Malang (Antara Jatim) - Sebanyak 12 diplomat dari 12 negara belajar bahasa dan budaya Indonesia di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) selama sebulan ke depan dan akan dikenalkan beberapa destinasi wisata di sejumlah daerah di Jawa Timur.

Menurut Kepala Kepala Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) UMM Dr Arif Budi Wurianto di Malang, Jawa Timur, Kamis mengatakan ke-12 diplomat asing yang saat ini belajar bahasa dan budaya di UMM itu nantinya bertugas menjadi diplomat Indonesia atau minimal mempopulerkan (mengenalkan) budaya dan parawisata di Indonesia di negara masing-masing.

"Tugas mereka setelah kembali dari Indonesia tidak berbeda jauh dengan mahasiswa program Darmasiswa  yang sudah berjalan selama bertahun-tahun, yakni mengenalkan dan mempromosikan budaya serta dunia kepariwisataan Indonesia di negara masing-masing," ujarnya.

Ke-12 diplomat yang sedang belajar bahasa dan budaya Indonesia di UMM itu berasal dari Afrika Selatan, Fiji, Iran, Jepang, Kamboja, Kazakhstan, Kolumbia, Laos, Papua Nugini, Spanyol, Sri Lanka, dan Zimbabwe. Mereka mulai melakukan serangkaian pelatihan an pembelajaran mulai 3 hingga 31 Agustus 2017.

Arif mengakui dipercayanya UMM untuk melatih para diplomat asing tersebut, tidak mudah, sebab harus melalui serangkaian seleksi yang dilakukan oleh Badan Diklat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI.

"Ini pertama kalinya Kemenlu bekerja sama dengan perguruan tinggi. UMM lolos karena dinilai memiliki beberapa keunggulan, di antaranya ketersediaan fasilitas pendukung, tenaga pengajar berkualitas, serta kurikulum dan silabus yang terstandar," kata Arif.

Selain bahasa, katanya, para diplomat asing tersebut juga akan diajarkan tentang karawitan, menari, membatik, dan pengenalan pariwisata. Beberapa tempat pariwisata di Malang, Batu, dan Probolinggo yang memungkinkan untuk promosi di negara mereka, sekaligus sebagai lokasi tujuan pembelajaran.

"Mereka nanti juga wajib mengikuti upacara peringatan atau HUT Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus nanti di kampus UMM," ucapnya.

Rektor UMM Dr Fauzan menambahkan pembelajaran bagi diplomat asing tersebut menjadi instrumen yang penting untuk diplomasi karena seorang diplomat harus memiliki kemampuan diplomasi komunikasi dan pengalaman terkait kebudayaan di negara tempat tugasnya.

"Pengenalan budaya dan bahasa dimana seorang diplomat bertugas itu sangat penting, bahkan ketika selesai bertugas di suatu negara akan lebih elok kalau mereka juga mempromosikan budaya maupun kepariwisataan negara dimana mereka bertugas," katanya.

Dalam melaksanakan program BIPA bagi diplomat asing tersebut, UMM juga memberdayakan mahasiswa dari berbagai jurusan untuk menjadi buddies atau teman pendamping. Tiap buddy akan membantu peserta, baik dalam pembelajaran maupun keperluan sehari-hari. (*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017