Surabaya (Antara Jatim) - Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf menyatakan pada 2019 di wilayahnya akan teraliri listrik 100 persen sehingga seluruh daerah bisa merasakannya.

"Targetnya 2019 bahwa wilayah daratan se-Jatim, termasuk kepulauan, sudah teraliri listrik selama 24 jam," ujarnya kepada wartawan di Surabaya, Jumat.

Target tersebut diharapkan tercapai setelah dilakukan pertemuan membicarakan upaya PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Distribusi Jatim yang berusaha memberikan pelayanan agar 100 persen dengan Pemprov Jatim beberapa waktu lalu.

Pada kesempatan tersebut, hadir  General Manager PT PLN Distribusi Jawa Timur Dwi Kusnanto.

"Saya apresiasi PLN yang punya target elektrifikasi maupun menerangi seluruh desa di Jatim," kata Gus Ipul, sapaan akrabnya.

Dari data yang disampaikan PLN, kata dia, saat ini di Jatim masih terdapat 27 desa belum teraliri listrik, yang 25 desa di antaranya berada di Kabupaten Sumenep dan dua desa lainnya berada di wilayah Kabupaten Bondowoso.

Namun, untuk dua desa di Bondowoso pada 20 Juni akan diresmikan setelah selesainya pembangunan jaringan tenaga listrik sepanjang 16 km yang melewati kawasan hutan sehingga seluruh desa di daratan sudah 100 persen teraliri listrik.

Sedangkan, untuk 25 desa di kepulauan yang mayoritas masih belum teraliri listrik sehari semalam ditargetkan akan teraliri 100 persen pada 2019 mendatang.

"Untuk memenuhi target 100 persen desa teraliri listrik, langkah yang akan diambil adalah meningkatkan ketersediaan listrik di Kepulauan yang saat ini beberapa msh dengan pola operasi 12 jam akan ditingkatkan menjadi 24 jam," katanya.

Dari data yang ada, lanjut dia, rasio elektrifikasi atau jumlah penduduk yang menikmati listrik dengan jumlah total penduduk di Jatim saat ini sudah mencapai 90 persen.

"Tinggal yang 10 persen ini terbesar di Bondowoso dan Sumenep. Di Bondowoso saat ini elektrifikasi baru 65 persen, atau 35 persen belum teraliri listrik," kata orang nomor dua di Pemprov Jatim tersebut.

Kendati demikian, Wagub Jatim juga menjelaskan bahwa untuk meningkatkan ketersediaan listrik bukanlah tanpa masalah karena selama ini biaya produksi 1 kwh listrik menggunakan PLTD rata2 sebesar Rp3 ribu  per kWh, sedangkan jika PLTD kombinasi dengan tenaga surya biayanya relatif lebih rendah berkisar Rp 2.200 per kWh.

"Padahal dijual ke masyarakat rata-rata dengan tarif subsidi sebesar Rp600 per kWh, jadi subsidi yang harus ditanggung Pemerintah melalui PLN memang cukup tinggi," katanya. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017