Banyuwangi (Antara Jatim) - Pada 2012, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mencanangkan Gerakan 10.000 Kolam Ikan di pekarangan warga.

Setelah berjalan empat tahun, program itu dinilai berhasil dan mulai dirasakan manfaatnya oleh warga.

Salam satu warga Banyuwangi yang merasakan manfaat pembuatan kolan ikan di pekarangan rumah itu adalah Sapto Harjono, warga desa Jambewangi, Kecamatan Glenmore.

Har, demikian panggilan akrabnya, membuka usaha kolam ikan sejak tahun 2005-an dengan khusus menyediakan bibit ikan lele. Kini, dari sejumlah kolam ikannya ia bisa menghasilkan sedikitnya Rp2 juta per bulan.

"Itu dari hasil menjual bibit yang berusia satu bulan yang harga per ekor Rp40 kali 50.000 ekor, sementara yang umur  dua bulan Rp100. Umumnya masyarakat membeli yang berumur satu bulan," katanya.
 
Sementara salah satu kelompok warga yang kini menuai sukses adalah Komunitas Ekonomi Lokal di Desa Jambesari, Kecamatan Sempu, yang berjumlah 12 orang. Komunitas itu dipimpin pemuda bernama Agus Riyanto dengan budi daya ikan lele. Kini mereka memiliki jumlah kolam yang berlainan.
     
Agus sendiri mengelola 28 petak kolam ikan. Dalam sekali panen yang membutuhkan waktu empat bulan, ia menangguk untung hingga Rp84 juta. Perinciannya, setiap empat petak kolam, bisa memanen 3 ton lele dengan kisaran pendapatan Rp42 juta untuk sekali panen per 4 petak.
     
Untuk bibit dan pakan, poembudidaya membutuhkan modal sekitar Rp30 juta.
     
"Jadi ada keuntungan Rp12 juta per empat petak. Jika ada 28 petak tinggal mengalikan sendiri," paparnya.

Buah manis budi daya ikan di pekarangan juga dirasakan Eva Sunika (43 tahun). Ibu rumah tangga ini mengembangkan pembibitan ikan lele yang dipanen setiap dua bulan sekali. Dari lima  kolam yang dimiliki Eva bisa mendapatkan Rp4 juta sekali panen.
     
"Hasilnya bisa untuk kehidupan sehari-hari, bahkan bisa membantu membeli buku dan tambah uang jajan anak di sekolah," ujar Eva.
     
Tumbuhnya berbagai pembudidaya ikan air tawar tersebut tidak menjadikan pasar semakin sempit. Justru sampai saat ini permintaan ikan air tawar terus meningkat. Untuk wilayah Banyuwangi per tahun kebutuhan ikan mencapai 30 kg/kapita.
     

Kendala

Hanya saja ia mengemukakan sejumlah kendala yang dihadapi untuk menyediakan bibit lele bagi sejumlah petani ikan di Banyuwangi, yakni ketersediaan pakan yang mulai sulit. Ia biasa mencari cacing jenis kecil yang didapatkan di sungai-sungai.

"Sekarang tidak mudah mencari cacing itu, sementara kalau menggunakan pakan jenis konsentrat, hasilnya tidak maksimal. Kadang saya harus membeli ka orang yang biasa mencari cacing di sungai. Itu pun kalau ada," katanya.

Har berharap pemerintah daerah bisa membantu petani mencarikan solusi untuk ketersediaan pakan anakan lele yang tidak bergantung hanya kepada cacing halus.

Selain itu, ia beharap pemerintah juga bisa membantu penyediakan indukan untuk menghasilkanj bibit lele yang bagus. Beberapa tahun lalu ia pernah mendapatkan bantuan indukan lele, namun setelah berusia satu hingga dua tahun indukan itu harus diganti karena tidak produktif lagi.

Lampaui Target

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan gagasan untuk membuat program Gerakan 10.000 Kolam Ikan tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas sektor perikanan sekaligus mengangkat ekonomi warga.
     
"Dengan program ini, pasokan ikan bertambah, melengkapi perikanan tangkap yang terkadang kurang stabil. Sekaligus ini bisa meningkatkan ekonomi warga. Dulu pekarangannya menganggur, sekarang menghasilkan," katanya.
     
Kalau pun secara bisnis belum besar, katanya, minimal bisa untuk konsumsi rumah tangganya sendiri, sehingga warga bisa berhemat untuk pengeluaran lauk-pauk. Ujung-ujungnya hal ini bisa mengerem inflasi karena daya beli warga terjaga.
     
Ia menjelaskan bahwa gerakan tersebut tidak membutuhkan areal khusus. Cukup dengan memanfaatkan pekarangan kosong dan surplus air. "Pemikirannya sederhana, tapi praktis. Kami memang tidak mau program yang muluk-muluk. Yang penting bisa jalan dengan segala keterbatasan yang ada dan bisa dirasakan warga," ujar Anas.
     
Sampai 2015, katanya, kolam ikan air tawar di Banyuwangi telah melampaui target 10.000, yakni total mencapai 13.015 kolam. Hal itu karena ada satu warga yang mempunyai lebih dari dua kolam, menyesuaikan dengan luas lahan.
     
Atas keberhasilan itu, kini Pemkab Banyuwangi meningkat jumlah program kolam ikan itu 100.000 kolam ikan air tawar.
      
Bupati Abdullah Azwar Anas program 100.000 kolam di pekarangan ditargetkan bisa tercapai hingga 2021. Di kolam-kolam itu dibudidayakan, antara lain ikan tombro, nila, gurame, dan lele.

Anas menambahkah, pengembangan program itu memanfaatkan potensi sumber daya air yang melimpah di Banyuwangi. Saat ini, tidak bisa lagi hanya mengandalkan perikanan tangkap (laut) karena populasi ikan yang semakin berkurang, sementara permintaan ikan terus bertambah.

"Kami punya sumber air yang melimpah, ini harus dimanfaatkan. Perikanan budi daya menjadi alternatif pemenuhan ikan yang sebelumnya hanya datang dari perikanan tangkap di laut. Program ini akan menjadi sumber ketahanan pangan keluarga sekaligus juga sumber penghasilan bagi keluarga," katanya.

Anas mengatakan, beberapa kecamatan di Banyuwangi memiliki sumber daya  air yang melimpah, seperti Kecamatan Glenmore, Kalibaru, Sempu, Songgon, Glagah, dan Licin. Wilayah ini menjadi lokasi yang potensial bagi pengembangan program gerakan kolam pekarangan.

"Program budi daya air tawar bisa bersinergi dengan program pengembangan infrastruktur sumber daya air atau irigasi. Intinya harus ada koordinasi program. Misalnya, bentuknya mina padi, yakni 'combined farming' dengan menggabungkan padi dan ikan. Kalau perlu dana desa kita dorong sebagian untuk membeli bibit ikan. Di pekarangan juga tidak harus selalu bikin kolam yang besar, cukup dengan kolam sederhana sudah bisa untuk memelihara ikan," ujarnya.

Kepala Dinas Perikanan, Kelautan dan Ketahanan Pangan Pemkab Banyuwangi Hary Cahyo Purnomo menambahkan beberapa program telah disiapkan untuk mewujudkan program 100.000 kolam. Salah satunya Program Gema Pamili atau Gerakan Masyarakat Pangan Mina Lestari. Gerakan ini mendorong masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga dari pekarangan sendiri. Mulai dengan mendorong Gema Pamili di tingkat kecamatan, kampung hingga perumahan warga.

"Kami ingin nantinya setiap rumah di Banyuwangi, khususnya yang memiliki pekarangan dan sumber air yang cukup untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan dengan menanan aneka tanaman pangan dan membuat kolam ikan," kata Hary.

Gerakan Mina Tani (kombinasi pertanian tanaman dan budi daya ikan) juga dilakukan di sentra tanaman pangan maupun hortikultura. Seperti Mina Padi di Kecamatan Sempu dan Licin, Mina Naga di Pesanggaran dan Purwoharjo, serta Mina Jeruk di Kecamatan Purwoharjo dan Bangorejo.

"Mina tani ini sudah berjalan di beberapa lokasi sentra. Ke depan akan kita galakkan lebih masif," ujar Hary.(*)

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017