Banyuwangi (Antara Jatim) -Sejumlah tokoh agama mengapresiasi konsep wisata halal yang akan dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, di Pulau Santen.
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Banyuwangi KH Masykur Ali di Banyuwangi, Jumat mengatakan konsep itu memberikan alternatif kepada para Muslimah untuk berlibur di pantai dengan nyaman.
"Selama ini mayoritas masyarakat menganggap pantai banyak digunakan untuk hal-hal maksiat. Sehingga ada ketakutan tersendiri para Muslimah yang ingin berlibur ke pantai. Dengan konsep ini, nantinya bisa berbeda jauh dan menjadi alternatif berlibur yang tepat, karena ada pemisahan tempat antara laki-laki dan perempuan," ujarnya.
Ketua MUI Banyuwangi KH Muhammad Yamin juga memberikan apresiasi yang sama. "Ini bentuk komitmen pemerintah daerah dalam mengembangkan wisata halal di Banyuwangi. Konsep ini sangat menarik, sehingga bisa menggaet wisatawan Muslim untuk ke Banyuwangi dan memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat," tuturnya.
Tokoh lainnya Kiai Abdul Ghofar menambahkan destinasi ini akan semakin membuat Banyuwangi dikenal di Indonesia dan luar negeri. "Karena itu, semuanya harus mendukung konsep itu, sehingga tempat wisata ini bisa dikenal," ucapnya.
Sementara tokoh perempuan Banyuwangi Neni Viantin Diyah Martiva merasa bangga dengan adanya pantai tersebut. "Kaum perempuan bisa berlibur di pantai dengan nyaman tanpa merasa risih karena bercampur lawan jenis," kata perempuan yang juga anggota DPRD Banyuwangi ini.
Salah satu tokoh Fatayat NU Banyuwangi Siti Mafrochatin Nikmah juga tak kalah senangnya dengan rencana pengembangan pantai berkonsep wisata halal tersebut. Selama ini, ia kerap bingung untuk mencari tempat wisata di alam terbuka yang memberikan pravisi bagi kaum perempuan.
"Sulit untuk mencari tempat, apalagi yang berkonsep alam terbuka seperti ini, yang khusus untuk perempuan. Ini jelas jadi terobosan yang sangat kami tunggu-tunggu," ucapnya.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sebelumnya memperkenalkan konsep penataan Pulau Santen menjadi destinasi berkonsep halal tourism. Pulau Santen merupakan pulau kecil di Kelurahan Karangrejo, tak jauh dari pusat Kota Banyuwangi.
Saat ini, pulau tersebut terus ditata secara berkelanjutan dengan melibatkan berbagai elemen, mulai dari masyarakat, tokoh agama dan masyarakat, TNI, hingga Pemkab Banyuwangi.
Dulu, kawasan itu terkenal kumuh dan tak jauh dari tempat prostitusi Pakem yang kini telah ditutup. Kini pulau itu mulai ditata dan tak lama lagi, di sisi selatannya, tepatnya di Pantai Pandanan, dikembangkan "beach club for women" yang kini desainnya digarap sejumlah arsitek kondang.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, konsep wisata halal tidak serta-merta lokasi itu hanya untuk kaum Muslim. Wisata halal merupakan konsep besar pengembangan lokasi wisata, yang di antaranya ditandai dengan jaminan makanan halal, tidak menjajakan alkohol, pemberitahuan waktu menjelang beribadah (azan), tempat bersuci lengkap dengan fasilitas tempat ibadah, serta fasilitas berkonsep pemisahan antara laki-laki dan perempuan.
"Sekali lagi, ini bukan soal SARA, tapi bicara soal segmentasi pasar, karena segmen ini sangat besar. Destinasi ini bukan hanya untuk Muslim, tapi juga semua umat. Hanya konsep dan koridornya yang berhaluan wisata halal, tapi pengunjungnya siapapun boleh menikmati. Semuanya kami lakukan bertahap seiring dengan penataan yang akan terus berjalan," ujar Anas. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Banyuwangi KH Masykur Ali di Banyuwangi, Jumat mengatakan konsep itu memberikan alternatif kepada para Muslimah untuk berlibur di pantai dengan nyaman.
"Selama ini mayoritas masyarakat menganggap pantai banyak digunakan untuk hal-hal maksiat. Sehingga ada ketakutan tersendiri para Muslimah yang ingin berlibur ke pantai. Dengan konsep ini, nantinya bisa berbeda jauh dan menjadi alternatif berlibur yang tepat, karena ada pemisahan tempat antara laki-laki dan perempuan," ujarnya.
Ketua MUI Banyuwangi KH Muhammad Yamin juga memberikan apresiasi yang sama. "Ini bentuk komitmen pemerintah daerah dalam mengembangkan wisata halal di Banyuwangi. Konsep ini sangat menarik, sehingga bisa menggaet wisatawan Muslim untuk ke Banyuwangi dan memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat," tuturnya.
Tokoh lainnya Kiai Abdul Ghofar menambahkan destinasi ini akan semakin membuat Banyuwangi dikenal di Indonesia dan luar negeri. "Karena itu, semuanya harus mendukung konsep itu, sehingga tempat wisata ini bisa dikenal," ucapnya.
Sementara tokoh perempuan Banyuwangi Neni Viantin Diyah Martiva merasa bangga dengan adanya pantai tersebut. "Kaum perempuan bisa berlibur di pantai dengan nyaman tanpa merasa risih karena bercampur lawan jenis," kata perempuan yang juga anggota DPRD Banyuwangi ini.
Salah satu tokoh Fatayat NU Banyuwangi Siti Mafrochatin Nikmah juga tak kalah senangnya dengan rencana pengembangan pantai berkonsep wisata halal tersebut. Selama ini, ia kerap bingung untuk mencari tempat wisata di alam terbuka yang memberikan pravisi bagi kaum perempuan.
"Sulit untuk mencari tempat, apalagi yang berkonsep alam terbuka seperti ini, yang khusus untuk perempuan. Ini jelas jadi terobosan yang sangat kami tunggu-tunggu," ucapnya.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sebelumnya memperkenalkan konsep penataan Pulau Santen menjadi destinasi berkonsep halal tourism. Pulau Santen merupakan pulau kecil di Kelurahan Karangrejo, tak jauh dari pusat Kota Banyuwangi.
Saat ini, pulau tersebut terus ditata secara berkelanjutan dengan melibatkan berbagai elemen, mulai dari masyarakat, tokoh agama dan masyarakat, TNI, hingga Pemkab Banyuwangi.
Dulu, kawasan itu terkenal kumuh dan tak jauh dari tempat prostitusi Pakem yang kini telah ditutup. Kini pulau itu mulai ditata dan tak lama lagi, di sisi selatannya, tepatnya di Pantai Pandanan, dikembangkan "beach club for women" yang kini desainnya digarap sejumlah arsitek kondang.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, konsep wisata halal tidak serta-merta lokasi itu hanya untuk kaum Muslim. Wisata halal merupakan konsep besar pengembangan lokasi wisata, yang di antaranya ditandai dengan jaminan makanan halal, tidak menjajakan alkohol, pemberitahuan waktu menjelang beribadah (azan), tempat bersuci lengkap dengan fasilitas tempat ibadah, serta fasilitas berkonsep pemisahan antara laki-laki dan perempuan.
"Sekali lagi, ini bukan soal SARA, tapi bicara soal segmentasi pasar, karena segmen ini sangat besar. Destinasi ini bukan hanya untuk Muslim, tapi juga semua umat. Hanya konsep dan koridornya yang berhaluan wisata halal, tapi pengunjungnya siapapun boleh menikmati. Semuanya kami lakukan bertahap seiring dengan penataan yang akan terus berjalan," ujar Anas. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017