Trenggalek (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur memberlakukan "maximum security" (sistem keamanan maksimal) dalam upaya mengantisipasi merebaknya bakteri antraks, meski dugaan kasus tersebut sejauh ini belum teruji secara keilmuan.
    
"Kami ingin tetap ingin mengejar sampai ujung. Artinya kami tidak lantas berpuas diri pada indikasi-indikasi yang ada saat ini, tapi maximum security ini tetap akan diterapkan hingga beberapa waktu ke depan," kata Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak saat menggelar press rilis di hadapan sejumlah media di Trenggalek, Kamis.
    
Ia menegaskan, standar penanganan dan pengamanan secara maksimum tersebut diberlakukan meski indikasi-indikasi awal berdasar tes patologi klinik dan mikrobiologi terhadap penderita Thoimin yang semula diduga terjangkit antraks, hasilnya negatif.
    
Upaya lanjutan yang kini tengah ditempuh Pemkab Trenggalek melalui dinas kesehatan, pengendalian penduduk dan keluarga berencana setempat adalah dengan mengambil sampel darah beberapa warga penderita maupun yang memiliki riwayat penyakit dengan gejala identik kasus antraks.
    
"Sampel darah Pak Thoimin yang diindikasi terjangkit penyakit kulit sudah diambil untuk diperiksakan oleh tim epidemologi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, lalu dibawa ke Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor. Kami ingin tahu hasilnya bagaimana," katanya.
    
Emil mengatakan saat ini sudah ada dua proses yang berjalan dalam meneliti kasus sapi sakit mirip gejala antraks di wilayah Desa Ngepeh, Kecamatan Tugu.
    
Proses pertama yang sudah dilakukan adalah mengambil sampel tanah di atas lokasi penyembelihan sapi sakit di rumah Thoimin dan saat ini masih diteliti oleh Balai Besar Penelitian Wates, Yogyakarta.
    
Sementara proses kedua adalah dengan memeriksa, menguji serta mengambil sampel darah penderita manusia, dalam hal ini Thoimin dan beberapa warga yang memiliki riwayat penyakit serupa, untuk kemudian dibawa dan dipoeriksaan secara resmi ke Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor.
    
Berdasar laporan yang diterima dari tim kesehatan hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek, Emil menyatakan dugaan-dugaan itu (antraks) di hasil tes nihil.
    
"Langkah-langkah dengan standar tinggi ini dilakukan untuk memberilkan rasa aman terhadap warga maupun peternak sapi dan kambing di Trenggalek," kata Emil.
    
Sebelumnya, Tim Kesehatan Hewan di bawah Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek menemukan "suspect" (dugaan) antraks yang teridentifikasi di Desa Ngepeh, Kecamatan Tugu yang disinyalir menular pada manusia.
    
Dugaan mengarah antraks itu disimpulkan sendiri oleh petugas kesehatan hewan setempat, setelah meneliti gejala sakit dan tanda-tanda klinis yang menyerupai kasus antraks, seperti sapi mengalami demam tinggi, mata memerah, keluar darah dari lubang dubur, darah berwarna hitam pekat, serta organ limpa yang membesar dan berwarna hitam.
    
"Secara klinis memang indikasinya mengarah ke antraks. Tapi ini sifatnya masih 'suspect'. Hasil pastinya masih menunggu uji laboratorium atas sampel tanah di lokasi penyembelihan sapi sakit di rumah saudara Thoimin," kata Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan masyarakat Veterinary Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek Budi Satriawan.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017