Surabaya (Antara Jatim) - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengimbau masyarakat agar tak menggunakan stereoform atau Polysterene Foam (FS) sebagai kemasan makanan maupun barang dikarenakan semakin tingginya volume sampah stereoform di wilayah setempat.

"Stereoform bahaya untuk makanan jika terkena panas. Selain itu volume sampah ini terus bertambah karena sekali pakai, menyebabkan pencemaran lingkungan," kata Kepala Bidang Tata Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Tridrastolaksono di sela Forum Group Discussion (FGD) oleh Yayasan Peduli Bumi Indonesia (YPBI) di ITS Surabaya, Selasa.

Dia mengatakan, Surabaya sebenarnya memiliki banyak peraturan daerah (perda) yang mengatur pengelolaan sampah dan kebersihan serta retribusi pelayanan kebersihan dan lainnya. Namun belum ada perda yang secara spesifik mengatur soal sampah stereoform.

"Ada banyak cara mengurangi sampai di Surabaya. Mulai reduksi sampah, pengelolaan sampah berbasis masyarakat, bank sampah, rumah kompos. Selain itu ada kader lingkungan yang jumlahnya 29.700 serta 540 orang fasilitator. Semua untuk menyikapi sampah," kata dia.

Sementara untuk stereoform, lanjut dia, selama ini dikumpulkan oleh bank sampah atau pengepul yang berjumlah 200 orang. "Namun upaya tersebut belum cukup membantu menekan volume sampah stereoform," ujarnya.

Untuk itu Pemkot Surabaya akan mengagas keberadaan Peraturan Daerah (Perda) larangan penggunaan stereoform sebagai kemasan makanan maupun barang.

Pakar limbah padat Departemen Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) ITS Prof Yulinah mengatakan pihaknya selalu mendorong mahasiswanya di S1 dan S2 untuk membuat tugas akhir yang menyikapi problem sampah.

Dia menyebut, sebagai salah satu kota besar, Surabaya tidak luput dari tingginya volume sampah anorganik.

"Mahasiswa ITS yang mengerjakan TA rajin mengukur sampah di Surabaya. Hasilnya, sampah plastik, termasuk stereoform di Surabaya naik dua kali lipat pada 2016 dibanding tahun 1980an. Ini juga karena semakin bertambahnya penduduk," tuturnya.

Sementara itu, Ketua Yayasan Peduli Bumi Indonedia (YPBI) Ananda Mustadjab Latif mengatakan, pihaknya bersama Himpunan Mahasiswa Program Pasca Sarjana ITS berupaya mengkaji apakah stereofoam sebagai masalah utama sampah di kota-kota besar.

"Diperlukan kebijakan yang win win solution antara pemerintah, produsen dan pengguna. Misalnya mendorong produsen stereoform membuat produk yang bisa terurai," kata Ananda. (*)

Pewarta: willy irawan

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017