Harapan masyarakat Surabaya melihat "wajah baru" sistem transportasi yang lebih terintegrasi, akan segera kesampaian. Angkutan massal cepat berupa trem yang digagas sejak dua tahun lalu, direncakanan mulai dibangun tahun ini. Ada harapan besar ketika trem dan transportasi penunjangnya kelak dioperasikan, penggunaan kendaraan pribadi akan berkurang sehingga bisa meminimalkan kemacetan.
Kepastian pembangunan trem jalur utara ke selatan dimulai tahun ini, disampaikan Wali Kota Surabaya, DR (HC) Ir Tri Rismaharini MT setelah bertemu Kementerian Perhubungan di Jakarta pada 7 Juni lalu. Dari pertemuan itu disepakati pembiayaan trem yang mencapai Rp 2,7 triliun, didanai APBN. "Untuk tahun ini baru Rp 100 miliar. Tahun depan lebih banyak lagi anggarannya. Saya inginnya tahun ini dikerjakan. Kami tetap kerja sama dengan Kemenhub dan PT KAI," jelas wali kota.
Pengerjaan trem akan dimulai dari Jalan Tunjungan. Wali kota telah memberikan instruksi kepada dinas terkait melakukan pengukuran. Untuk loop pertama rute nya Tunjungan menuju Joyoboyo. Dan loop kedua dari Tunjungan ke Jembatan Merah. Pemkot juga sudah mengantisipasi dampak pengerjaan trem dengan menyiapkan jalan untuk pengalihan arus lalu lintas. "Kami sudah bebaskan bangunan di samping jalan Simpang Dukuh untuk pelebaran jalan. Saya pimpin langsung pembongkarannya," sambung wali kota.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya, Agus Imam Sonhaji mengatakan, Pemkot bersama tim dari Kementerian Perhubungan dan PT KAI telah melakukan marking (penandaan) titik awal pengerjaan trem di Jalan Tunjungan pada 8 Juni lalu. "Marking ini memberi tanda start di Jalan Tunjungan. Kami tandai dulu, ini pesan psikologis bahwa pengerjaan trem akan dimulai. Untuk pengukuran dilakukan konsultan mereka, kami lakukan cek ulang saja di titik KM 11 + 450. Itu dibawah Jembatan Penyeberangan Orang (JP0)," ujarnya.
Setelah marking, fokus Pemkot selanjutnya melakukan pelebaran jalan Simpang Dukuh. Bila pelebaran jalan beres, pengguna kendaraan dari Jalan Gemblongan yang selama ini masuk ke Jalan Tunjungan, akan diarahkan ke Jalan Genteng Kali (belok kiri) menuju Simpang Dukuh hingga ke Jalan Gubernur Suryo (depan Gedung Negara Grahadi). "Tapi masih ada satu jalur untuk kendaraan yang tujuannya ke Jalan Tunjungan semisal ke Hotel Majapahit. Dishub masih menyiapkan rekayasa lalu lintas nya," sambungnya.
Pemkot juga menyiapkan sarana yang menjadi bagian dari angkutan massal cepat seperti feeder, trunk dan park and ride untuk mengantar penumpang dari tempat tinggal menuju halte, dan sebaliknya. Termasuk pedestrian yang lebar untuk kenyamanan pejalan kaki. Sementara untuk yang arah timur-barat, moda yang nantinya dikembangkan adalah LRT (Light Rail Transit).
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Ir Prasetyo Boeditjahjono, MM seusai bertemu Wali Kota Tri Rismaharini di Surabaya (16/6) menyampaikan harapannya agar pengerjaan trem Surabaya bisa selesai sebelum tahun 2020. Paling tidak untuk loop sampai Tunjungan. "Kita mulai tahun ini. Tahun 2018 nanti langsung kencang, syukur-syukur 2019 sudah selesai. Bu Risma kalau sudah diajak mulai, nggak usah diminta sudah mulai," ujar Prasetyo.
Menurutnya, proyek trem ini akan dibangun pemerintah pusat dan memakai anggaran pemerintah pusat (APBN). Untuk tahun 2017 ini baru dianggarkan Rp 100 miliar. "Tapi nanti sambil jalan bisa kita selesaikan. Sudah banyak skema pembiayaan yang bisa diterapkan. Bu Risma ini sudah ke Jakarta beberapa kali, rapat dengan kami dan juga Kementerian Keuangan," sambung dia.
Kepastian pengerjaan trem Surabaya di tahun ini, mendapat respons positif dari warga. Founder Good News From Indonesia, Akhyari Hananto optimistis, masyarakat akan tertarik dengan trem. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti feeder yang nyaman serta harga tiket yang tidak mahal. "Kalau trem ini jadi, Surabaya akan menjadi satu-satunya kota di Asia Tenggara yang trem nya aktif. Dan itu akan jadi ikon Surabaya," tegas pria yang kini tinggal di Babatan ini.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Kepastian pembangunan trem jalur utara ke selatan dimulai tahun ini, disampaikan Wali Kota Surabaya, DR (HC) Ir Tri Rismaharini MT setelah bertemu Kementerian Perhubungan di Jakarta pada 7 Juni lalu. Dari pertemuan itu disepakati pembiayaan trem yang mencapai Rp 2,7 triliun, didanai APBN. "Untuk tahun ini baru Rp 100 miliar. Tahun depan lebih banyak lagi anggarannya. Saya inginnya tahun ini dikerjakan. Kami tetap kerja sama dengan Kemenhub dan PT KAI," jelas wali kota.
Pengerjaan trem akan dimulai dari Jalan Tunjungan. Wali kota telah memberikan instruksi kepada dinas terkait melakukan pengukuran. Untuk loop pertama rute nya Tunjungan menuju Joyoboyo. Dan loop kedua dari Tunjungan ke Jembatan Merah. Pemkot juga sudah mengantisipasi dampak pengerjaan trem dengan menyiapkan jalan untuk pengalihan arus lalu lintas. "Kami sudah bebaskan bangunan di samping jalan Simpang Dukuh untuk pelebaran jalan. Saya pimpin langsung pembongkarannya," sambung wali kota.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya, Agus Imam Sonhaji mengatakan, Pemkot bersama tim dari Kementerian Perhubungan dan PT KAI telah melakukan marking (penandaan) titik awal pengerjaan trem di Jalan Tunjungan pada 8 Juni lalu. "Marking ini memberi tanda start di Jalan Tunjungan. Kami tandai dulu, ini pesan psikologis bahwa pengerjaan trem akan dimulai. Untuk pengukuran dilakukan konsultan mereka, kami lakukan cek ulang saja di titik KM 11 + 450. Itu dibawah Jembatan Penyeberangan Orang (JP0)," ujarnya.
Setelah marking, fokus Pemkot selanjutnya melakukan pelebaran jalan Simpang Dukuh. Bila pelebaran jalan beres, pengguna kendaraan dari Jalan Gemblongan yang selama ini masuk ke Jalan Tunjungan, akan diarahkan ke Jalan Genteng Kali (belok kiri) menuju Simpang Dukuh hingga ke Jalan Gubernur Suryo (depan Gedung Negara Grahadi). "Tapi masih ada satu jalur untuk kendaraan yang tujuannya ke Jalan Tunjungan semisal ke Hotel Majapahit. Dishub masih menyiapkan rekayasa lalu lintas nya," sambungnya.
Pemkot juga menyiapkan sarana yang menjadi bagian dari angkutan massal cepat seperti feeder, trunk dan park and ride untuk mengantar penumpang dari tempat tinggal menuju halte, dan sebaliknya. Termasuk pedestrian yang lebar untuk kenyamanan pejalan kaki. Sementara untuk yang arah timur-barat, moda yang nantinya dikembangkan adalah LRT (Light Rail Transit).
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Ir Prasetyo Boeditjahjono, MM seusai bertemu Wali Kota Tri Rismaharini di Surabaya (16/6) menyampaikan harapannya agar pengerjaan trem Surabaya bisa selesai sebelum tahun 2020. Paling tidak untuk loop sampai Tunjungan. "Kita mulai tahun ini. Tahun 2018 nanti langsung kencang, syukur-syukur 2019 sudah selesai. Bu Risma kalau sudah diajak mulai, nggak usah diminta sudah mulai," ujar Prasetyo.
Menurutnya, proyek trem ini akan dibangun pemerintah pusat dan memakai anggaran pemerintah pusat (APBN). Untuk tahun 2017 ini baru dianggarkan Rp 100 miliar. "Tapi nanti sambil jalan bisa kita selesaikan. Sudah banyak skema pembiayaan yang bisa diterapkan. Bu Risma ini sudah ke Jakarta beberapa kali, rapat dengan kami dan juga Kementerian Keuangan," sambung dia.
Kepastian pengerjaan trem Surabaya di tahun ini, mendapat respons positif dari warga. Founder Good News From Indonesia, Akhyari Hananto optimistis, masyarakat akan tertarik dengan trem. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti feeder yang nyaman serta harga tiket yang tidak mahal. "Kalau trem ini jadi, Surabaya akan menjadi satu-satunya kota di Asia Tenggara yang trem nya aktif. Dan itu akan jadi ikon Surabaya," tegas pria yang kini tinggal di Babatan ini.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017