Tulungagung (Antara Jatim) - Bupati Tulungagung Syahri Mulyo mengakui kecewa dengan perubahan rencana pembangunan bandara dari Tulungagung ke Kediri, Jawa Timur, namun tetap optimistis akan berdampak positif bagi perekonomian serta pengembangan sektor pariwisata daerah pesisir wilayahnya.
    
"Bagaimanapun keberadaan bandara akan mempermudah akses masuknya investasi dan kunjungan wisata ke wilayah selatan, khususnya di Tulungagung," kata Syahri Mulyo di Tulungagung, Senin.
    
Salah satu yang menjadi andalan Tulungagung, kata Syahri, adalah potensi bahari yang tak dimiliki Kabupaten/Kota Kediri yang akan menjadi titik pembangunan bandar udara jalur selatan Jawa.
    
Ia mengatakan mulai saat ini Tulungagung akan lebih terfokus dalam mengembangkan infrastruktur serta objek-objek pariwisata, khususnya di kawasan pesisir.
    
"Ya itu yang akan kami 'create' dan optimalkan untuk meningkatkan daya saing daerah," ujarnya.
    
Syahri berasumsi, tidak menjadi soal Tulungagung tak jadi mendapat potensi pendapatan asli daerah (PAD) dari jasa/retribusi parkir maupun dampak ekonomi lain di sekitar bandara setelah wacana pembangunan dialihkan dari sebelumnya proyeksi di wilayah Campurdarat, Tulungagung, kini dipindah ke Kediri.
    
Menurut dia, selama Tulungagung bisa mempersiapkan dan mengembangkan semua potensi dan daya saing daerah makan efek domino ekonomi (multiplier effect economy) tetap akan tinggi bagi daerah di pesisir selatan, seperti Tulungagung, Blitar maupun Trenggalek.
    
Senada, Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak menyatakan juga tidak mempersoalkan pembatalan lokasi pembangunan bandar udara sipil di Kabupaten Tulungagung, seiring adanya rencana pembangunan bandara oleh pihak Gudang Garam di wilayah Kabupaten Kediri.
    
"Sejak awal kami bersama delapan kepala daerah di sekitar Trenggalek sepakat bahwa wilayah ini butuh bandara, terkait lokasinya dimana, itu kami serahkan ke Bapak Gubernur dan Presiden," katanya.
    
Menurut Emil, setiap lokasi yang akan dipilih dipastikan akan ada kelebihan dan kekurangannya.
    
Namun yang paling penting lanjut Emil, masyarakat yang ada di wilayah barat daya Jawa Timur dapat menikmati akses udara sehingga mampu menggeliatkan perekonomian.
    
Ia berdalih, selama ini akses menuju ke bandara bagi masyarakat Trenggalek dan sekitarnya cukup jauh, yaitu di Sidoarjo, Malang, maupun Yogyakarta. Rata-rata perjalanan untuk sampai ke bandara membutuhkan waktu lebih dari empat jam.
    
"Sesuai dengan komitmen bersama, kami menginginkan dibukanya ruang udara di selatan pulau Jawa, karena selama ini hanya dikhususkan untuk militer, tentu dengan pengaturan jam terbang," katanya.
    
Emil menjelaskan, manfaat pembangunan bandara akan berdampak luas terhadap perekonomian warga di sejumlah kabupaten kota, mulai dari Trenggalek, Kediri, Tulungagung, Blitar, Ponorogo, Madiun, Pacitan hingga ke Wonogiri Jawa Tengah.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017