Trenggalek (Antara Jatim) - Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak memastikan hasil uji sampel kotoran dan tanah lokasi penyembelihan sapi sakit dengan gejala klinis antraks, di laboratorium Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta 100 persen negatif.
    
"Jadi hasil (penelitian) veteriner (Balai Besar Veteriner), negatif antraks," kata Emil saat dikonfirmasi wartawan di Trenggalek, Jawa Timur, Senin.
    
Ia mengaku lega dengan hasil uji laboratorium tersebut, karena berbanding lurus dengan hasil tes patologi klinik dan mikrobiologi yang dilakukan tim dokter RSUD dr Soedomo, Trenggalek terhadap pemilik sapi sakit yang kebetulan juga menderita gangguan kulit dengan gejala mirip antraks sebelumnya yang juga dinyatakan negatif.
    
"Jadi kita jangan memperpanik juga. Tapi kami juga tidak menyesal mengambil langkah preventif dengan melakukan tindakan perimeter di (Desa) Ngepeh, kemarin," katanya.
    
Emil menegaskan, "better save than sory". "Jadi lebih baik kita melakukan langkah preventif daripada nanti menyesal karena meremehkan satu situasi," ujarnya.
    
Menurut hemat Emil, kegaduhan akibat isu antraks yang sempat muncul beberapa waktu lalu di Desa Ngepeh, Kecamatan Tugu, bisa menjadi pelajaran berharga untuk menguji ketahanan sistem keamanan pangan di wilayahnya.
    
Berdasar lembar asli surat pengumuman resmi bersifat "rahasia" yang dikeluarkan  Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta ke Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek tertanggal 28 Februari 2017 menyatakan diagnosis/kesimpulan bahwa hasil pengujian sampel tanah dan bekas darah dinyatakan basilus antraks (bacillus anthracus) negatif (18).
    
Dalam lembar asli dengan nomor surat 01001/PK.300/F5D/0217 yang ditandatangani Deputi Manajer Teknis Laboratorium Bakteriologi Balai Besar Veteriner Wates Nur Rohmi Farhani itu tak satupun ditemukan indikasi adanya bakteri antraks pada sampel tanah lokasi penyembelihan maupun darah sapi sakit.
    
"Mohon izin, untuk mengonfirmasi benar hasil temuan ini, saya akan minta dinas yang terkait mungkin akan men-'disclose' hasil yang sudah tertulis seandainya benar," kata Emil.      
    
Dugaan ditemukannya kasus antraks mencuat setelah seorang peternak sekaligus pedagang sapi di Desa Ngepeh, Kecamatan Tugu, bernama Thoimin mengeluh kepada temannya petugas kesehatan hewan, karena menderita sakit kulit di punggung jari jembolnya yang mengalami luka dan membengkak tak kunjung sembuh.
    
Setelah diperiksa awal, petugas kesehatan melihat adanya kesamaan ciri sakit kulit menyerupai gejala klinis antraks sehingga dilakukanlah penelitian riwayat sakit hingga diketahui bahwa penderita pernah menyembelih sapinya yang sakit dengan gejala mirip antraks.
    
Temuan kasus itu lalu dilaporkan Tim Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Trenggalek dengan melakukan langkah preventif sterilisasi kandang, perimeter zona inti dan zona rawan, hingga mengundang tim peneliti dari Balai Besar Veteriner Yogyakarta, sekitar awal pertengahan Februari.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017