Tulungagung (Antara Jatim) - Sejumlah perajin dan pengusaha gula tebu di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengeluhkan penurunan drastis harga gula tebu dari sebelumnya di kisaran Rp8.400 per kilogram menjadi Rp7.000 dalam volume yang sama.
    
"Penurunan terjadi dalam kurun tiga bulan terakhir. Anjlok hingga titik kritis Rp7.000 dan masih mungkin terus turun," kata Ketua Paguyupan Perajin Gula Tebu Kabupaten Tulungagung Hariyadi di Tulungagung, Minggu.
    
Ia menduga, turunnya harga gula tebu dipengaruhi pasar. Akhir-akhir ini, kata dia, permintaan gula tebu di sejumlah tempat cenderung berkurang, termasuk di kalangan pasar tradisional.
    
"Penurunan harga gula tebu juga dibarengi dengan turunnya rendemen pada tanaman tebu pada tahun ini yang hanya mencapai 8-9 persen," katanya.
    
Dengan turunnya rendemen tebu itu, kata Hariyadi, dapat mempengaruhi hasil produksi gula tebu cetak atau olahan.

"Secara otomatis jika rendemen rendah akan mempengaruhi hasil produksi gula. Ini kondisi gula juga tidak bagus, warnanya juga terlalu merah," katanya.

Hariadi menuturkan dengan kondisi rendemen yang rendah pada saat ini, setiap kali masak pihaknya membutuhkan tiga ton tebu dan hanya menghasilkan sekitar 1,5 kuintal gula tebu.

Hariadi mengatakan, sebenarnya dengan rendemen 8-9 ini petani maupun perajin gula masih untung, namun memang tidak sebesar saat rendemen lebih tinggi.

Harga tebu di pasaran saat ini sekitar Rp47 ribu per kuintal. "Ya upaya para pengrajin gula tebu dengan tetap bertahan, pokok selama tidak merugi para perajin tetap berjalan," katanya.

Dikonfirmasi, Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Tulungagung Sucipto mengatakan rendahnya rendemen pada tanaman tebu disebabkan karena kondisi cuaca pada masa tanam tebu 2016 yang tidak menentu, dan berlanjut hingga awal 2017.

"Secara pasti dengan kondisi hujan secara terus menerus mengakibatkan rendemen menjadi rendah," katanya.

Sucipto memprediksi pada periode 2017 ini dipastikan rendemen tebu bakal kembali normal hingga mencapai 12 persen, karena dampak la nina yang memicu penghujan sepanjang kurun 2016-awal 2017 berangsur menghilang.

"Sebagian besar tanaman tebu hasil panen petani di Tulungagung menyetor ke pabrik gula rumahan. Sedangkan yang setor ke pabrik gula Modjopanggung dikisaran 40 persen," katanya.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017