Tulungagung (Antara Jatim) - Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengevakuasi dan mengirim belasan orang dengan gangguan jiwa atau ODGJ ke Rumah Sakit Jiwa Lawang, Malang untuk menjalani terapi penyembuhan psikologis-kejiwaan mereka.
"Langkah ini menjadi bagian dari upaya sungguh-sungguh Pemkab Tulungagung dalam menyukseskan program bebas pasung di Jawa Timur pada 2017," kata Kepala Dinkes Tulungagung Mochammad Mastur di Tulungagung, Jumat.
Mastur mengatakan, total ada 13 ODGJ yang sedianya dikirim ke RSJ Lawang, namun satu di antaranya batal atau ditunda karena kondisi penglihatan yang menurun atau buta, sehingga menyulitkan proses evakuasi.
"Pada awal 2017, tercatat ada 29 ODGJ yang belum mendapatkan pengobatan dan berada dalam pasungan. Kami tangani secara bertahap dan targetnya tahun ini sudah harus tuntas," katanya.
Mastur merinci, ODGJ yang diberangkatkan tersebut masing-masing berasal dari Kecamatan Kalidawir sebanyak enam pasien, Karangrejo satu pasien, Kedungwaru, Ngantru dan Rejotangan masing-masing dua pasien.
Satu pasien ODGJ yang akhirnya batal berangkat dikarenakan yang bersangkutan tidak mungkin bisa merawat dirinya sendiri akibat keterbatasan penglihatan.
"Kalidawir menempati urutan dengan jumlah terbanyak. Sedangkan satu pasien batal karena buta dan tidak dapat merawat dirinya sendiri," katanya.
Mastur mengatakan, pengobatan yang diterima para ODGJ itu berbeda-beda. Ada yang pulih setelah mendapatkan pengobatan selama dua pekan, satu bulan hingga lebih dari dua bulan.
"Itu tergantung dengan perkembangan ODGJ ketika mendapatkan terapi di RSJ," ujarnya.
Mastur mencontohkan ada satu ODGJ yang telah pulang, dan saat ini telah memiliki aktivitas yang bermanfaat, karena selama di RSJ mendapat latihan keterampilan khusus.
"Ya semua tergantung pada ODGJ-nya. Sebab ada tolak-ukur atau indikator yang mensyaratkan untuk bisa dipulangkan," katanya.
Sedangkan untuk kasus ODGJ yang tidak pasung, lanjut Mastur, Dinkes Tulungagung akan terus melakukan pemantauan sembari terus memberikan obat dan juga mengedukasi keluarga agar sadar pentingnya penyembuhan secara medis untuk ODGJ tersebut.
"Pemantauan tetap, bahkan kami juga akan terus memberikan pengawasan ketika ada kasus ODGJ pasung baru," kata Mastur. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Langkah ini menjadi bagian dari upaya sungguh-sungguh Pemkab Tulungagung dalam menyukseskan program bebas pasung di Jawa Timur pada 2017," kata Kepala Dinkes Tulungagung Mochammad Mastur di Tulungagung, Jumat.
Mastur mengatakan, total ada 13 ODGJ yang sedianya dikirim ke RSJ Lawang, namun satu di antaranya batal atau ditunda karena kondisi penglihatan yang menurun atau buta, sehingga menyulitkan proses evakuasi.
"Pada awal 2017, tercatat ada 29 ODGJ yang belum mendapatkan pengobatan dan berada dalam pasungan. Kami tangani secara bertahap dan targetnya tahun ini sudah harus tuntas," katanya.
Mastur merinci, ODGJ yang diberangkatkan tersebut masing-masing berasal dari Kecamatan Kalidawir sebanyak enam pasien, Karangrejo satu pasien, Kedungwaru, Ngantru dan Rejotangan masing-masing dua pasien.
Satu pasien ODGJ yang akhirnya batal berangkat dikarenakan yang bersangkutan tidak mungkin bisa merawat dirinya sendiri akibat keterbatasan penglihatan.
"Kalidawir menempati urutan dengan jumlah terbanyak. Sedangkan satu pasien batal karena buta dan tidak dapat merawat dirinya sendiri," katanya.
Mastur mengatakan, pengobatan yang diterima para ODGJ itu berbeda-beda. Ada yang pulih setelah mendapatkan pengobatan selama dua pekan, satu bulan hingga lebih dari dua bulan.
"Itu tergantung dengan perkembangan ODGJ ketika mendapatkan terapi di RSJ," ujarnya.
Mastur mencontohkan ada satu ODGJ yang telah pulang, dan saat ini telah memiliki aktivitas yang bermanfaat, karena selama di RSJ mendapat latihan keterampilan khusus.
"Ya semua tergantung pada ODGJ-nya. Sebab ada tolak-ukur atau indikator yang mensyaratkan untuk bisa dipulangkan," katanya.
Sedangkan untuk kasus ODGJ yang tidak pasung, lanjut Mastur, Dinkes Tulungagung akan terus melakukan pemantauan sembari terus memberikan obat dan juga mengedukasi keluarga agar sadar pentingnya penyembuhan secara medis untuk ODGJ tersebut.
"Pemantauan tetap, bahkan kami juga akan terus memberikan pengawasan ketika ada kasus ODGJ pasung baru," kata Mastur. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017