Bojonegoro (Antara Jatim) - Nasi Timbel dalam bentuk tumpeng mini yang cara penyajiannya dibungkus dengan daun pisang dipadu berbagai anek bumbu gurih sekarang tidak lagi monopoli warga Jawa Barat.

Di Bojonegoro, Nasi Timbel  bisa ditemui tidak hanya di restoran, tetapi  menjadi menjadi santapan khas lokasi objek wisata lapangan minyak Wonocolo, di Kecamatan Kedewan dengan harga yang murah meriah.

"Pengunjung bisa memesan Nasi Timbel di objek wisata Wonocolo, terutama yang datang berombongan," kata Ketua Insan Pariwisata Indonesia Wahyu Setiawan di Bojonegoro, Jumat (23/6).

Ia yang juga sebagai biro wisata itu mengaku sering memesan Nasi Timbel untuk wisatawan domestik (wisdom) yang berkunjung ke objek wisata minyak yang sekarang memiliki nama The Little Teksas Wonocolo.

"Saya sering memesan Nasi Timbel untuk makan siang wisdom, termasuk pada Hari Raya Idul Fitri ketiga saya juga sudah memesan kepada pembuat Nasi Timbel di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, untuk wisdom yang sedang bereuni," kata dia, menjelaskan.

Lebih lanjut ia menjelaskan Nasi Timbel yang sekarang menjadi menu wisdom objek wisata minyak Wonocolo, di Kecamatan Kedewan, tidak lepas dari keberadaan penambangan minyak di sejumlah desa di Kecamatan Kedewan.

Para penambang minyak di daerah setempat terbiasa membawa bekal menu makanan nasi dengan lauk pauk sambal ikan teri, dengan dibungkus daun pisang dari rumah buatan istri.

"Nasi dibungkus daun pisang tujuannya agar tidak terkena percikan minyak mentah. Harganya murah Rp20.000 per porsi, dengan lauk sambal teri, juga berbagai lauk, termasuk tempe dan tahu," ucapnya, menegaskan.

Dalam perkembangannya, lanjut dia, ketika penambangan minyak tradisional setempat menjadi objek wisata maka Nasi Timbel menjadi menu makanan khas wisdom.

"Sambal terinya tidak ada duanya rasanya. Makannya juga suasana pedesaan di tengah-tengah kawasan hutan jati," tambahnya.

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Bojonegoro Moch. Subechi, menambahkan melayani wisdom dengan menu Nasi Timbel lebih praktis, apalagi pada Hari Raya Idul Fitri.

"Kalau memesan menu prasmanan agak sulit, sebab banyak orang berlebaran," ujarnya.

Di Bojonegoro Nasi Timbel juga masuk restoran milik Yanto di Jalan Panglima Sudirman dengan lauk yang berbeda dibandingkan Nasi Timbel di objek wisata minyak Wonocolo, Kecamatan Kedewan.

"Nasi Timbel ini khas masakan Pasundan Jawa Barat. Biasanya di Jawa Barat dilengkapi menu ikan asin, tetapi di Bojonegoro ya saya beri daging sapi," ucap pemilik Restoran Daun Pisang Yanto.

Menurut alumnus UGM yang pernah belajar di Amerika Serikat itu, meskipun Nasi Timbel bukan khas Bojonegoro, tetapi tetap tidak masalah karena nasi Timbel merupakan makanan khas Nusantara.

"Nasi Timbel ini makanan khas Nusantara. Nasi Timbel menempati urutan kedua setelah menu Rendang yang menempati posisi menu makanan paling enak di dunia," tuturnya.

Ia mengibaratkan bahwa nasi Timbel merupakan tumpeng mini sehingga cara penyanyiannya nasi dibungkus dengan daun pisang kemudian diberi berbagai aneka bumbu sehingga rasanya gurih.

Selain itu, untuk lauknya juga daging sapi yang dilengkapi dengan lalapan khas Sunda dan sambal.

"Nasi Timbel ini khas masakan Pasundan Jawa Barat. Biasanya di Jawa Barat dilengkapi menu ikan asin, tetapi di Bojonegoro ya saya beri daging sapi," ucapnya.

Yanto optimistis nasi Timbel yang dijual di restorannya dengan harga Rp30.000 per porsi akan mampu diminati penikmat kuliner Nusantara. Hanya saja pengemar nasi Timbel di restorannya sebagian besar masih kalangan menengah ke atas.

Oleh karena itu, di restoran setempat juga disediakan berbagai aneka menu lainnya, seperti sop buntut.

"Saya termasuk rutin makan nasi Timbel kalau pulang ke Bojonegoro," kata seorang dosen UPN "Veteran" Yogyakarta Sri Suryaningsum. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017