Trenggalek (Antara Jatim) - Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Trenggalek, Jumat (9/6) malam, memfasilitasi pertemuan dalam skema serap aspirasi dan program Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI) dengan puluhan perwakilan gabungan kelompok tani, pondok pesantren, serta beberapa badan otonom NU setempat.

Ketua PCNU Trenggalek KH Fatchulloh Sholeh, Sabtu menuturkan bahwa pertemuan HKTI-gapoktan serta perwakilan ponpes-ponpes serta pengurus PCNU yang membidangi isu pertanian dan pemberdayaan umat itu berlangsung di pondok pesantren yang diasuhnya, Ponpes Bumi Hidayah At-Taqwa, Desa Kedunglurah, Kecamatan Pogalan, Trenggalek.

Hasilnya menurut penjelasan KH Fatchulloh atau Gus Loh, disepakati untuk menindaklanjuti pertemuan awal tersebut sebagai cikal pembentukan formatur HKTI Trenggalek, tindak lanjut kerja sama dengan jaringan gapoktan serta komitmen untuk sinergitas program dengan dinas pertanian setempat.

"Insya Allah akan ada pertemuan lanjutan dengan HKTI sebelum Lebaran, setelah ada komunikasi dengan berbagai pemangku kepentingan, terutama pemerintah daerah guna sinergitas pengembangan sektor pertanian di Trenggalek," tutur Gus Loh kepada Antara.

Sementara proses kooordinasi terus dibangun, petani atau kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan dipersilahkan untuk mengajukan pinjaman modal berupa benih padi unggul varietas M400 ke Dewan Pengurus Nasional HKTI.

Menurut penjelasan Wakil Ketua HKTI DPP Jawa Timur Eko Puguh, pengajuan pinjaman modal benih padi tetap akan dilayani dan ditindaklanjuti HKTI secara cepat meski struktur HKTI Trenggalek masih tahap pembentukan dan sinergitas program dengan Pemda Trenggalek sedang berproses.

"Bulan ini juga, sebelum Lebaran kami akan memproses pengiriman benih untuk pinjaman modal petani di sejumlah daerah di eks-Karesidenan Kediri dan Mataraman, seperti Tulungagung, Blitar, Kediri, dan Pacitan. Trenggalek kami harap juga bisa kami tindaklanjuti sekalian setelah ada pengajuan resmi dari Gapoktan yang diketahui Dinas Pertanian Trenggalek, ditujukan ke Ketua Umum DPN HKTI Jenderal (Purn) Moeldoko," ujar Eko Puguh.
 
Tak hanya siap menyalurkan pinjaman modal benih padi unggul yang dijanjikan memiliki masa tanam lebih pendek, hasil dua kali lipat lebih banyak dan jaminan pembelian gabah pascapanen oleh HKTI, Eko memastikan pengiriman benih sudah sekaligus pemenuhan kebutuhan pupuk dan saprodi (sarana produksi padi) yang dibutuhkan selama pengembangan vaietas M400 di Trenggalek.

Ia mengaku saat ini hanya butuh kepastian luasan areal lahan pertanian yang dipersiapkan oleh gapoktan, atas persetujuan dinas pertanian, untuk dijadikan demplot atau lahan percontohan pengembangan padi organik unggul varietas super M400 tersebut.

Pertemuan antara HKTI Jatim dengan perwakilan gapoktan dan ponpes dari 14 kecamatan se-Trenggalek yang difasilitasi PCNU itu sendiri berlangsung gayeng.

Forum lesehan serap aspirasi dan program yang dipandu langsung oleh Ketua PCNU Trenggalek Fatchulloh Sholeh, diisi pemateri tunggal dari HKTI Jatim Eko Puguh serta dihadiri tokoh masyarakat Trenggalek H Samudi yang menjadi pengagas HKTI Trenggalek itu seperti menjadi ajang "curhat" (penyampaian aspirasi dan keluhan) petani Trenggalek akan hasil pertaanian yang sejauh ini belum optimal.

Eko Puguh yang tampil sebagai pemapar program pengembangan padi unggul varietas M400 memulai diskusi dengan menanyakan langsung permasalahan pertanian padi yang dihadapi para petani di Trenggalek, mulai dari biaya modal atau biaya produksi pertanian padi, terutama yang terkait pembenihan dan pupuk; lalu hasil penjualan gabah hasil panen (kering sawah) per hektare yang dicapai.

Kesimpulan yang disepakati forum petani dalam pertemuan itu, mengacu testimoni lima petani yang ditanya langsung oleh Eko Puguh, diketahui rata-rata biaya modal benih-pupuk untuk padi varietas umum per hektare rata-rata 5 ton dengan purna jual gabah kering sawah kisaran Rp4,2 ribu per kilogram.

"Biaya modal rata-rata petani jika lahan cengkal 100 (100 meter persegi) mencapai Rp1,5 juta. Ini dikali 7 untuk mendapat luasan satu hektare sehingga total biaya produksi benih-pupuk dan saprodi sekitar Rp10,5 juta. Tadi hasil penjualan gabah pascapanen disampaikan petani sekitar Rp20 juta sehingga penghasilan bersih petani adalah Rp9,5 juta per hektare," ujarnya.

Dengan asumsi masa tanam empat bulan, lanjut Eko, maka rata-rata pendapatan petani per bulan adalah sekitar Rp2,3 juta per hektare, atau rata-rata Rp330 ribu per lahan sawah dengan luasan 100 meter persegi.

"Benih padi unggul HKTI yang varietas M400 ini selain dipinjami penuh dengan skema pembayaran pscapanen, volume hasil panen rata-rata mencapai sembilan ton per hektre. Satu malai padi menghasilkan 400 butir padi, dengan durasi masa tanam 90 hari sudah panen, lebih pendek dibanding padi varietas biasa seperti serang, IR64 dan sebagainya.

Lebih penting lagi, lanjut Eko, HKTI memberikan jaminan pembelian gabah pascapanen dengan harga 10 persen di atas harga pembelian (HPP) yang ditetapkan pemerintah.

Dengan HPP gabah saat ini Rp3,7 ribu per kilogram, misalnya, HKTI menawarkan standar harga pembelian gabah varietas M400 seharga Rp4,1 ribu. Dengan standar harga itu dan asumsi minimal hasil panen per hektare rata-rata 8 ton, total pembelian hasil panen petani bisa mencapai Rp32,8 juta per hektare sementara biaya produksi benih dan pupuk diklaim Eko hanya sekitar Rp6,7 juta sehingga hasil bersih petani diperkirakan mencapai sekitar Rp26,1 juta per hektare.

"Kata kuncinya 'jaminan pembelian'. Jadi berapapun HPP yang ditetapkan pemerintah, HKTI siap membeli 10 persen di atasnya. Dan kerjasama pengembangan padi unggul ini akan kita ikat dalam kontrak antara HKTI, gapoktan dan sepengetahuan dinas pertanian daerah," ujarnya.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017