Denpasar (Antara) - Sebanyak 150 alumni Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan yang kini tersebar di Provinsi Bali telah membina 26 Taman Pendidikan Quran (TPQ) yang ada di Pulau Dewata, bahkan setiap tahun menyelenggarakan Musabaqoh antar-Murid Madrasah (Musamma) antar-TPQ se-Bali.
"Itu (Musamma) sebenarnya merupakan sarana evaluasi kami untuk pembelajaran selama satu tahun yang berselang, baik evaluasi dalam keterampilan membaca kitab, Quran, maupun kebiasaan mereka dalam ibadah sehari-hari di TPQ," kata Ketua Ikatan Alumni-Santri Sidogiri (IASS) Bali, Imam Muslih, di Denpasar, Minggu.
Ditemui di sela-sela "Musamma 2017" di TPQ Al-Hidayah Gatsu di kawasan Jalan Gatot Subroto VI, Denpasar itu, alumni Pesantren Sidogiri angkatan tahun 1998 itu menjelaskan 26 TPQ se-Bali yang dibina IASS itu mendidik ribuan anak-anak keluarga Muslim di Bali.
"Sebanyak 150 alumni itu dibantu 30 santri Sidogiri yang ditugaskan pesantren kami untuk mengajar pada 26 TPQ itu, namun koordinasi tetap ditangani para alumni, termasuk kegiatan Musamma yang rutin diadakan setiap tahun itu. Juaranya bisa ikut Musamma di Pasuruan," katanya.
Guru yang juga penceramah di beberapa masjid di Bali itu mengakui pembinaan anak-anak keluarga Muslim di Bali yang merupakan minoritas itu tidak mudah, karena anak-anak di lingkungan minoritas itu umumnya agak sulit menerima pembelajaran.
"Karena itu, guru ngaji di Bali harus ekstra sabar menghadapi anak-anak yang memang tinggal di lingkungan yang kurang mendukung mereka, namun kalau kami menemukan anak-anak yang potensial akan diarahkan alumni untuk mondok di Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jatim," katanya.
Menurut Muslih yang "mondok" di Pesantren Sidogiri Pasuruan selama lima tahunan itu, alumni yang tergabung dalam IASS Bali tidak hanya memiliki program pendidikan, namun juga ada program sosial dan ekonomi.
"Alumni sebagai kepanjangan tangan pondok juga memiliki program sosial untuk membantu masyarakat tanpa memandang Muslim atau non-Muslim, seperti yang kami lakukan dlama membantu korban bencana alam di Pancasari, Kintamani, dan sebagainya," katanya.
Khusus program ekonomi, pihaknya juga melatih masyarakat dalam hal usaha mikro, seperti usaha skala rumah tangga untuk masyarakat Bali. "Untuk dana kegiatan sosial dan ekonomi itu, kami menerima bantuan dari alumni, sponsor, dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Sidogiri," katanya.
TPQ Al-Hidayah yang dibangun pada Oktober 2010 itu berdiri di atas lahan seluas 200 meterpersegi dengan tanah dari hibah Haji Bambang. Saat ini, TPQ di tengah kota itu membina 78 anak didik. Sementara itu, kegiatan Musamma memperlombakan cerdas cermat, azan, baca Quran, merangkai warna, dan sebagainya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Itu (Musamma) sebenarnya merupakan sarana evaluasi kami untuk pembelajaran selama satu tahun yang berselang, baik evaluasi dalam keterampilan membaca kitab, Quran, maupun kebiasaan mereka dalam ibadah sehari-hari di TPQ," kata Ketua Ikatan Alumni-Santri Sidogiri (IASS) Bali, Imam Muslih, di Denpasar, Minggu.
Ditemui di sela-sela "Musamma 2017" di TPQ Al-Hidayah Gatsu di kawasan Jalan Gatot Subroto VI, Denpasar itu, alumni Pesantren Sidogiri angkatan tahun 1998 itu menjelaskan 26 TPQ se-Bali yang dibina IASS itu mendidik ribuan anak-anak keluarga Muslim di Bali.
"Sebanyak 150 alumni itu dibantu 30 santri Sidogiri yang ditugaskan pesantren kami untuk mengajar pada 26 TPQ itu, namun koordinasi tetap ditangani para alumni, termasuk kegiatan Musamma yang rutin diadakan setiap tahun itu. Juaranya bisa ikut Musamma di Pasuruan," katanya.
Guru yang juga penceramah di beberapa masjid di Bali itu mengakui pembinaan anak-anak keluarga Muslim di Bali yang merupakan minoritas itu tidak mudah, karena anak-anak di lingkungan minoritas itu umumnya agak sulit menerima pembelajaran.
"Karena itu, guru ngaji di Bali harus ekstra sabar menghadapi anak-anak yang memang tinggal di lingkungan yang kurang mendukung mereka, namun kalau kami menemukan anak-anak yang potensial akan diarahkan alumni untuk mondok di Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jatim," katanya.
Menurut Muslih yang "mondok" di Pesantren Sidogiri Pasuruan selama lima tahunan itu, alumni yang tergabung dalam IASS Bali tidak hanya memiliki program pendidikan, namun juga ada program sosial dan ekonomi.
"Alumni sebagai kepanjangan tangan pondok juga memiliki program sosial untuk membantu masyarakat tanpa memandang Muslim atau non-Muslim, seperti yang kami lakukan dlama membantu korban bencana alam di Pancasari, Kintamani, dan sebagainya," katanya.
Khusus program ekonomi, pihaknya juga melatih masyarakat dalam hal usaha mikro, seperti usaha skala rumah tangga untuk masyarakat Bali. "Untuk dana kegiatan sosial dan ekonomi itu, kami menerima bantuan dari alumni, sponsor, dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Sidogiri," katanya.
TPQ Al-Hidayah yang dibangun pada Oktober 2010 itu berdiri di atas lahan seluas 200 meterpersegi dengan tanah dari hibah Haji Bambang. Saat ini, TPQ di tengah kota itu membina 78 anak didik. Sementara itu, kegiatan Musamma memperlombakan cerdas cermat, azan, baca Quran, merangkai warna, dan sebagainya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017