Kendati Kabupaten Gresik sebagai salah satu barometer industri di Jawa Timur, namun tak membuat sektor pertanian tergerus. Sebaliknya, kabupaten ini selalu surplus pangan tiap tahun. Rupanya kebijakan Bupati Gresik Sambari Halim Radianto mengedepankan sektor pertanian dalam pengembangan ekonomi daerah sudah menuai hasil.
Tekad tersebut yang mengilhami Sambari Halim Radianto saat menyusun disertasinya yang berjudul Pengaruh Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Industri terhadap Keberhasilan Pembangunan Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur, beberapa saat lalu.
"Secara signifikan masyarakat Jawa Timur sejahtera dari sektor pertanian," katanya, terkait kebijakan Pertanian di Gresik
Meskipun pertumbuhan ekonomi Gresik begitu pesat dengan segala aktivitas bisnis dan industri, namun demikian sektor vital berupa ketahanan pangan mandiri ternyata ikut mengalami pertumbuhan secara rutin. Disebut mandiri, sebab produksi pangan (terutama beras) berasal dari hasil pertanian sendiri.
Hal ini bisa dilihat dari perkembangan produksi padi selama dua tahun terakhir. Pada 2015 lalu, Gresik berhasil memproduksi 397,2 ribu ton, naik 0,93 persen dibanding tahun sebelumnya. Pada 2016 juga ada kenaikan produksi yakni 420 ribu ton. Bila diasumsikan rendemen mencapai 60 persen, total produksi beras dari seluruh lahan pertanian di Gresik mencapai 252 ribu ton.
Sementara tingkat konsumsi masyarakat (jumlah penduduk :1,3 juta) Gresik sebesar 126 ribu ton beras. Sehingga masih ada kelebihan produksi beras (surplus) 126 ribu ton. Belum lagi, adanya penambahan lahan pertanian (ekstensifikasi). Tahun ini, total luas area pertanian mencapi 67.900 hektar. Jumlah itu naik dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 67.197 hektar. Tak hanya di sektor tanaman pangan, produksi perkebunan maupun hortikultura juga terus mengalami tren positif. Mulai dari jagung, kacang tanah, kedelai, dan sejumlah komoditas lainnya.
Di tengah makin menggeliatnya dunia industri. Sektor pertanian tetap merupakan salah satu kunci sebagai penyangga utama ekonomi di Gresik.”Perkembangan industri jangan sampai menggerus sektor pertanian,” kata Sambari.
Untuk mewujudkannya, Pemkab Gresik melakukan pemetaan kawasan yang dituangkan dalam Rencana Tata ruang Wilayah (RTRW). “Lahan produktif tidak boleh digunakan untuk aktivitas di luar pertanian," ucapnya.
Hasilnya, program ekstensifikasi Pertanian. Selanjutnya Bupati menginstruksikan pemanfaatan lahan-lahan tidur menjadi area pertanian/perkebunan. Realisasi instruksi inilah yang menjadi salah satu faktor bertambahnya jumlah lahan pertanian (ekstensifikasi) di Gresik.
Ada keinginan Sambari Qosim untuk merehabilitasi lahan-lahan eks tambang yang sampai saat ini belum tergarap. Penyebabnya, lahan tersebut belum direhabilitasi. Dia juga merencanakan pemanfataan lahan eks tambang kapur. Menurutnya, lahan itu bisa direhabilitasi dengan cara reklamasi yaitu diuruk dengan tanah subur.
"Metode itu bisa diterapkan untuk lahan-lahan di perbukitan kapur. Jika ditata ulang, lahan eks tambang itu sangat potensial untuk pertanian. Memang tidak mudah. Mengingat, kewenangan di bidang pertambangan tidak ada pada kami. Saya berharap, lahan-lahan baru yang ada itu tetap bisa berproduksi kontinyu," kata pejabat yang juga sarjana Pertanian.
Upaya lain yaitu kecukupan dan stabilitas harga pupuk. “Kami harap semuanya harus mendukung kebijakan program ini. Mulai dari intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi pertanian hingga rehabilitasi lahan, karena sejak awal kami sudah sepakat bahwa sektor pertanian adalah harga mati untuk dikembangkan," kata Sambari.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017