Surabaya (Antara) - Menteri ESDM Ignasius Jonan meresmikan jaringan gas untuk 24.000 unit sambungan rumah tangga di Kota Surabaya, Jawa Timur, dengan biaya APBN 2016 senilai Rp221,9 miliar.
"Pemanfaatan gas ini menghemat pengeluaran biaya satu rumah tangga sekitar Rp20 ribu per bulan," katanya saat peresmian jaringan gas rumah tangga di Rumah Susun Penjaringan Sari, Rungkut, Surabaya, Minggu.
Hadir dalam peresmian, antara lain Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Wakil Ketua Komisi VII DPR Syaikhul Islam Ali, Dirjen Migas Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja, dan Dirut PT PGN (Persero) Tbk Jobi Triananda Hasjim.
Menurut Jonan, penyambungan gas untuk rumah tangga tersebut sesuai arahan Presiden Joko Widodo yang meminta pembangunan ditujukan pada pemerataan bagi warga kurang mampu.
"Sesuai kebijakan pemerintah, gas diprioritaskan untuk listrik dan rumah tangga sederhana," ujarnya.
Ia mengatakan pemerintah akan terus mendorong dan mempercepat program konversi elpiji ke gas bumi.
Setiap tahunnya, menurut dia, pemerintah mengeluarkan dana APBN untuk menambah jaringan gas bumi di berbagai daerah.
Pembangunan jaringan gas tersebut ditujukan untuk masyarakat kelas menengah ke bawah agar dapat menikmati gas setiap saat dengan harga yang relatif murah, bersih, dan aman.
"Dana APBN harus digunakan untuk membangun sesuatu yang memang dibutuhkan oleh masyarakat paling bawah," kata Jonan.
Pasokan gas untuk kebutuhan rumah tangga di Surabaya berasal dari PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore sebesar 0,6 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
Total pipa yang dibangun untuk mengalirkan gas bumi ke 24.000 rumah tangga di Surabaya mencapai lebih dari 196 kilometer.
Rismaharini mengapresiasi upaya Kementerian ESDM dan PGN yang sudah membangun 24.000 sambungan rumah tangga di Surabaya.
"Warga sangat terbantu dengan adanya gas ini, karena bisa menghemat pengeluaran, selain juga praktis, ada setiap saat, bersih, dan aman," katanya.
Wiratmaja Puja menambahkan pemerintah sudah membangun 186 ribu sambungan jarigan gas untuk rumah tangga di 14 provinsi selama periode 2009-2016.
Pembangunan tersebut melalui penugasan kepada dua BUMN, PT PGN (Persero) Tbk dan PT Pertamina (Persero).
Khusus 2016, pemerintah membangun 89.000 ribu sambungan rumah tangga di enam kota yang 24.000 di antaranya di Surabaya.
Selain penghematan bagi pengguna, menurut dia, pemanfatan gas rumah tangga juga mengurangi impor elpiji sebesar 20 ribu ton per tahun secara nasional dan khusus Surabaya sebanyak 2.600 ton per tahun.
"Penghematan subsidi pemerintah sebesar Rp141 miliar per tahun," kata Wirat.
Pada 2017, pemerintah akan membangun lagi 59 ribu sambungan di 16 wilayah.
"Untuk satu sambungan perlu investasi sekitar Rp10 juta," katanya.
Jobi Triananda Hasjim mengatakan pemakaian gas rumah tangga selain murah juga aman, bersih, terukur, bayar belakangan, dan tagihan bisa dibayar di sejumlah tempat.
"Untuk Surabaya ini, kami bangun selama 10 bulan dari mulai 'engneering' sampai komisioning," katanya.
Ia memohon maaf kepada warga Surabaya, karena selama proses pembangunan mesti membongkar jalan dan taman, namun kini sudah diperbaiki kembali.
Hingga 2015, pihaknya sudah mengoperasikan 43.000 sambungan rumah tangga di 11 kota dengan biaya APBN.
Sementara, dengan dana sendiri, PGN membangun sekitar 100 ribu sambungan.
"Kami siap kalau diberi penugasan lagi," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Pemanfaatan gas ini menghemat pengeluaran biaya satu rumah tangga sekitar Rp20 ribu per bulan," katanya saat peresmian jaringan gas rumah tangga di Rumah Susun Penjaringan Sari, Rungkut, Surabaya, Minggu.
Hadir dalam peresmian, antara lain Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Wakil Ketua Komisi VII DPR Syaikhul Islam Ali, Dirjen Migas Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja, dan Dirut PT PGN (Persero) Tbk Jobi Triananda Hasjim.
Menurut Jonan, penyambungan gas untuk rumah tangga tersebut sesuai arahan Presiden Joko Widodo yang meminta pembangunan ditujukan pada pemerataan bagi warga kurang mampu.
"Sesuai kebijakan pemerintah, gas diprioritaskan untuk listrik dan rumah tangga sederhana," ujarnya.
Ia mengatakan pemerintah akan terus mendorong dan mempercepat program konversi elpiji ke gas bumi.
Setiap tahunnya, menurut dia, pemerintah mengeluarkan dana APBN untuk menambah jaringan gas bumi di berbagai daerah.
Pembangunan jaringan gas tersebut ditujukan untuk masyarakat kelas menengah ke bawah agar dapat menikmati gas setiap saat dengan harga yang relatif murah, bersih, dan aman.
"Dana APBN harus digunakan untuk membangun sesuatu yang memang dibutuhkan oleh masyarakat paling bawah," kata Jonan.
Pasokan gas untuk kebutuhan rumah tangga di Surabaya berasal dari PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore sebesar 0,6 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
Total pipa yang dibangun untuk mengalirkan gas bumi ke 24.000 rumah tangga di Surabaya mencapai lebih dari 196 kilometer.
Rismaharini mengapresiasi upaya Kementerian ESDM dan PGN yang sudah membangun 24.000 sambungan rumah tangga di Surabaya.
"Warga sangat terbantu dengan adanya gas ini, karena bisa menghemat pengeluaran, selain juga praktis, ada setiap saat, bersih, dan aman," katanya.
Wiratmaja Puja menambahkan pemerintah sudah membangun 186 ribu sambungan jarigan gas untuk rumah tangga di 14 provinsi selama periode 2009-2016.
Pembangunan tersebut melalui penugasan kepada dua BUMN, PT PGN (Persero) Tbk dan PT Pertamina (Persero).
Khusus 2016, pemerintah membangun 89.000 ribu sambungan rumah tangga di enam kota yang 24.000 di antaranya di Surabaya.
Selain penghematan bagi pengguna, menurut dia, pemanfatan gas rumah tangga juga mengurangi impor elpiji sebesar 20 ribu ton per tahun secara nasional dan khusus Surabaya sebanyak 2.600 ton per tahun.
"Penghematan subsidi pemerintah sebesar Rp141 miliar per tahun," kata Wirat.
Pada 2017, pemerintah akan membangun lagi 59 ribu sambungan di 16 wilayah.
"Untuk satu sambungan perlu investasi sekitar Rp10 juta," katanya.
Jobi Triananda Hasjim mengatakan pemakaian gas rumah tangga selain murah juga aman, bersih, terukur, bayar belakangan, dan tagihan bisa dibayar di sejumlah tempat.
"Untuk Surabaya ini, kami bangun selama 10 bulan dari mulai 'engneering' sampai komisioning," katanya.
Ia memohon maaf kepada warga Surabaya, karena selama proses pembangunan mesti membongkar jalan dan taman, namun kini sudah diperbaiki kembali.
Hingga 2015, pihaknya sudah mengoperasikan 43.000 sambungan rumah tangga di 11 kota dengan biaya APBN.
Sementara, dengan dana sendiri, PGN membangun sekitar 100 ribu sambungan.
"Kami siap kalau diberi penugasan lagi," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017