Surabaya (Antara Jatim) - Kepala Perwakilan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Ali Masyhar mendorong adanya sinergitas di industri hulu migas, agar kegiatan di industri tersebut bisa berjalan lancar.

Ali dalam keterangan persnya di Surabaya, Kamis mengatakan, keberadaan industri Hulu Migas khususnya di wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa) memiliki banyak tantangan, sehingga memerlukan kerja sama antarberbagai pihak.

"Tantangan industri hulu migas di Jabanusa merupakan gambaran yang dihadapi hulu migas secara nasional, sehingga memerlukan kerja keras dan dukungan dari semua pihak guna mengatasi tantangan yang ada, serta mendorong kelancaran dan percepatan kegiatan hulu migas," tuturnya.

Dia menjelaskan, salah satu kontraktor kontrak kerja sama huku migas dengan produksi terbesar di wilayah Jabanusa adalah Exxon Mobil Cepu Ltd (EMCL), dan per Juli 2017 rata-rata produksinya lebih dari 199 ribu barel per hari.

Di wilayah itu, kata Ali, juga baru beroperasi lapangan BD dengan operator HCML yang berlokasi di perairan Sampang dengan produksi sebesar 6.600 barel per hari dan 110 juta standar kaki kubik gas bumi per hari.

Di sisi lain, dia menjelaskan, tantangan kegiatan hulu migas di wilayah Jabanusa yang tidak mudah dihadapai seperti rencana pengeboran pengembangan Lapindo Brantas yang belum berjalan dikarenakan kondisi non teknis.

"Oleh karena itu, membangun sinergitas bersama semua pemangku kepentingan menjadi kunci untuk kelancaran operasional industri hulu migas,” kata Ali.

Dia menjelaskan, lapangan yang berproduksi di Indonesia sebagian besar merupakan lapangan tua yang secara alamiah menurun produksinya, dan saat ini belum ditemukan cadangan migas yang besar, sehingga kegiatan eksplorasi yang masif atau pencarian cadangan migas baru mutlak harus dilakukan.

Ditambah tingginya tingkat resiko eksplorasi dari segi biaya, ketidakpastian dan lamanya waktu yang menyebabkan kegiatan hulu migas belum terlihat ada peningkatan yang signifikan, serta merosotnya harga minyak dunia yang berpengaruh terhadap menurunnya iklim investasi akibat selisih biaya operasi dan harga jual minyak mentah.

Oleh karena itu, kata Ali, perlu adanya dorongan dari seluruh pihak agar investasi migas kembali membaik, sebab total produksi minyak bumi di wilayah Jabanusa saat ini mencapai 30 persen dari total produksi migas nasional yang sekitar 800 ribu barel minyak per hari.(*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017