melakukan upacara dan bernyanyi lagu-lagu nasional kemerdekaan," kata Kepala UPT Asrama Haji, Samsul Anam 

Meski tanpa persiapan khusus, jamaah calon haji asal Pamekasan sukses menggelar upacara dengan khikmat. Berseragam batik haji, berkopyah dengan pita merah putih, mereka kompak dan tertib menjadi peserta upacara  dengan inspektur Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf.

Usai upacara, para jamaah calon haji juga turut menyemarakkan berbagai lomba "Agustusan" seperti makan kerupuk.  Peserta berkompetisi menghabiskan kerupuk. Siapa yang paling cepat menghabiskan, dia yang menang.

"Ini sebagai wujud kecintaan kami terhadap NKRI. Mencintai Indonesia banyak caranya dan kewajiban kita sebagai penerus untuk mempertahankannya," kata salah seorang peserta upacara, Yuniar Budiharto.

Berbagai cara ditunjukkan rakyat dalam rangka memperingati HUT RI . Di Surabaya misalnya, tahun ini dikibarkan bendera-bendera raksasa di bangunan menjulang seperti terlihat di menara dalam komplek Makodam V/Brawijaya,  menara Masid Nasional Al-Akbar Surabaya dan di salah satu gedung pencakar langit di kawasan Jalan Ahmad Yani Surabaya.  Bendera Merah Putih berukuran raksasa berkibar dengan gagahnya di langit biru.

Selain itu, ada pula peringatan Hari Kemerdekaan itu dengan pengibaran Sang Saka Merah Putih di alam bebas yang dilakukan tim solidaritas pendaki Arjuno-Welirang. Mereka melaksanakan upacara di gunung dan membentangkan bendera Merah Putih sepanjang 178 meter.  

Tidak itu saja. Sebagai pengingat sejarah, pertunjukan kesenian juga ditampilkan pada rangkaian kemerdekaan tahun ini. Bertempat di halaman Gedung Negara Grahadi, Jalan Gubernur Suryo Surabaya, pagelaran seni, drama dan tari kolosal Sumpah Palapa ditampilkan oleh 150 seniman.

Drama mengisahkan Mahapatih Gajah Mada yang bersumpah untuk menyatukan Nusantara diawali dari pemberontakan Sadeng yang ingin memisahkan diri dari Majapahit, tetapi seorang Bekel bernama Gajah Mada berhasil mengalahkannya.

Sepulang dari penaklukan, Gajah Mada kembali ke Majapahit untuk menunjukkan Pasukan Bhayangkara Majapahit yang tangguh, dan dari situlah Sang Ratu Tribuana Tunggadewi mengangkatnya sebagai Senopati.

Beberapa punggawa Raja menunjukkan sikap protes atas Sumpah Gajah Mada yang dianggapnya sangat tidak mungkin diwujudkan, namun tetap bertekad menyatukan Nusantara.

Berbagai acara dan berbagai kegiatan yang dilaksanakan masyarakat  tersebut muaranya adalah menjiwai semangat juang bangsa Indonesia untuk terus mempertahankan kemerdekaan, dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Perjuangan masa sekarang, tidak seperti halnya para pahlawan pada masa dahulu. Berbagai cara bisa dilakukan untuk mengisi kemerdekaan, mencintai Indonesia. Tidak lagi dengan mengangkat senjata dan bertempur di medan perang seperti pejuang-pejuang kemerdekaan dulu, tapi mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif demi kejayaan masa mendatang

Sebagai generasi penerus, tak perlu diperdebatkan lagi apa yang menjadi tanggung jawab kita. Tak perlu bercucuran dan berkeringat darah, tak perlu nyawa menjadi taruhannya. Tidak membuang sampah di sembarang tempat pun sudah menjadi wujud mencintai bangsa. Apalagi tidak mencuri, tidak mencaci hingga tidak korupsi.

Para pejuang, pahlawan dan perintis kemerdekaan dulu bertaruh nyawa memerdekakan Indonesia agar anak cucunya tersenyum serta bangga. Lantas, apa balasan kita untuk mereka? meski sejatinya mereka tak berharap balasan kita.

Banyak caranya. Buktikan kebanggaan kita terhadap bangsa. Bisa dari perjuangan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain. Tak ada hinaan, tak ada cacian, karena memang sejatinya kita satu, kita Indonesia, bekerja bersama.

Merdeka...!!!
Merdeka...!!!
Merdeka...!!!

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017