Surabaya (Antara Jatim) - DPRD Kota Surabaya meminta pemerintah kota setempat meningkat pembinaan terhadap para petani garam di Kata Pahlawan menyusul masih adanya kelangkaan garam.
     
Anggota Komisi C DPRD Surabaya M. Machmud, di Surabaya, Kamis, mengatakan pihaknya berharap petani garam di Kota Pahlawan tidak hanya dijadikan komoditas untuk suatu kepentingan.

"Pemkot Surabaya mengaku sudah melakukan pembinaan kepada petani garam, tapi faktanya para petani garam selama ini cenderung melakukan usaha sendiri," katanya.

Untuk itu, lanjut dia, perlu ada revolusi pelayanan kepada petani garam yakni berupa akses informasi cuaca untuk petani agar supaya mereka tidak kecolongan, saat waktunya panen hujan turun.

Selain itu, lanjut dia,  pemkot juga harus melakukan pantauan harga harga garam di lapangan, supaya para petani tambak garam tidak mendapatkan harga terlalu rendah. 

"Padahal keberadaan mereka yang sedikit itupun penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," ujarnya.

Diketahui stok garam di gudang penyimpanan Pemkot Surabaya di daerah Sememi kosong sejak beberapa pekan lalu. Hujan yang masih terjadi beberapa hari terakhir menyebabkan produksi garam mundur dari waktu biasanya.

Kepala Dinas Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya Justamadji mengatakan pemkot telah mendorong petani garam untuk segera berproduksi. 

Seharusnya, lanjut dia, saat ini petani garam sudah melakukan proses menyebar air tuah sebagai bahan baku garam dari air laut ke petak tambak garam. Namun terkendala hujan, sehingga yang diperkirakan pekan pertama Agustus sudah bisa panen, jadi harus mundur.

Dia menyebut, kebutuhan garam di Surabaya mencapai 100 ribu ton per tahun. Pada 2014, produksi garam di Surabaya mencapai 117 ribu ton, turun menjadi 86 ribu ton pada 2015.

Produksi garam turun drastis pada 2016 yang hanya 1.430 ton selama setahun. Padahal, pada 2012 petani garam di Surabaya mampu memanen 140 ribu ton garam. 

Total lahan garam di Surabaya mencapai 623 hektare yang tersebar di Kecamatan Benowo, Pakal, dan Asemrowo. Lahan tersebut dikelola oleh 124 petani garam. "Prediksi kami produksi ini Agustus-September dua bulan ini bisa sampai 50 ribu ton," katanya.

Dia mengaku telah berkoordinasi dengan Pemprov Jatim untuk mengantisipasi kelangkaan garam. Jalan yang dipilih dengan berhemat dulu garam yang ada. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017