Surabaya (Antara Jatim) - Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis, mengunjungi Mapolda Jatim guna melihat dan mendengarkan pemaparan Polda dan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Timur terkait penanganan kasus narkoba di wilayah itu.  

Ketua rombongan Komisi III DPR Desmond J Mahesa mengatakan, dalam kunjungan itu, anggota DPR mendengarkan paparan dari pihak kepolisian serta BNNP tentang kesiapan dan mereka untuk memberantas narkoba serta kondisi lapas yang ada di Jatim.

"Dalam pertemuan tadi, kami mendengar paparan terkait kesiapan BNNP, kesiapan Dirnarkoba serta kapasitas lapas yang ada di Jatim. Dari gambaran-gambaran tersebut kelihatan, dimana jalur masuk narkoba yang beredar di Jatim," kata anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra itu.

Desmond mengatakan, antara BNNP dan Dirnarkoba sudah sangat memahami, dan tinggal menjalankan operasi-operasi ke depan. Walau saat ini peredaran narkoba pertumbuhannya tidak terlalu signifikan, namun dirinya berharap Polda serta BNNP Jatim bisa lebih baik lagi dalam pemberantasan narkoba.

"Hal yang dipaparkan ini bisa jadi percontohan untuk Polda-polda yang lain," kata Desmond
 
Ditanya masih banyaknya peredaran narkoba di lapas, Desmond mengatakan, hal itu tidak mungkin terjadi jika pencegahan BNNP dan Dirnakoba benar.

"Dari gambaran tadi perlu dibangun komunikasi yang baik. Misalnya lalu lintas orang yang masuk lapas, telepon genggam. Persiapan koordinasi dari peristiwa yang lalu, kami sepakat untuk memperbaiki," tutur dia.

Di beberapa daerah lain, tambagh dia, BNN tidak boleh masuk ke lapas. Namun di Jatim, BNN boleh masuk ke lapas. Itu menunjukkan sudah ada kesepahaman tentang pemberantasan narkoba.

"BNN pun telah menyadari bahwa tidak mungkin ada narkoba di lapas kalau BNN sudah melakukan hal yang maksimal dan mereka mengakaui bahwa ada jalur-jalur yang selama ini tidak terdeteksi," ujarnya.

Kepala BNNP Jatim Brigjen Pol Fatkhur Rahman mengakui, pihaknya masih kesulitan untuk mengungkap jaringan narkoba yang ada di lapas. "Mau ke sana barang bukti tidak ada. Begitu kami masuk telepon genggam itu sudah tidak ada. Salah satu cara ya meniadakan telepon genggam. Masalahnya ada yang menyewakan telepon genggam," tutur Fatkhur.

Terkait adanya permainan dari sipir lapas untuk memasukkan narkoba ke dalam penjara, dirinya mengakui hal tersebut. Fatkhur menjelaskan, napi tidak akan bisa mengedarkan narkoba dan bekerja sendiri tanpa bantuan dari oknum sipir.

"Kami akan meningkatkan koordinasi dengan Kanwilkunham, Kepala Divisi Pemasyarakatan agar ke depan lebih meningkat lagi pengawasannya," ujar dia.(*)

Pewarta: willy irawan

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017