Tuban (Antara Jatim) - Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur menyatakan banjir  yang melanda sejumlah desa di Kecamatan Parengan, Tuban, akibat meluapnya Kali Kening tidak besar.

"Banjir bandang akibat meluapnya Kali Kening sehari lalu, sekarang sudah surut, sebab potensi airnya tidak terlalu besar," kata Petugas Posko UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Budi Indro Sulistyo, Rabu.

Oleh karena itu, menurut dia, debit banjir yang terjadi di Kali Kening di wilayah Tuban yang airnya masuk ke Bengawan Solo tidak terlalu mempengaruhi ketinggian air di hilir Jawa Timur.

"Ketinggian air Bengawan Solo hilir Jawa Timur, di Bojonegoro justru cenderung turun," ucapnya, menambahkan.

Lebih lanjut ia menjelaskan Kali Kening yang melintas di sejumlah kecamatan di Tuban, hulunya di wilayah Rembang, Jawa Tengah, sedangkan airnya masuk Bengawan Solo di Kecamatan Trucuk, Bojonegoro.

Di sepanjang Kali Kening di sejumlah Kecamatan di Tuban, juga di Bojonegoro sampai sekarang ini belum ada tanggulnya sehingga ketika meluap selalu menimbulkan banjir bandang.

"Tapi meluapnya Kali Kening selama musim hujan tahun ini tidak terlalu besar," katanya, menegaskan.

Data di UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo menyebutkan ketinggian air Bengawan Solo pada papan duga di Bojonegoro jauh di bawah siaga banjir dengan ketinggian 10,33 meter, Rabu pukul 15.00 WIB.

Di daerah hilirnya Babat, Karanggeneng, Laren dan Kuro, Lamongan, juga di bawah siaga banjir masing-masing 6,38 meter, 4,82 meter, 3,60 meter dan 1,65 meter.

Seorang warga Desa Selogabus, Kecamatan Parengan, Tuban Mat Slamet, menjelaskan di Desa Selogabus, Brangkal, Margorejo, Kecamatan Parengan, Tuban, sudah lima kali diterjang banjir bandang musim hujan tahun ini.

"Banjir bandang yang terjadi sehari lalu hanya berlangsung beberapa jam kemudian surut," ucap dia dibenarkan sorang warga Desa Margorejo, Kecamatan Parengan, Sulikhan.

Dalam lima kejadian banjir bandang itu, menurut dia, air Kali Kening yang meluap tidak terlalu besar karena hanya merendam jalanan desa di sejumlah desa dan sebagian pemukiman warga yang lokasinya rendah.

"Tapi banjir bandang Kali Kening pada 1977 menimbulkan kerusakan yang parah, karena banyak rumah hanyut. Bahkan saya melihat sendiri ada warga yang tenggelam bersama rumahnya," jelas Mat Slamet.

Seorang warga Desa Margorejo, Kecamatan Parengan, Rumini menambahkan banjir bandang yang baru saja terjadi airnya masuk ke dalam Puskesmas Pembantu di Desa Margorejo, dengan ketinggian sekitar 1 meter.

"Saya seharian membersihkan lumpur yang masuk puskesmas, tapi puskesmas hari ini sudah bisa melayani pasien," ucapnya, menambahkan. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017