Jember (Antara Jatim) - Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jember Suwarno memprediksi luas lahan tembakau di kabupaten setempat pada 2017 berkurang karena petani mengalami kerugian yang sangat besar selama dua tahun terakhir.
"Dua tahun lalu, petani benar-benar terpuruk dan menderita kerugian yang cukup besar akibat gagal panen karena abu vulkanis Gunung Raung dan cuaca ekstrem yang didominasi kemarau basah," katanya di Jember, Jawa Timur, Kamis.
Tahun 2015 terjadi guyuran abu vulkanis Gunung Raung di Kabupaten Jember, sehingga menyebabkan petani tembakau kasturi dan Na Oogst yang sudah panen tidak bisa menjual kepada pabrikan dan eksportir.
"Guyuran abu vulkanis menyebabkan kualitas daun tembakau buruk, sehingga tidak laku di pasaran dan menyebabkan petani tembakau merugi cukup besar," tuturnya.
Kemudian pada tahun 2016 terjadi fenomena La Nina atau kemarau basah menyebabkan banyak tanaman tembakau petani yang gagal panen karena tingginya curah hujan, bahkan sebagian petani sudah melakukan tambal sulam menanam ulang, namun tetap saja tidak berhasil dipanen.
"Berdasarkan pantauan APTI, hampir 70 persen tembakau petani gagal panen dan 30 persen yang bisa terselamatkan dipanen, namun hasilnya tetap saja petani tidak bisa mendapatkan keuntungan," katanya.
Ia mengatakan luas lahan tembakau kasturi tahun 2015 mencapai 10.000 hektare, namun pada tahun 2016 menurun menjadi 5.000 hektare saja karena petani sudah tidak mampu menanam tembakau akibat merugi pada musim tanam 2016.
"Hal yang sama untuk luas lahan tembakau Na Oogst, dari 5.500 hektare pada tahun 2015 dan menurun menjadi 2.000 hektare pada tahun 2016, sehingga tahun ini kemungkinan luasan lahan tembakau rakyat di Jember diprediksi menurun," ujarnya.
Ada tiga jenis tembakau Na Oogst di Jember yakni Tembakau Bawah Naungan (TBN) yang biasanya ditanam oleh perusahaan, Na Oogst Tanam Awal (NOTA) dan Na Oogst tradisional yang masih menjadi tanaman tembakau rakyat.
"APTI Jember sudah mengirimkan surat kepada Dinas Ketahanan Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan untuk menanyakan kebutuhan pabrikan terhadap tembakau di Jember tahun ini, sehingga luasan lahan tembakau yang ditanam petani tidak berlebihan dan sesuai kebutuhan," katanya.
Berdasarkan data Dinas Perkebunan dan Kehutanan Jember yang kini melebur menjadi Dinas Ketahanan Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Jember tercatat luas areal tanam tembakau tahun 2016 yakni jenis Na Oogst Tanam Awal (NOTA) sekitar 1.100 ha, Na Oogst tradisional 1.068 ha, Voor Oogst Kasturi 3.383 ha, Voor Oogst Rajangan 417 ha dan White Burley seluas 148 ha.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017