Ponorogo (Antara Jatim) - Jumlah hunian permanen untuk relokasi pengungsi yang terdampak langsung bencana tanah longsor di Desa Banaran, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur dipastikan bertambah delapan unit dari proyeksi sebelumnya 32 unit,  atau menjadi 40 unit.
    
"Ya, penambahan itu dihitung setelah terjadi longsor susulan pada Minggu (9/4) sehingga mengenai dua rumah warga di bawah sektor D dan mengancam beberapa rumah lain di sekitarnya, Dusun Krajan, Desa Banaran," kata Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni di Ponorogo, Selasa.
    
Ia menjelaskan, kendati beberapa rumah tidak mengalami kerusakan langsung, namun lokasi pemukiman mereka persis berhadapan dengan ujung lumpur yang sebelumnya bergerak turun.
    
Dengan asumsi material tanah longsoran di area terdampak yang masih mengancam karena kondisi yang jenuh air dan berpotensi terjadi pergerakan (longsor) susulan, BPBD memutuskan pengosongan seluruh area pemukiman di Dusun Krajan yang ada sekitar jalur patahan sungai Tangkil, di Dusun Krajan.
    
"Ya benar, memang yang terkena langsung dua, tapi tiga rumah lainnya juga terancam sehingga bertambah menjadi lima rumah yang harus direlokasi," katanya.
    
Menurut Ipong, jumlah rumah permanen yang harus disiapkan untuk relokasi korban tanah longsor sebelumnya berjumlah 32 rumah.
    
Dengan demikian, pascalongsor susulan terjadi sedikitnya 37 rumah yang mesti disiapkan.
    
Selain itu ada tiga rumah lagi di bawah sektor D, kata Ipong, rumah itu nantinya akan digunakan untuk menumpuk material longsor yang sekarang menutup sungai.
    
"Tapi itu masih akan dikomunikasikan dengan pemilik rumah. Warga bersedia atau tidak," katanya.
    
Ipong menambahkan, pembangunan rumah permanen untuk relokasi warga ini sepenuhnya dibiayai oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
    
Namun, ia mengaku belum mengetahui berapa jumlah anggaran yang dikucurkan Pemprov Jatim. "Yang pasti saat saya melakukan komunikasi melalui telepoe, pak Gubernur mengatakan jika untuk rumah permanen di-'cover' pemprov. Nominalnya belum ditentukan. Tapi intinya pemprov siap," ujarnya.
    
Mengenai realisasi pembangunan rumah relokasi permanen bagi warga korban bencana itu dilakukan, Ipong menyatakan masih menunggu proses pemilihan tempat dari pemerintah desa.
    
"Kami masih mencari dan menunggu rekomendasi dari pemerintah desa," katanya.
    
Ia menegaskan bahwa misi pencarian lahan relokasi permanen sudah diamanahkan kepada pemerintah desa.
    
"Kalau sudah ada usulan, langsung kita lakukan pengecekan, jika sesuai kita laporkan ke pemprov agar anggarannya segera dicairkan," katanya.
    
Sementara, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran pers yang diterima Antara, saat ini jumlah pengungsi tercatat sebanyak 300-an jiwa.
    
Ia memastikan kebutuhan dasar bagi pengungsi mencukupi. Nantinya sebagian besar dari mereka akan direlokasi.
    
Oleh karenanya, masyarakat diimbau untuk selalu meningkatkan kewaspadaannya mengingat potensi longsor masih tinggi di wilayah Ponorogo, khususnya di Desa Banaran.
    
Hujan berintensitas tinggi masih berpeluang hingga awal Mei, sehingga meningkatkan risiko kondisi tanah material longsoran semakin jenuh air. Apalagi kondisi batuan sudah banyak yang mengalami pelapukan sehingga mudah longsor. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017