Surabaya, (Antara Jatim) - Bank Indonesia memprediksi perekonomian Jawa Timur pada triwulan I tahun 2017 akan tumbuh di level 5,4 hingga 5,8 persen, atau lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2016, karena adanya peningkatan ekspor dan perbaikan konsumsi pemerintah. 

Kepala BI Perwakilan Jawa Timur Divi Johansyah dalam keterangan persnya usai bincang media di Surabaya, Selasa mengatakan pertumbuhan Jatim juga didorong dari konsumsi swasta dan kinerja investasi triwulan I-2017 yang diperkirakan melambat sebagaimana polanya di awal tahun.  

"Ekonomi Jawa Timur pada triwulan I-2017 masih menunjukkan optimisme dan diperkirakan tumbuh lebih baik dibandingkan periode sebelumnya, Bank Indonesia memperkirakan perekonomian Jawa Timur pada triwulan I-2017 tumbuh di level 5,4 persen hingga 5,8 persen," katanya.

Divi menyebutkan, berdasarkan hasil penilaian konsumsi yang dilakukan sampai Februari 2017, konsumsi swasta Jawa Timur pada triwulan I 2017 sedikit melambat, namun masih sesuai dengan perkiraan Bank Indonesia. 

Perlambatan konsumsi, kata dia, sejalan dengan berakhirnya perayaan Natal dan Tahun Baru yang terlihat dari melemahnya indeks rata-rata penjualan eceran maupun indeks keyakinan konsumen pada Januari 2017. 

"Investasi sampai dengan Februari 2017 juga menunjukkan perlambatan, tercermin dari hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) terhadap kapasitas utilisasi usaha yang masih rendah. Sedangkan investasi pemerintah sesuai pola di awal tahun, dimana sejumlah proyek pembangunan masih dalam tahap perencanaan dan pengadaan," katanya.

Sementara itu, kinerja ekspor juga diperkirakan meningkat pada triwulan I tahun 2017, namun potensi perlambatan ekspor juga perlu diwaspadai karena permintaan ekspor tembakau dari Eropa, AS dan Tiongkok juga cenderung menurun. 

"Hal ini juga akibat adanya gerakan anti merokok di Eropa dan AS. Di sisi lain, kinerja impor luar negeri pada triwulan I 2017 diperkirakan meningkat. Selain itu, potensi impor cabai dan gula mentah untuk memenuhi kebutuhan di Jawa Timur turut mengakselerasi impor pada triwulan I-2017," katanya.

Meski demikian, Difi mengaku setelah meninjau perkembangan sampai triwulan I-2017, BI Jawa Timur optimistis ekonomi setempat akan tumbuh semakin baik pada tahun 2017 dan hasilnya diprediksi akan sesuai dengan perkiraan awal.

Sementara itu, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diperkirakan akan mencapai 5,7 persen sampai 6,1 persen dari tahun ke tahun (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan pencapaian di tahun 2016 sebesar 5,55 persen (yoy). 

Selain itu, "consumer confidence" atau kepercayaan diri konsumen juga diperkirakan meningkat hingga akhir 2017 seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi. Namun demikian, peningkatan kinerja konsumsi diperkirakan akan tertahan seiring dengan perkiraan peningkatan inflasi, terutama inflasi "adminstered prices" atau harga yang diatur pemerintah. 

"Peningkatan nominal anggaran belanja operasional APBD Provinsi Jawa Timur pada 2017 sebesar 25,40 persen (yoy) juga menjadi sinyal kenaikan konsumsi pemerintah. Di sisi lain, walaupun tetap tumbuh tinggi, kinerja ekspor diperkirakan relatif melambat, hal ini mempertimbangkan prospek perekonomian beberapa mitra dagang utama Jawa Timur seperti Jepang dan Tiongkok yang cenderung melambat," katanya.

BI memperkirakan inflasi Februari 2017 berada pada rentang 0,24 persen -0,34 persen dari bulan ke bulan (mtm), sebab berdasarkan survei pemantauan harga sampai Minggu ke-III Februari 2017 kelompok pangan atau "volatile food" terpantau mengalami deflasi, yang didorong oleh meredanya tekanan pada permintaan seiring dengan berlalunya Hari Raya Imlek, serta peningkatan pasokan yang dipengaruhi oleh panen padi dan cabai di beberapa wilayah. (*)," katanya.


Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017