Surabaya (Antara Jatim) - Tim Airlangga Indonesia Denali Expedition (AIDeX) dari Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Airlangga (Unair) Surabaya berhasil sampai di Kamp Lima Gunung Denali, Alaska, Amerika Serikat setelah melakukan pendakian selama 18 hari.
"Kamp Lima yang berada di ketinggian 17.200 kaki merupakan kamp tertinggi sebelum menuju puncak Denali setinggi 20.073 kaki atau 6.118 meter di atas permukaan laut (mdpl)," kata salah satu anggota yang ikut dalam pendakian Roby Yahya melalui siaran pers yang diterima Antara di Surabaya, Kamis.
Roby mengatakan, pendakian menuju Kamp Lima sempat mengalami beberapa kendala. Selama tujuh hari, tim atlet AIDeX dan pendaki lainnya terkendala cuaca buruk berupa badai salju, angin kencang, "snow showers" (anomali cuaca cerah dan hujan salju), dan "whiteout" (kondisi kabut tebal).
"Pada pukul 03.00 tanggal 13 Juni, tim melakukan perjalanan dari Kamp Empat (14.100 kaki) menuju Kamp Lima (17.200 kaki). Tim sampai di Kamp Lima pada pukul 15.00," kata Roby.
Dia menjelaskan, ada beberapa faktor menjadi penyebab lamanya perjalanan pendakian. Pertama, kondisi fisik yang sudah lama tak bergerak selama tujuh hari. Kedua, curamnya jalur pendakian yang memiliki sudut antara 50 hingga 60 derajat.
Pada tiga jam awal perjalanan, kata Roby, kecepatan tim atlet AIDeX sempat melambat karena stamina. Selain itu, kondisi cuaca turut mempengaruhi perjalanan tim. Menurut perkiraan cuaca, kecepatan angin di Denali mencapai 30 kilometer per jam dengan suhu mencapai minus 39 derajat Celsius dan ketebalan salju mencapai 18 sentimeter.
Dia mengungkapkan, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi selama di Kamp Lima, ketiga atlet AIDeX harus terbiasa mengkonsumsi makanan kering. Tak hanya itu, tim atlet AIDeX juga membangun tenda selama dua jam.
"Karena kami harus menggali salju dan membuat dinding es yang cukup tebal bahkan lebih tebal dari kamp sebelumnya karena angin kencang dapat mengikis dinding balok es. Ditambah pula dengan badai yang bisa datang kapan saja," tutur Roby.
Sementara itu, Manajer Atlet AIDeX Wahyu Nur Wahdi mengatakan, bila kondisi cuaca di medan Denali memungkinkan, tanggal 15 Juni waktu Indonesia para atlet akan melakukan perjalanan menuju puncak.
"Kami mohon bantuan doa kepada sivitas akademika Unair dan masyarakat agar cuaca di Denali terus bersahabat agar tim dapat mencapai tujuan dan kembali ke tanah air dengan selamat," kata Wahyu.
Dalam misi pendakian ke Puncak Gunung Denali di Alaska, Amerika Serikat ini, Tim AIDeX Wanala Unair mengirimkan tiga atletnya yakni Muhammad Faishal Tamimi (mahasiswa Fakultas Vokasi/2011), Mochammad Roby Yahya (mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan/2011), dan Yasak (alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik).
Sebelumnya, Wanala Unair telah menaklukkan empat dari tujuh puncak tertinggi di duni yakni Puncak Carztenz Pyramid (Indonesia/1994), Kilimanjaro (Tanzania/2009), Elbrus (Rusia/2011), dan Aconcagua (Argentina/2013).
Nantinya setelah ke Denali, ekspedisi Wanala berencana melakukan pendakian ke Gunung Vinson Massif di Antartika serta Everest di Gunung Himalaya untuk ekspedisi "seven summits" mereka.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Kamp Lima yang berada di ketinggian 17.200 kaki merupakan kamp tertinggi sebelum menuju puncak Denali setinggi 20.073 kaki atau 6.118 meter di atas permukaan laut (mdpl)," kata salah satu anggota yang ikut dalam pendakian Roby Yahya melalui siaran pers yang diterima Antara di Surabaya, Kamis.
Roby mengatakan, pendakian menuju Kamp Lima sempat mengalami beberapa kendala. Selama tujuh hari, tim atlet AIDeX dan pendaki lainnya terkendala cuaca buruk berupa badai salju, angin kencang, "snow showers" (anomali cuaca cerah dan hujan salju), dan "whiteout" (kondisi kabut tebal).
"Pada pukul 03.00 tanggal 13 Juni, tim melakukan perjalanan dari Kamp Empat (14.100 kaki) menuju Kamp Lima (17.200 kaki). Tim sampai di Kamp Lima pada pukul 15.00," kata Roby.
Dia menjelaskan, ada beberapa faktor menjadi penyebab lamanya perjalanan pendakian. Pertama, kondisi fisik yang sudah lama tak bergerak selama tujuh hari. Kedua, curamnya jalur pendakian yang memiliki sudut antara 50 hingga 60 derajat.
Pada tiga jam awal perjalanan, kata Roby, kecepatan tim atlet AIDeX sempat melambat karena stamina. Selain itu, kondisi cuaca turut mempengaruhi perjalanan tim. Menurut perkiraan cuaca, kecepatan angin di Denali mencapai 30 kilometer per jam dengan suhu mencapai minus 39 derajat Celsius dan ketebalan salju mencapai 18 sentimeter.
Dia mengungkapkan, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi selama di Kamp Lima, ketiga atlet AIDeX harus terbiasa mengkonsumsi makanan kering. Tak hanya itu, tim atlet AIDeX juga membangun tenda selama dua jam.
"Karena kami harus menggali salju dan membuat dinding es yang cukup tebal bahkan lebih tebal dari kamp sebelumnya karena angin kencang dapat mengikis dinding balok es. Ditambah pula dengan badai yang bisa datang kapan saja," tutur Roby.
Sementara itu, Manajer Atlet AIDeX Wahyu Nur Wahdi mengatakan, bila kondisi cuaca di medan Denali memungkinkan, tanggal 15 Juni waktu Indonesia para atlet akan melakukan perjalanan menuju puncak.
"Kami mohon bantuan doa kepada sivitas akademika Unair dan masyarakat agar cuaca di Denali terus bersahabat agar tim dapat mencapai tujuan dan kembali ke tanah air dengan selamat," kata Wahyu.
Dalam misi pendakian ke Puncak Gunung Denali di Alaska, Amerika Serikat ini, Tim AIDeX Wanala Unair mengirimkan tiga atletnya yakni Muhammad Faishal Tamimi (mahasiswa Fakultas Vokasi/2011), Mochammad Roby Yahya (mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan/2011), dan Yasak (alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik).
Sebelumnya, Wanala Unair telah menaklukkan empat dari tujuh puncak tertinggi di duni yakni Puncak Carztenz Pyramid (Indonesia/1994), Kilimanjaro (Tanzania/2009), Elbrus (Rusia/2011), dan Aconcagua (Argentina/2013).
Nantinya setelah ke Denali, ekspedisi Wanala berencana melakukan pendakian ke Gunung Vinson Massif di Antartika serta Everest di Gunung Himalaya untuk ekspedisi "seven summits" mereka.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017